Oleh Bahron Ansori, jurnalis Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Najmuddin Ayyub (amir Tikrit) belum juga menikah dalam tempo yang lama. Maka bertanyalah sang saudara, Asaduddin Syirkuh, kepadanya, “Wahai saudaraku, kenapa engkau belum juga menikah?”
Najmuddin menjawab, “Aku belum menemukan seorang pun yang cocok untukku.”
“Maukah aku pinangkan seorang wanita untukmu?” tawar Asaduddin.
Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat
“Siapa?” tandasnya.
“Puteri Malik Syah, anak Sulthan Muhammad bin Malik Syah, Sulthan Bani Saljuk atau puteri menteri Malik,” jawab Asaduddin menyebt beberapa nama.
“Mereka semua tidak cocok untukku,” tegas Najmuddin.
Ia pun terheran, lalu kembali bertanya kepadanya, “Lantas siapa yang cocok untukmu?”
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat
Najmuddin menjawab, “Aku menginginkan wanita shalehah yang akan menggandeng tanganku menuju jannah (surga), dan akan melahirkan seorang anak yang ia didik dengan baik, hingga menjadi seorang pemuda dan ksatria yang akan mengembalikan Baitul Maqdis ke dalam pangkuan kaum muslimin.”
Ini merupakan mimpinya. Asaduddin pun tak merasa heran dengan ucapan saudaranya tersebut. Ia bertanya, “Lalu dari mana engkau akan mendapatkan wanita seperti ini?”
“Barangsiapa yang mengikhlaskan niatnya hanya kepada Allah, niscaya Allah akan memberikan rezeki kepadanya,” jawab Najmuddin.
Suatu hari, Najmuddin duduk bersama salah seorang syaikh di masjid di kota Tikrit berbincang-bincang. Lalu, datanglah seorang pemudi memanggil Syaikh tersebut dari balik tabir, sehingga ia memohon izin dari Najmuddin untuk berbicara dengan sang pemudi. Najmuddin mendengar pembicaraan sang Syaikh dengan si pemudi.
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin
Syaikh itu berkata kepada si pemudi, “Mengapa engkau menolak pemuda yang aku utus ke rumahmu untuk meminangmu?”
Pemudi itu menjawab, “Wahai Syaikh, ia adalah sebaik-baik pemuda yang memiliki ketampanan dan kedudukan, akan tetapi ia tidak cocok untukku.”
“Lalu apa yang kamu inginkan?” tanya Syaikh.
Ia menjawab, “Tuanku asy-Syaikh, aku menginginkan seorang pemuda yang akan menggandeng tanganku menuju jannah [surga], dan aku akan melahirkan seorang anak darinya yang akan menjadi seorang ksatria yang akan mengembalikan Baitul Maqdis ke dalam pangkuan kaum muslimin.”
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat
Allahu Akbar, satu ucapan yang persis dilontarkan oleh Najmuddin kepada saudaranya, Asaduddin. Ia menolak puteri Sulthan dan puteri Menteri bersamaan dengan kedudukan dan kecantikan yang mereka miliki.
Demikian juga dengan sang pemudi, ia menolak pemuda yang memiliki kedudukan, ketampanan dan harta. Semua ini dilakukan demi apa? Keduanya mengidamkan sosok yang dapat menggandeng tangannya menuju Jannah, dan melahirkan seorang ksatria yang akan mengembalikan Baitul Maqdis ke dalam pangkuan kaum muslimin.
Bangkitlah Najmuddin seraya memanggil Syaikh tersebut, “Wahai Syaikh, aku ingin menikahi pemudi ini.”
“Tapi ia seorang wanita fakir dari kampung,” jawab asy-Syaikh.
Baca Juga: Ada Apa dengan Terpilihnya Trump?
“Wanita ini yang saya idamkan.” tegas Najmuddin.
Maka menikahlah Najmuddin Ayyub dengan sang pemudi. Dan dengan perbuatan, barangsiapa yang mengikhlaskan niat, pasti Allah akan berikan rezeki atas niatnya tersebut. Maka Allah mengaruniakan seorang putera kepada Najmuddin yang akan menjadi sosok ksatria yang bakal mengembalikan Baitul Maqdis ke dalam pangkuan kaum muslimin. Ketahuilah, ksatria itu adalah Shalahuddin al-Ayyubi.
Inilah harta pusaka kita, dan inilah yang harus dipelajari oleh anak-anak kita.
Hikmah Kisah
Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang
Kisah Najmuddin Ayyub di atas memberikan hikmah yang mendalam baik bagi seorang ikhwan maupun seorang akhwat yang ingin menikah. Hikmah yang bisa dipetik dari kisah di atas antara lain sebagai berikut :
Pertama, jadilah lelaki yang mencintai Allah Ta’ala di atas segalanya. Yakinkan hati bahwa setiap yang menjadi niat dan niat itu adalah tulus hanya untuk memperjuangkan agama Allah, maka cepat atau lambat Allah Yang Maha Pengasih pasti akan mengabulkan cita-cita tersebut.
Dalam hal ini, termasuk bagi seorang lelaki dan wanita Muslim yang ingin segera menikah. Maka tahanlah diri jangan sampai saling mencintai namun belum dalam bingkai yang dihalalkan. Sabar dan teruslah berdoa, sebab Allah sudah sangat mengetahui kapan dan siapa jodoh Anda sebenarnya.
Karena itu, bagi Anda yang mempunyai pacar, jangan frustasi jika kelak ternyata pacar Anda itu tidak berjodoh dengan Anda. Bisa jadi, ada pemuda pemudi yang sudah mengingat janji sebelum menikah (pacaran) untuk sehidup semati, ternyata pada saatnya tiba, si wanita berpaling dan menjadi isteri pria lain. Alangkah sedihnya bila itu terjadi.
Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat
Kedua, jadilah seorang wanita shalehah. Wanita shalehah tentu bukan wanita yang senangnya terbar pesona kepada setiap lelaki asing dengan harapan dan niat-niat tertentu. Wanita shalehah sebagaimana banyak dijelaskan oleh para ulama bahkan Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam adalah wanita yang senantiasa menjaga dirinya dari semua jenis aib diri.
Wanita shalehah itu merasa malu bila harus melanggar apa-apa yang disyariatkan oleh Allah Ta’ala. Karena itu, wanita shalehah jangan merasa sudah puas hanya karena ia sudah menjadi seorang mahasiswi. Wanita shalehah bukan wanita yang kaku, atau kuper (kurang pergaulan). Ia tetap berbaur kepada semua kaum hawa selama pergaulan itu positif dan selalu ingin memetik hikmah dari pergaulannya.
Wanita shalehah adalah wanita yang selalu ingin menambah ilmu dan wawasannya setiap hari. Mereka bukanlah wanita-wanita yang terbuai oleh teknologi Gadget atau Android sehingga kerjaannya hanya Facebook-an, What Shap-an setiap waktu. Tak terasa usia bertambah mendekati liang lahat, ilmu dan ibadah tak jua meningkat. Akibatnya, hisab di akhirat mencemaskan, nauzubillah.
Wanita shalehah tak terpukau melihat ketampanan wajah seorang lelaki namun kosong dari ilmu dien, tak berakhlak, berbicara kasar dan jauh dari akhlak-akhlak mulia. Karena itu, dalam kisah diatas seorang akhwat yang shalehah meski tak berharta ia tetap mempunyai cita-cita yang mulia yaitu berharap mendapatkan seorang suami yang kelak bisa membawanya ke surga dan melahirkan seorang anak yang siap menjadi pejuang di jalan Allah.
Baca Juga: Dentuman Perang Memisahkan Sepasang Calon Pengantin
Begitu juga seorang lelaki shalih, ia tak tergiur dengan hanya melihat kecantikan wajah seorang wanita, namun kosong dari pengetahuan dien, berakhlak buruk, berkata kasar dan ketus, suka menghibah dan senang membuang-buang waktu.
Karena itu, belajarlah dari Najmuddin Ayyub. Ia menolak saat akan dijodohkan dengan seorang puteri sultan. Sebaliknya, ia berazzam (bertekad) akan mencari dan memilih seorang wanita yang kelak akan membantu membawanya ke surga dan dari rahim sucinya kelak akan lahir seorang pejuang yang akan membebaskan Masjid Al Aqsha.
Allahuakabar… begitulah kelurusan sebuah niat mulia. Jika niat itu suci dan tulus, maka mudah bagi Allah Ta’ala untuk mewujudkannya dan mempertemukannya dengan orang yang sama punya tulus dan suci.
Jadi, bagi Anda yang sudah punya keinginan kuat untuk menikah tapi belum juga bertemu jodoh, maka luruskan niat, hindari pacaran dan contohlah Najmuddin Ayyub dan juga si wanita shalehah, yang akhirnya menjadi isterinya. Wallahua’lam.(R02/P2)
Baca Juga: Bela Masjid Al-Aqsa Sepanjang Masa
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)