Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

BUDHA GARIS KERAS DI RAKHINE PROTES BANTUAN PEMERINTAH UNTUK ROHINGYA

Rudi Hendrik - Ahad, 7 Juni 2015 - 22:37 WIB

Ahad, 7 Juni 2015 - 22:37 WIB

643 Views

Penganut Budha ekstrim menentang pemerintah Myanmar menolong migran. (Foto: dok. Nahar Net)
Penganut Budha ekstrim menentang pemerintah Myanmar menolong <a href=

migran. (Foto: dok. Nahar Net)" width="300" height="200" /> Penganut Budha ekstrim menentang pemerintah Myanmar menolong migran. (Foto: dok. Nahar Net)

Sittwe, Myanmar, 20 Sya’ban 1436/7 Juni 2015 (MINA) – Penganut Budha garis keras di negara bagian Rakhine, Myanmar, akan melakukan protes menentang langkah pemerintah membantu para migran.

Penyelenggara protes mengatakan hal ini Ahad (7/6), seperti yang diberitakan Nahar Net dan dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).

Rakhine State adalah salah satu negara bagian termiskin Myanmar yang mudah disulut ketegangan antara mayoritas Budha dan minoritas Muslim Rohinghya yang sangat teraniaya.

Banyak dari Muslim Rohingya yang pemerintah dan umat Budha menyebutnya etnis Bengali, tinggal di kamp-kamp pengungsian setelah kerusuhan mematikan meletus di sana pada 2012.

Baca Juga: HRW: Pengungsi Afghanistan di Abu Dhabi Kondisinya Memprihatinkan

Puluhan ribu Muslim Rohingya telah melarikan diri dari Myanmar dalam beberapa tahun terakhir, bersama migran ekonomi Bangladesh, menuju Malaysia dan Indonesia.

Eksodus itu diabaikan sampai terkuaknya tindakan keras jaringan perdagangan dan penyelundupan orang di Thailand pada awal Mei.

Terkuaknya jaringan perdagangan dan penyelundupan manusia, membuat para broker atau agen meninggalkan para pengungsi di tengah laut tanpa nahkoda. Bahkan migran yang awalnya ditahan di kamp-kamp di darat, diduga kuat dibawa dan ditahan di atas kapal di tengah lautan.

Sekitar 4.500 migran Muslim Rohingya dan Bangladesh telah terdampar di wilayah tersebut, sementara PBB memperkirakan sekitar 2.000 orang masih terjebak di laut.

Baca Juga: Gunung Berapi Kanlaon di Filipina Meletus, 45.000 Warga Mengungsi

Setelah bertahun-tahun menutup mata terhadap aktivitas eksodus, Angkatan Laut Myanmar dalam dua pekan terakhir menemukan dua kapal berisi lebih 900 migran terapung di Teluk Benggala yang kemudian dibawa ke Rakhine.

Pemerintah Myanmar menegaskan, sebagian besar dari mereka berasal dari Bangladesh dan pemerintah berjanji akan mengirim mereka pulang melintasi perbatasan.

Namun pemerintah ini belum jelas menyatakan, apa yang akan terjadi jika migran itu tidak dianggap berasal dari wilayah Bangladesh.

Dua operasi penyelamatan itu telah mendorong kemarahan di kalangan kelompok garis keras Budha dan warga di Rakhine yang menginginkan pemerintah pusat menghentikan membantu setiap migran.

Baca Juga: Presiden Korea Selatan Selamat dari Pemakzulan

Kelompok-kelompok Budha lokal telah bertemu di ibukota negara bagian Rakhine, Sittwe, Sabtu (6/6).

“Pertemuan memutuskan untuk menggelar protes pada 14 Juni,” kata Soe Naing, Koordinator Program Sosial di Rakhine yang menghadiri pertemuan itu, kepada AFP.

“Kami akan menghubungi kota-kota lain di negara bagian Rakhine juga bergabung dalam protes pada hari itu.”

Pemerintah Myanmar tidak mengakui 1,3 juta Muslim Rohingya yang tinggal di Rakhine sebagai warga negaranya, membuat mereka berstatus imigran ilegal dari negara tetangga Bangladesh, meskipun banyak catatan sejarah yang menyatakan mereka adalah warga pribumi di Rakhine. (T/P001/P2)

Baca Juga: Jumat Pagi Sinagog Yahudi di Meulbourne Terbakar

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

http://naharnet.com/stories/en/181346-anti-migrant-protests-planned-in-myanmar-s-troubled-rakhine

Baca Juga: Taliban Larang Pendidikan Medis Bagi Perempuan, Dunia Mengecam

Rekomendasi untuk Anda

Dunia Islam
Internasional
Asia
Amerika
Kolom
Indonesia
Kolom
MINA Preneur