Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

CHARLIE HEBDO, CARA KUNO LECEHKAN ISLAM

Bahron Ansori - Jumat, 16 Januari 2015 - 08:43 WIB

Jumat, 16 Januari 2015 - 08:43 WIB

2793 Views

(Salah satu contoh karikatur yang melecehkan umat Islam)
(Salah satu contoh karikatur yang melecehkan umat Islam)

(Salah satu contoh karikatur yang melecehkan umat Islam)

Oleh: Bahron Ansori (Redaktur Mi’raj Islamic News Agency / MINA)

Banyak perangkap yang dipasang oleh pihak yang tidak senang melihat Islam berkembang. Perangkap itu sengaja dipasang untuk memancing emosi kaum muslimin dimana pun berada. Salah satu perangkap yang akhir-akhir ini masih hangat adalah apa yang dilakukan oleh majalah satir Charlie Hebdo Prancis. Dengan mengatasnamakan kebebesan berekspresi, majalah Charlie Hebdo seringkali sengaja menampilkan cover-cover karikatur Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.

Sikap ‘kurang ngajar’ terhadap umat Islam itu sudah berulang kali dilakukan Charlie Hebdo, dengan tujuan melecehkan umat Islam. Secara logika, tak ada alasan satu pun bagi Charlie Hebdo menampilkan karikatur Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang sudah wafat belasan abad lalu, kecuali dengan tujuan untuk memancing emosi dan menyudutkan kaum muslimin.

Akibat pelecehan yang sudah berulang kali dilakukan oleh Charlie Hebdo itu, puncaknya adalah aksi penembakan oleh orang tak dikenal di kantor majalah satir Prancis Charle Hebdo menewaskan 12 orang. Korban tewas termasuk pemimpin redaksi dan kartunis majalah tersebut.

Baca Juga: Sejarah Palestina Dalam Islam

Pemimpin redaksi Stephane Charbonnier yang juga dikenal dengan nama ‘Charb’ adalah salah satu korban tewas. Selain itu, ada pula korban yang merupakan kartunis bernama Jean Cabut (Cabu), Bernard Verlhac (Tignous) dan Georges Wolinski (Wolinski). Mereka selama ini terkenal karena berulang kali menerbitkan karikatur Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, demikian dilansir AFP, Kamis (8/1/15).

Beberapa menit sebelum terjadi tembakan itu, Charlie Hebdo sempat men-tweet kartun pemimpin kelompok militant ISIS, Abu Bakr al-Baghdadi. Sebelumnya pada November 2011, kantor majalah satire ini pernah dilempari bom sehari setelah menyajikan karikatur Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.

Saat itu, aparat Prancis memburu tersangka pelaku serangan kantor majalah satir Prancis Charlie Hebdo yang menewaskan 12 orang dan melukai 10 lainnya. Saksi mata menyebut pelaku penembakan tersebut mengenakan pakaian serba hitam dan bertudung. Disebutkan ada dua pria bertudung memasuki gedung dengan menenteng senjata otomatis Kalashnikov.

Bagi sekelompok pihak mengatakan bertanggung jawab atas peristiwa tragis itu. Alsannya, penembakan itu adalah hal wajar yang harus diterima oleh Charlie Hebdo, sebab mereka sudah dengan sengaja berulang kali berulah melecehkan Nabi umat Islam. “Itu adalah pelajan bagi penghina Nabi. Tidak ada kebebesan yang mutlak di dunia ini,” kurang lebih begitulah pengakuan pihak yang bertanggung jawab atas aksi tersebut.

Baca Juga: Pelanggaran HAM Israel terhadap Palestina

Kontan saja, peristiwa itu mengundang simpati dari sebagian besar penduduk dunia dengan melakukan aksi demonstrasi besar-besaran sebagai wujud rasa peduli atas tewasnya beberapa awak majalah satir Charlie Hebdo. Demonstrasi yang diikuti sekitar 1,6 juta orang di Paris itu, ikut pula para pemimpin dunia, termasuk Presiden Palestina Mahmoud Abbas pun ada dalam aksi solidaritas untuk penghina Nabi tersebut.

Selain Presiden Perancis Francois Hollande, para pemimpin dunia lainnya yang hadir di antaranya: Perdana Menteri Inggris David Cameron, Perdana Menteri Turki Ahmet Davutoglu, Perdana Menteri Spanyol Mariano Rajoy, Kanselir Jerman Angela Merkel bersama Menteri Luar Negeri Jerman Frank-Walter Steinmeier dan Menteri Energi dan Urusan Ekonomi Sigmar Gabriel. Pejabat lainnya, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Presiden Ukraina Petro Poroshenko, Raja Yordania Abdullah II dan Ratu Rania.

Pertanyaannya, mengapa ketika terjadi pembantaian puluhan juta Muslim Iraq yang dilakukan oleh pasukan Amerika beberapa tahun silam tak ada satu pun aksi solidaritas? Padahal jelas-jelas umat Islam yang menjadi korban. Mengapa ketika pembantaian Muslim Suriah oleh Bashar al Asad berlangsung hingga kini tak satu pun aksi pembelaan dilakukan? Tapi, ketika Charli Hebdo ‘terzalimi’ justeru jutaan orang dan beberapa pemimpin besar dunia turun ke jalan sebagai bentuk simpatinya. Dimana keadilan itu?

Pelecehan Berantai

Baca Juga: Peran Pemuda dalam Membebaskan Masjid Al-Aqsa: Kontribusi dan Aksi Nyata

Charlie Hebdo, bukan pertama kali menampilkan karikatur Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Edisi khusus yang terbit pada Rabu 8 Februari 2006 silam, Charlie Hebdo pun pernah menerbitkan karikatur dengan judul “Muhammad débordé par les intégristes “Muhammad disibukkan oleh orang-orang muslim fundamentalis.” Dalam karikatur itu, digambarkan Nabi berkata, C’est dûr d’être aimé par des cons “Betapa beratnya dicintai oleh orang-orang bodoh!”

Film The Innocence of Muslim yang dibuat oleh Sam Bacile alias Nakoula Basseley Nakoula, warga negara Amerika Serikat (AS) asal Mesir beragama Kristen-Koptik, merupakan film yang juga menghina Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Pada 30 Oktober 2005, koran besar di Denmark Jyllands-Posten memuat gambar kartun Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dengan bom di atas sorbannya yang dibuat oleh kartunis Kurt Westergaard.

Jauh sebelum peristiwa penghinaan yang dilakukan Charlie Hebdo, tahun 1990-an, Salman Rushdie dengan novel Ayat-Ayat Setan (The Satanic Verses) telah mengundang kemarahan umat Islam kala itu. Dalam novel yang ditulis tahun 1988 itu, Rushdie memasukkan Tuhan dalam Islam (Allah) sebagai tokoh. Akibat novel yang melecehkan umat Islam itu, Imam Khomeini Pemimpin Besar Iran saat itu mengeluarkan fatwa mati bagi Rushdie, dan menyediakan hadiah uang bagi siapa saja yang dapat membawa kepala pemenang Nobel Sastera itu.

Salman Rushdie, yang lahir di Mumbai, India, 19 Juni 1947 berkebangsaan Inggris dan bertempat tinggal di Inggris, bersembunyi setelah Ayatollah Khomeini mengeluarkan fatwa pada tahun 1989 yang memerintahkan kaum Muslim untuk membunuhnya karena dianggap menghina Islam. Hingga tahun 2012, pemerintah Iran telah meningkatkan imbalan uang bagi yang dapat membunuh Salman Rushdie ini.

Baca Juga: Langkah Kecil Menuju Surga

Dari beberapa pelecehan yang dilakukan itu, umat Islam tumpah ruah ke jalan meminta negara tempat dimana media itu terbit agar melakukan tindakan tegas karena telah melecehkan kaum muslimin. Di Yordania, Raja Abdullah menghukum media yang ikut menerbitkan Charlie Hebdo seperti yang dilakukan oleh tabloid Shihane.

Bagaimana pun, pembelaan yang dilakukan kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam tidak harus ditunjukkan dengan cara-cara tragis seperti yang dilakukan beberapa pelaku kepada majalah satir Charlie Hebdo dengan membunuh beberapa awak majalah tersebut. Bisa jadi, pelecehan dengan kartun-kartun itu adalah perangkap yang sengaja dilakukan untuk menjebak kaum muslimin melakukan aksi-aksi seperti yang dilihat.

Namun, yang tak kalah penting, apa yang diterima oleh Charlie Hebdo merupakan pelajaran sangat berharga bagi pihaknya dan pihak-pihak lain yang tidak senang dengan berkembangnya Islam. Apakah dengan penembakan itu membuat Charlie Hebdo menyadari bahwa tidak ada kebebesan mutlak dalam pers. Tapi yang terjadi justeru sebaliknya, majalah itu kembali menerbitkan kartun Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dengan ratusan ribu eksemplar.

Sikap Seorang Muslim

Baca Juga: Akhlak Mulia: Rahasia Hidup Berkah dan Bahagia

Secara pribadi, penulis marah karena Charlie Hebdo sudah melakukan pelecehan kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Jangankan kepada Nabi, ketika ada saudara sesama Muslim tertindas dan dihinakan saja, fitrah umat Islam dimana pun berada, juga akan marah dan berkeinginan untuk membela saudaranya tentu dengan cara-cara yang makruf (baik). Pembelaan kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam adalah wujud cinta dan loyalitas seorang Muslim.

Dalam beberapa tarikh disebutkan, Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam meminta kepada para sahabatnya untuk membunuh Ka’b bin Ashraf, seorang Yahudi, yang menurut Nabi telah menyakiti Allah dan Nabi. Lalu, Muhammad bin Maslama dan beberapa sahabat lainnya, harus menipu Ka’b terlebih dahulu agar ia keluar dari rumahnya. Setelah Ka’b bin Ashraf tidak merasa curiga lagi, maka ia dipenggal oleh para sahabat Nabi (baca: Hadits Bukhari Vol. 5, Buku 59, tentang peperangan, No. 369).

Sepintas, kisah dalam hadis di atas mengajarkan kepada kaum muslimin agar membunuh siapa saja yang menghina Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Pertanyaannya, apakah Islam seekstrim itu? Apakah tidak ada cara lain selain membunuh? Apakah dengan membunuh para penghina Nabi itu masalah jadi selesai? Apakah dibenarkan membunuh orang dengan alasan “membela Rasulullah?” Bukankah Islam itu agama yang indah, damai dan sejahtera? Disinilah kecerdasan (intelektual, emosional dan spiritual), kesabaran umat Islam diuji.

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman yang artinya, “Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri…” (Qs. Al-Ahzab : 6). Dari ayat itu, bisa disimpulkan bahwa pembelaan kepada Nabi adalah hal yang diwajibkan Allah kepada seluruh pengikutnya, tanpa terkecuali. Namun, bagaimana caranya membela dan mengutamakan Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam?

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-22] Islam Itu Mudah, Masuk Surga Juga Mudah

Banyak cara yang bisa dilakukan kaum muslimin untuk membela Nabinya, salah satunya adalah dengan membaca shalawat kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, berusaha dengan istikomah mengamalkan ajarannya dan bukan dengan cara-cara sadis yang bisa memberi dampak buruk bagi eksistensi Islam dan umatnya sendiri. Oleh karena itu, pembelaan yang dilakukan seorang Muslim kepada Nabinya harus dilakukan dengan adil dan bijaksana.

Umat Islam atau organisasi Islam tentu sangat bisa menyuarakan penolakan atas publikasi yang dilakukan oleh Charlie Hebdo melalui media massa. Media massa dilawan dengan media massa, tentu cara ini lebih santun daripada harus membunuh 12 orang. Cara-cara ekstrim perlu mendapat fatwa ulama untuk melakukannya seperti fatwa Ayatollah Khomeini kasus Salman Rushdie.

Mestinya, sikap arif seorang Muslim dalam kasus Charlie Hebdo adalah tak perlu membalasnya. Ketika penghinaan itu dibalas dengan pembunuhan 12 orang atau lebih, maka yang terjadi justeru Charlie Hebdo semakin ‘gila-gilaan’ menerbitkan kembali ratusan ribu eksemplar karikatur Nabi. Keburukan mesti dibalas dengan kebaikan agar mereka para ‘musuh Islam’ itu mendapatkan hidayah dan bertaubat kepada Allah Ta’ala.

Terkait dengan sikap apa yang harus dilakukan seorang Muslim atas penghinaan tersebut, Allah Ta’ala berfirman yang artinya,Dan janganlah kamu memaki sesembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa dasar pengetahuan.” (Qs. Al-An’am: 108). Semoga kita memahami makna yang terkandung dalam firman Allah di atas. Wallahu’alam. (T/R02/P3)

Baca Juga: Baca Doa Ini Saat Terjadi Hujan Lebat dan Petir

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

 

Baca Juga: Ini Doa Terbaik Dari Keluarga untuk Jamaah Yang Pulang Umrah

Rekomendasi untuk Anda

Timur Tengah
Timur Tengah
Internasional
Breaking News
Breaking News