Baru-baru ini ramai pemberitaan terkait melonjaknya kasus pasien anak yang melakukan cuci darah di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). Tak tanggung-tangung, jumlahnya mencapai puluhan.
MINA kemudian mengonfirmasi isu ini kepada salah satu dokter di Divisi Nefrologi Anak RSCM, dr. Reza Fahlevi, Sp.A. Ia secara tegas menyampaikan bahwa tidak ada penambahan secara drastis kasus gagal ginjal pada anak di RSCM.
Hal ini juga dipertegas oleh pihak manajemen RSCM yang melalui keterangan tertulisnya membantah adanya lonjakan kasus anak-anak yang cuci darah di sana.
“Saat ini, RSCM tidak mengalami kenaikan kasus (anak cuci darah) yang tajam. Hanya kenaikan linier yang normal terjadi dari tahun ke tahun,” demikian keterangan resmi RSCM, Jumat (2/8/2024).
Baca Juga: Ruqyah, Kunci Kesehatan Jiwa dan Kedamaian Hati
Peningkatan tajam memang sempat terjadi pada 2022. Saat itu, lonjakan jumlah pasien anak cuci darah akibat intoksikasi etilen glikol yang menyebabkan gagal ginjal akut. Kemudian kasus mereda seiring ditemukannya akar masalah gagal ginjal akut pada anak ini.
Lebih lanjut, dr. Reza mengatakan, gagal ginjal kronis pada anak di RSCM sebagian besar adalah akibat peradangan pada ginjal dan kelainan ginjal bawaan. Kedua hal ini tidak terkait dengan konsumsi gula atau garam.
“Ini yang harus diluruskan. Jadi kemarin itu kesannya di media semua anak yang cuci darah di RSCM karena konsumsi gula, karena garam. Padahal bukan seperti itu konsepnya. Ini bisa kita kasih data pasien gagal ginjal anak di RSCM itu akibat infeksi atau kelainan bawaan pada ginjal,” ujarnya.
Namun demikian, dr. Reza tidak memungkiri bahwa memang pola hidup harus diperhatikan untuk mencegah gangguan ginjal setelah dewasa nanti.
Baca Juga: Bahaya Bullying, Tinjauan Ilmiah dan Perspektif Islam
Ia menjelaskan, kalau saat ini berbicara pasien cuci darah pada anak, penyebabnya adalah kelainan bawaan dan peradangan pada ginjal. Tapi bahwa kadar gula tinggi dapat mengakibatkan obesitas, kemudian menyebabkan anak diabetes dan hipertensi, memang bisa menyebabkan penyakit ginjal kronis.
Tapi proses dari kelebihan gula yang kemudian mengakibatkan diabetes, obesitas, hipertensi hingga akhirnya gagal ginjal kronis ini butuh waktu yang lama.
“Jadi biasanya terjadi pada usia dewasa. Untuk itu, penyebab gagal ginjal antara anak dan dewasa berbeda. Kalau kita lihat, riwayat cuci darah pada dewasa terjadi karena penyakit diabetes atau hipertensi, tapi kalau pada anak akibat peradangan dan kelainan bawaan,” tuturnya.
“Artinya pola hidup ini ya memang harus dimulai dari anak-anak. karena ketika usia anak-anak sudah obesitas maka saat dewasa juga bisa obesitas, kemudian diabetes, hipertensi dan gagal ginjal di kemudian hari. Memang gaya hidup yang baik harus kita mulai dari anak-anak,” tambahnya.
Baca Juga: Manfaat Susu bagi Kesehatan
dr. Reza memberikan tips untuk menjaga kesehatan ginjal, yaitu menjaga berat badan ideal anak jangan sampai mengalami obesitas, menjaga pola makan dengan memperbanyak konsumsi real food.
Kemudian batasi konsumsi gula dan garam, olahraga teratur, yang paling penting perbanyak minum air putih dari pada minum yang manis.
Ia juga mengimbau kepada orang tua untuk memantau tumbuh kembang anak. Ini penting dilakukan karena beberapa kasus gagal ginjal juga terjadi akibat stunting. Selain itu orang tua juga harus melakukan pemantauan tekanan darah serta urine, untuk mendeteksi dini apakah ada masalah kelainan ginjal pada anak.
“Melalui screening urine, kita bisa tahu tanda-tanda kelainan pada ginjal yang bisa ditelusuri lebih lanjut. Misalnya ada pembengkakan atau gangguan buang air kecil seperti terasa sakit, sering mengompol atau anyang-anyangan, warna urine berubah kemerahan atau keruh serta berbusa,” ujarnya.
Baca Juga: Indonesia Lakukan Operasi Jantung Robotik untuk Pertama Kalinya
Karena sering kali orang tua tidak aware terkait hal ini, sehingga saat dirujuk, pasien sudah mengalami gagal ginjal kronis.
“Jadi orang tua harus tahu gejala awal penyakit ginjal, agar kita masih bisa membantu dengan pengobatan hingga sembuh atau kita mencegah tidak sampai ke tahap akhir yang memerlukan cuci darah,” kata dr. Reza.[]
Mi”raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Puluhan Ribu Anak Papua Barat Terima Vaksin Polio