Rembang, MINA – Dalam sebuah dialog setelah kepulangannya di Hari Raya Idul Fitri, Kiai Yahya Cholil Staquf mengungkapkan bahwa kunjungannya ke Israel fokus pada misi perdamaian.
Dialog di kediamannya di Rembang, Jawa Tengah itu ditulis dan dipublikasikan oleh Kalis Mardiasih dalam situs mojok.co pada Rabu (20/6).
“Dinamikanya agak ramai karena ada peristiwa Gaza pada Mei 2018 dan situasi politik dalam negeri yang sedang seru. Negara dan semua tokoh politik pasti berhitung. Mereka tidak mau salah langkah untuk 2019. Tetapi langkah saya berfokus pada misi perdamaian, tak ada kaitan dengan politik remeh-temeh itu,” ujar Gus Yahya, sebutan akrab Kiai Yahya.
Menurut Kalis, Gus Yahya sadar bahwa keberangkatannya ke Yerusalem adalah sebuah agenda dengan misi breaking through yang sangat berisiko.
Gus Yahya pun mengaku bersedia menerima risikonya karena ia datang ke Yerusalem atas nama pribadi.
Ia mengungkapkan bahwa undangan kepadanya datang sebelum ia dilantik di Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres), jadi membenarkan jika Presiden Joko Widodo menyatakan bahwa yang bersangkutan datang atas nama pribadi.
Meski ia sebagai Katib Aam PBNU, ia mengatakan bahwa NU pun tidak boleh ikut menanggung risiko dari misi pribadinya.
Namun ia mengaku, ketika undangan itu datang, Gus Yahya sudah meminta izin kepada para ulama Nahdlatul Ulama (NU), terutama kepada pamannya, Kiai Mustofa Bisri (Gus Mus), sambil menjelaskan secara rinci konteks dan kepentingannya. Gus Mus pun merestui.
Baca Juga: Sertifikasi Halal untuk Lindungi UMK dari Persaingan dengan Produk Luar
Pada 8 Juni, Gus Yahya berangkat ke Yerusalem, Palestina, dalam rangka memenuhi undangan hadir di AJC (American Jews Commitee) Global Forum pada tanggal 10 Juni.
Kunjungannya telah menuai reaksi dan kritikan keras dari berbagai tokoh dan pihak di Indonesia, termasuk pejabat pemerintah Palestina.
Kunjungan Kiai Yahya bertepatan pada masa-masa pasukan Israel terus melakukan pembunuhan terhadap warga Palestina di Gaza dan kian menguasai Yerusalem, ibu kota masa depan Negara Palestina.
Pada Ahad, melalui akun Facebook resminya, Gus Mus mengatakan bahwa Gus Yahya sejak SMA selalu membela Palestina, tetapi sumpah-serapah dan caci-makinya kepada Israel hanya bisa melalui tulisan.
Baca Juga: Menko Budi Gunawan: Pemain Judol di Indonesia 8,8 Juta Orang, Mayoritas Ekonomi Bawah
Pernyataan Gus Mus selaras dengan pengakuan Gus Yahya. Kiai yang juga sebagai Presiden Terong Gosong itu mengatakan bahwa ia sudah menyediakan pidato yang panjang tentang pembelaannya untuk Palestina.
Namun, panitia AJC banyak merevisi teks pidatonya dan merubah acara ke dalam format talk show.
“Kalau saya pidato, nanti tidak bisa dikontrol. Maka panitia mengubah formatnya menjadi talkshow, dan Rabbi David Rosen yang memandu acara mengarahkan pembicaraan itu termasuk untuk mengenang jasa Gus Dur yang telah membuka jalan dialog dengan Israel,” kata Gus Yahya. (T/RI-1/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Hingga November 2024, Angka PHK di Jakarta Tembus 14.501 orang.