Letkol. Dawud Agbere, Imam Tentara AS

Berniat menjembatani dakwah di Amerika Serikat, seorang ini memilih untuk berkarir di militer. Ia kini mengabdi sebagai imam bagi para tentara Muslim di negeri paman Sam tersebut.

Dia adalah Letnan Kolonel Dawud Agbere, salah satu dari lima tentara Muslim AS yang kini di tempatkan di Kementerian Pertahanan AS, yang biasa disebut .

Ia telah bertugas di militer AS selama hampir dua dekade. Ia bukanlah seorang letnan kolonel biasa. Karir militernya telah membawa pria ini ke zona perang di Afghanistan dan Irak.

Dawud mampu berbicara Arab dengan fasih. Ia seringkali bertugas sebagai satu-satunya Muslim di unitnya. Ia mengakui menjadi minoritas kadang mengagetkan sesama tentara AS lainnya yang sebelumnya tidak mengenal Islam sama sekali. Oleh karena itu, Dawud berkeyakinan kehadirannya menjadi penjembatan untuk mereka yang tidak tahu Islam.

Seorang kontraktor IT yang bekerja di di Pentagon, Abdul Zaid, menyebut Dawud sebagai imam yang peduli terhadap orang lain. Ia sering menghibur koleganya yang sedang pada masa-masa sedih, kadang membawa kue dan es krim saat ada perayaan-perayaan tertentu.

Dawud Agbere lahir dan bertumbuh di Ghana, Afrika Barat. Suatu saat Dawud muda ingin pindah ke Amerika Serikat. Ia  memenangkan undian visa sementara semisal Green Card yang disebut US Diversity Visa, yang ditujukan untuk negara-negara dengan angka imigran rendah di AS. Dia bersemangat menerima visa. Ia mendapat pekerjaan mengajar siswa SMA di New Jersey. Tapi sebulan kemudian setelah kesulitan menghadapi kenakalan para siswa, Dawud mulai melihat peluang lain. Melihat kedisiplinan angkatan laut membuat Dawud mencintai bidang tersebut. Karena kedisiplinan cocok dengan karakteristik dirinya.

“Jadi ketika saya melihat angkatan laut itu membuka lowongan, saya berkata, ‘Di sanalah saya seharusnya berada,'” kata Dawud.
Ia kemudian mengikuti angkatan laut sampai suatu saat dihadapkan pada hukum yang mengharuskannya berkewarganegaraan AS untuk melanjutkan karir.

Ia mendiskusikannya dengan atasannya. Ia dianjurkan berpindah ke angkatan darat yang tidak memiliki aturan yang sama dalam hal kewarganegaraan ini.

Perjalanannya tidak selalu mudah. Ketika ditempatkan di Irak, salah satu pemimpin Dawud sangkat khawatir dengan kehadiran Dawud yang Muslim bahkan sebelum mereka bertemu. “Dia ketakutan ketika mendengar pria Muslim,” kata Dawud, “tapi hari ini, dia adalah salah satu teman terbaik saya.”

Saat ini di tengah meningkatnya anti Islam di AS, terlebih setelah kehadiran kandidat presiden yang berjanji jika terpilih akan menghapuskan Islam dari AS, Dawud Agbere menyatakan tidak melawan mereka yang membenci Islam dengan kekerasan. Namun memilih menunjukkan Islam dengan cara yang lebih baik.

“Tentu saja hal-hal tersebut (aksi-aksi anti Islam, red) berdasarkan keegoisan, dan saya selalu melihatnya justru sebagai peluang untuk mengajari orang tentang Islam yang sebenarnya. Saya ingin menentukan jalan kisah saya, bukan kisah saya yang menentukan saya,” tutur Dawud. (R04/P2)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)