Beijing, 26 Ramadhan 1436/13 Juli 2015 (MINA) – Kementerian Keamanan Cina mengatakan Sabtu (11/7), 109 warga Muslim Uighur yang dipulangkan oleh Thailand sebenarnya dalam perjalanan menuju Turki, Suriah atau Irak “untuk bergabung jihad”.
Media pemerintah melaporkan, Beijing juga mengkritik Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) atas kecamannya terkait deportasi Thailand terhadap warga etnis Muslim Uighur ke Cina.
Departemen Luar Negeri AS menuduh Pemerintah Beijing akan berbuat kasar terhadap warga Muslim Uighur yang dideportasi ke Cina, Al-Arabiya yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Pada Kamis (9/7), Thailand mengatakan telah mendeportasi sekitar 100 Muslim Uighur yang ditahan di negara itu setelah ditemukan bukti jelas mereka adalah warga negara Cina.
Baca Juga: Presiden Korea Selatan Selamat dari Pemakzulan
Deportasi memicu kecaman dari kelompok hak asasi dan protes baru di Turki. Uighur adalah etnis yang sebagian besar Muslim di wilayah barat laut Xinjiang dan memiliki ikatan etnis budaya yang kuat dengan Turki.
Kementerian Keamanan Publik Cina pada Sabtu (11/7) menyatakan, 13 dari 109 Muslim Uighur yang dipulangkan, meninggalkan Cina setelah terlibat dalam “kegiatan teroris”, kata kantor berita nasional Xinhua melaporkan.
Kementerian menuding, banyak dari mereka telah menjadi radikal pengaruh Gerakan Islam Turkestan Timur (ETIM) dan Kongres Uighur Dunia.
Kementerian juga mengklaim, penyelidikan polisi Cina telah menemukan beberapa geng perekrutan jihad di Turki, lapor Xinhua.
Baca Juga: Jumat Pagi Sinagog Yahudi di Meulbourne Terbakar
Mengutip laporan itu, Kementerian mengatakan, setelah tiba di Turki, banyak etnis Muslim Uighur yang direkrut oleh ETIM, kemudian berlanjut untuk berperang di Suriah.
Puluhan warga Uighur diyakini telah menyelamatkan diri dari Xinjiang yang bergolak dalam beberapa tahun terakhir. Kadang-kadang mereka melakukan perjalanan melalui Asia Tenggara dengan harapan mendapat tempat tinggal di Turki.
Cina secara rutin menuduh separatis Muslim Uighur seperti ETIM berada di balik serangan di Xinjiang, yang telah mengalami gelombang kerusuhan mematikan.
Tetapi para ahli di luar negeri meragukan kekuatan kelompok itu dan hubungan mereka dengan jaringan bersenjata dunia. Pengamat justeru menuding Cina melebih-lebihkan ancaman untuk membenarkan langkah-langkah keamanan ketat di wilayah yang kaya sumber daya di Xinjiang. (T/P001/R05)
Baca Juga: Taliban Larang Pendidikan Medis Bagi Perempuan, Dunia Mengecam
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: PBB akan Luncurkan Proyek Alternatif Pengganti Opium untuk Petani Afghanistan