Oleh: Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior MINA
Beriman kepada Nabi dan Rasul, mencakup pengertian mengimani bahwa Allah benar-benar mengutus para Nabi dan Rasul, mengimani nama-nama Nabi dan Rasul, membenarkan berita-berita yang shahih dari para Nabi dan Rasul, dan mengamalkan syari’at Nabi di mana Nabi diutus. Serta yang pokok lagi adalah mengimani bahwa penutup para nabi adalah Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang diutus Allah untuk seluruh umat manusia, bahkan untuk semesta alam.
Allah menyebut di dalam firman-Nya:
وَمَآ أَرۡسَلۡنَـٰكَ إِلَّا رَحۡمَةً۬ لِّلۡعَـٰلَمِينَ
Artinya: “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk [menjadi] rahmat bagi semesta alam”. (QS Al-Anbiya [21]: 107).
Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat
Pada ayat lain disebutkan:
قُلۡ يَـٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنِّى رَسُولُ ٱللَّهِ إِلَيۡڪُمۡ جَمِيعًا ٱلَّذِى لَهُ ۥ مُلۡكُ ٱلسَّمَـٰوَٲتِ وَٱلۡأَرۡضِۖ لَآ إِلَـٰهَ إِلَّا هُوَ يُحۡىِۦ وَيُمِيتُۖ فَـَٔامِنُواْ بِٱللَّهِ وَرَسُولِهِ ٱلنَّبِىِّ ٱلۡأُمِّىِّ ٱلَّذِى يُؤۡمِنُ بِٱللَّهِ وَڪَلِمَـٰتِهِۦ وَٱتَّبِعُوهُ لَعَلَّڪُمۡ تَهۡتَدُونَ
Artinya: Katakanlah: “Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan [yang berhak disembah] selain Dia, Yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul Nya, Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya [kitab-kitab-Nya] dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk”. (QS Al-A’raf [7]: 158).
Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam adalah Nabi dan Rasul terakhir penutup para Nabi dan Rasul utusan Allah. Urutannya bukan hanya yang terakhir, atau yang ke-25 dari Nabi dn Rasul yang wajib diketahui umat Islam. Namun juga ajarannya menyempurnakan seluruh syariat yang pernah Allah turunkan kepada Nabi dan Rasul sebelumnya.
Jumlah keseluruhan Nabi sebenarnya lebih dari 25 orang. Seperti disebutkan di hadits dari Abu Dzar Al-Ghifari, ia bertanya pada Rasulullah, “Ya Rasulullah, berapa jumlah Rasul?”, Nabi Shallallahu ’Alaihi Wasallam menjawab, “Tiga ratus belasan orang.” (HR Ahmad).
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat
Dalam riwayat Abu Umamah, Abu Dzar bertanya, “Wahai Rasulullah, berapa tepatnya para Nabi?”, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menjawab, “124.000 dan Rasul itu 315 orang.”
Namun terdapat pendapat lain dari sebagian ulama yang menyatakan bahwa jumlah Nabi dan Rasul tidak dapat kita ketahui. Wallahu’alam.
Oleh karena itulah, walaupun dalam Al-Qur’an hanya disebut 25 nabi, maka kita tetap mengimani secara global adanya Nabi dan Rasul yang tidak dikisahkan dalam Al-Qur’an.
Allah menyebutkan di dalam firman-Nya:
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin
وَلَقَدۡ أَرۡسَلۡنَا رُسُلاً۬ مِّن قَبۡلِكَ مِنۡهُم مَّن قَصَصۡنَا عَلَيۡكَ وَمِنۡهُم مَّن لَّمۡ نَقۡصُصۡ عَلَيۡكَۗ وَمَا كَانَ لِرَسُولٍ أَن يَأۡتِىَ بِـَٔايَةٍ إِلَّا بِإِذۡنِ ٱللَّهِۚ فَإِذَا جَآءَ أَمۡرُ ٱللَّهِ قُضِىَ بِٱلۡحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ ٱلۡمُبۡطِلُونَ
Artinya: “Dan sesungguhnya telah Kami utus beberapa orang rasul sebelum kamu, di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada [pula] yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak dapat bagi seorang rasul membawa suatu mu’jizat, melainkan dengan seizin Allah; maka apabila telah datang perintah Allah, diputuskan [semua perkara] dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang bathil. (QS Al-Mu’min [40]: 78).
Kita pun mengimani semua Nabi dan Rasul utusan Allah tersebut seperti Allah sebut di dalam ayat:
ءَامَنَ ٱلرَّسُولُ بِمَآ أُنزِلَ إِلَيۡهِ مِن رَّبِّهِۦ وَٱلۡمُؤۡمِنُونَۚ كُلٌّ ءَامَنَ بِٱللَّهِ وَمَلَـٰٓٮِٕكَتِهِۦ وَكُتُبِهِۦ وَرُسُلِهِۦ لَا نُفَرِّقُ بَيۡنَ أَحَدٍ۬ مِّن رُّسُلِهِۦۚ وَقَالُواْ سَمِعۡنَا وَأَطَعۡنَاۖ غُفۡرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيۡكَ ٱلۡمَصِيرُ
Artinya: “Rasul telah beriman kepada Al Qur’an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. [Mereka mengatakan]: “Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun [dengan yang lain] dari rasul rasul-Nya”, dan mereka mengatakan: “Kami dengar dan kami ta’at”. [Mereka berdo’a]: “Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali”. (QS Al-Baqarah [2]: 285).
Adapun penyebutan bahwa Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam adalah Nabi dan Rasul terakhir utusan Allah, dan tidak ada lagi Nabi sesudahnya, atau urutan ke-25 dari Nabi dan rasul yang wajib kita ketahui, Allah nyatakan di dalam ayat:
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat
مَّا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَآ أَحَدٍ۬ مِّن رِّجَالِكُمۡ وَلَـٰكِن رَّسُولَ ٱللَّهِ وَخَاتَمَ ٱلنَّبِيِّـۧنَۗ وَكَانَ ٱللَّهُ بِكُلِّ شَىۡءٍ عَلِيمً۬ا
Artinya: “Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”. (QS Al-Ahzab [33]: 40).
Jadi, tidak ada lagi Nabi dan Rasul sesudah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Jadi, urutan ke-25 itu bukan Nabi Isa ‘Alaihis Salam. Hal ini dapat mengesankan bahwa Isa ‘Alaihis Salam adalah Nabi dan rasul terakhir.
Dalam hal hal ini Allah menegaskan di dalam ayat:
وَإِذۡ قَالَ عِيسَى ٱبۡنُ مَرۡيَمَ يَـٰبَنِىٓ إِسۡرَٲٓءِيلَ إِنِّى رَسُولُ ٱللَّهِ إِلَيۡكُم مُّصَدِّقً۬ا لِّمَا بَيۡنَ يَدَىَّ مِنَ ٱلتَّوۡرَٮٰةِ وَمُبَشِّرَۢا بِرَسُولٍ۬ يَأۡتِى مِنۢ بَعۡدِى ٱسۡمُهُ ۥۤ أَحۡمَدُۖ فَلَمَّا جَآءَهُم بِٱلۡبَيِّنَـٰتِ قَالُواْ هَـٰذَا سِحۡرٌ۬ مُّبِينٌ۬
Artinya: “Dan [ingatlah] ketika ’Isa Putera Maryam berkata: “Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab [yang turun] sebelumku, yaitu Taurat dan memberi kabar gembira dengan [datangnya] seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad [Muhammad]” Maka tatkala Rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: “Ini adalah sihir yang nyata”. (QS Ash-Shaff [61]: 6).
Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang
Dan semua syariat pokok yang dibawa oleh Para Nabi dan Rasul utusan Allah adalah sama, yakni Tauhidullah, mengesakan Allah, Tuhan Yang Satu, yang tidak beranak dan tidak diperanakkan.
Mereka semua adalah sebagai Muslim, hamba yang menyerahkan dirinya kepada Allah. Mereka semua mengajarkan untuk menegakkan dinul Islam dengan berjama’ah, bersatu padu, terpimpin, dengan tidak bercerai-berai.
Maka, sangat mustahil jika Allah yang Esa (Ahad), mengajarkan agama menyembah sesama manusia makhluk-Nya, atau menyembah tiga Tuhan.
Allah berfirman di dalam ayat:
Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat
شَرَعَ لَكُم مِّنَ ٱلدِّينِ مَا وَصَّىٰ بِهِۦ نُوحً۬ا وَٱلَّذِىٓ أَوۡحَيۡنَآ إِلَيۡكَ وَمَا وَصَّيۡنَا بِهِۦۤ إِبۡرَٲهِيمَ وَمُوسَىٰ وَعِيسَىٰٓۖ أَنۡ أَقِيمُواْ ٱلدِّينَ وَلَا تَتَفَرَّقُواْ فِيهِۚ كَبُرَ عَلَى ٱلۡمُشۡرِكِينَ مَا تَدۡعُوهُمۡ إِلَيۡهِۚ ٱللَّهُ يَجۡتَبِىٓ إِلَيۡهِ مَن يَشَآءُ وَيَہۡدِىٓ إِلَيۡهِ مَن يُنِيبُ
Artinya: “Dia telah mensyari’atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan ’Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik, agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada [agama]-Nya orang yang kembali [kepada-Nya]”. (QS Asy-Syura [42]: 13).
Termasuk Nabi Isa ‘Alaihis Salam beserta para pengikutnya pun menyembah Allah, sebagai Muslim. Seperti firman-Nya:
فَلَمَّآ أَحَسَّ عِيسَىٰ مِنۡہُمُ ٱلۡكُفۡرَ قَالَ مَنۡ أَنصَارِىٓ إِلَى ٱللَّهِۖ قَالَ ٱلۡحَوَارِيُّونَ نَحۡنُ أَنصَارُ ٱللَّهِ ءَامَنَّا بِٱللَّهِ وَٱشۡهَدۡ بِأَنَّا مُسۡلِمُونَ
Artinya: “Maka tatkala ’Isa mengetahui keingkaran mereka [Bani Israil] berkatalah dia: “Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk [menegakkan agama] Allah?” Para hawariyyin [sahabat-sahabat setia] menjawab: “Kamilah penolong-penolong [agama] Allah. Kami beriman kepada Allah; dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berserah diri”. (QS Ali Imran [3]: 52).
Maka, momentum Maulid Nabi, membaca sejarah Nabi, mengkaji Sirah Nabawiyah, adalah upaya meningkatkan kecintaan kepada Nabi. Lebih dari itu yang lebih penting adalah meningkatkan kesetiaan dan keimanan kepada Nabi.
Baca Juga: Cinta Dunia dan Takut Mati
Semoga Allah senantiasa memberikan petunjuk-Nya kepada kita semua untuk selalu setia mengikuti sunnah Nabi-Nya. Allaahumma sholli ‘alaa muhammad. Aamiin ya robal ‘aalamiin. (A/RS2/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: [Hadist Arbain ke-5] Tentang Perkara Bid’ah