Oleh Bahron Ansori, wartawan MINA
Diriwayatkan oleh Syaqiq Al Balakhi. Beliau pernah bertanya kepada seorang sahabatnya dan sekaligus juga menjadi muridnya bernama Hatim. Beliau bertanya, ”Sudah lama engkau bersahabat denganku. Selama ini pelajaran dan hikmah apa saja yang telah engkau dapatkan?”
Maka Hatim menjawab, pertama, “Aku melihat setiap orang mempunyai kekasih pujaan hatinya. Tetapi orang itu telah berada dikuburan (sudah meninggal),kuliat semua kekasihnya meninggalkannya.Karena itulah aku menjadikan kebaikan dan semua amal ibadahku sebagai kekasihku karena aku tau ia senantiasa menyertaiku walaupun aku kelak telah dipekuburan (telah meninggal).
Kedua, “Aku senantiasa berusaha untuk merenungi firman Alloh, ”Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Rabbnya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggalnya.” (Qs. An Naazi’at: 40-41). Karena itulah aku berjuang mati-matian hingga aku berhasil mentaati segala perintah Allah.
Baca Juga: Sejarah Palestina Dalam Islam
Ketiga, “Aku melihat yang diperebutkan orang ada yang bernilai mengangkat tapi juga justru menurunkan derajat orang itu. Akan tetapi setelah aku mengamati firman Allah yang berbunyi, ”Apa yang ada di sisi Allah adalah kekal…(Qs. An Nahl: 96), maka setiap aku memiliki sesuatu yang bernilai, aku ”Tabungkan” di jalan Allah supaya kelak “ hartaku” itu abadi di sisi-Nya.
Keempat, “Aku melihat orang berjuang mati-matian demi harta, pangkat dan kehormatan untuk kemuliaan. Padahal kalau kita mengamati firman Allah Ta’ala, ”….Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu…” (Qs. Al Hujurat: 13).
Kita akan mengetahui bahwa sesungguhnya orang yang mendapatkan kemuliaan di sisi Allah adalah orang yang bertaqwa. Karena itulah aku berusaha untuk selalu meningkatkan ketaqwaanku supaya dapat mencapai kemuliaan yang lebih terjamin dari Allah Ta’ala.
Kelima, “Aku melihat di dunia ini banyak permusuhan di antara manusia terutama disebabkan oleh hasud dan dengki soal rezeqi, padahal Allah Ta’ala jelas-jelas menyatakan dalam firman-Nya, ”Apakah mereka yang membagi-bagikan rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia. Dan Kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat. Agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain…?” (Qs. Az Zuhruf : 32). Karena itulah aku selalu menanggalkan rasa hasut dan dengki kepada orang lain.
Baca Juga: Pelanggaran HAM Israel terhadap Palestina
Keenam, “Aku melihat manusia pada umumnya memperuncing permusuhan di antara mereka, padahal musuh mereka yang sebenarnya berdasarkan petunjuk Allah Ta’ala adalah setan, sebagaimana dijelaskan dalam firman-Nya, ”Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh(mu). Karena sesungguhnya syaitan-syaitan hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.” (Qs. Faatir 6). Karena itulah aku berusaha memutihkan hatiku terhadap siapapun, kecuali terhadap syaitan.
Ketujuh, “Aku liat banyak orang menghinakan diri demi memperoleh sesuap nasi pagi dan petang, padahal Allah Ta’ala telah memberi jaminan yang jelas kepada kita semua dalam firman-Nya, ”Dan tidak ada satu binatang melatapun di bumi melainkan Allahlah yang memberi rizqinya. Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semua tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).” (Qs. Hud: 6). Karena itulah aku akan menyibukkan diri dengan karunia yang telah diberikan-Nya kepadaku, dan aku berusaha meninggalkan yang tidak diberikan kepadaku.
Kedelapan, “Aku melihat banyak orang bertawakal dan lebih memusatkan segenap perhatian pada perdagangan, perindustrian, dan pada kesehatan badan mereka. Namun aku tidak menghendaki demikian, Aku hanya ingin bertawakal kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Wallahua’lam.(R02/P4)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Peran Pemuda dalam Membebaskan Masjid Al-Aqsa: Kontribusi dan Aksi Nyata