Washington, MINA – Dua remaja muslim Amerika Serikat berbagi cerita mengenai menjalani Ramadhan di negara Paman Sam, saat pandemi Covid-19 melanda ini.
Dua remaja itu mengemukakannya dalam diskusi yang diselenggarakan secara virtual pada Jumat (15/5) oleh Kedutaan Besar AS di Jakarta. Juga dibahas budaya dan kebiasaan Ramadhan di Amerika Serikat.
Muhammad Muhanna, pemuda muslim asal Dallas, Texas mengatakan, aktivitasnya sebelum dan saat pandemi Covid-19 sedikit berbeda karena negaranya saat ini menerapkan pembatasan sosial yang ketat.
“Tahun-tahun lalu saat tak ada virus corona, saat Ramadhan saya sering pergi ke masjid untuk shalat tarawih, buka bersama dan berbagai aktivitas di sana, namun sekarang masjid di kota saya ditutup,” kata pemuda yang pernah mengikuti program pertukaran National Security Language Initiative for Youth (NSLI-Y) di Jakarta pada 2019 lalu.
Baca Juga: Pangeran Diponegoro: Pemimpin Karismatik yang Menginspirasi Perjuangan Nusantara
Muhanna mengikuti program pertukaran Critical Language Scholarship (CLS) dan belajar Bahasa Indonesia di Universitas Negeri Malang. Saat ini ia berkuliah di University of Texas jurusan Biologi.
Ia menuturkan, menjalankan ibadah di AS memang penuh tantangan, salah satunya waktu puasa yang berkisar 15-16 jam. Namun dengan adanya pembatasan sosial ini malahan puasa bagi Muhammad jadi lebih ringan karena tidak terlalu banyak beraktivitas di luar.
Hampir mirip dengan Muhammad, Yuhaniz Aly, muslimat asal Seattle, Washington, menghabiskan banyak kegiatannya di rumah, mulai dari kelas online, serta memasak untuk Iftar dan makan malam.
“Ramadhan ini sangat mudah karena sebelumnya saya beraktivitas di luar atau sekolah, namun sebagian besar sekarang beraktivitas di rumah. Keluarga Kami sering memasak berbagai jenis makanan,” kata muslimat yang juga pernah ikut program pertukaran.
Baca Juga: Jadi Buronan ICC, Kanada Siap Tangkap Netanyahu dan Gallant
Yuhaniz tinggal bersama di host family di Jakarta selama program pertukaran pada 2018. Saat ini, Yuhaniz berkuliah di University of Washington jurusan Kesehatan Masyarakat.
Selama Ramadhan ini, Yuhaniz juga sering mengikuti kegiatan komunitas muslim secara online. (L/RE1/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Survei: 37 Persen Remaja Yahudi di AS Bersimpati dengan Hamas