Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di Balik Salju Kashmir yang Berdarah

Widi Kusnadi Editor : Ali Farkhan Tsani - 2 menit yang lalu

2 menit yang lalu

0 Views

Pasukan keamanan India dikerahkan di Pahalgam, Jammu dan Kashmir setelah serangan terhadap turis (Gambar: NDTV)

DI BALIK pegunungan Himalaya bersalju yang megah, terhampar tanah yang sering disebut sebagai surga dunia, itulah wilayah Kashmir. Namun, tanah surga itu telah lama dirundung pilu, seakan-akan keindahannya tak mampu menghapus derita yang menimpa rakyatnya.

Kashmir bukan hanya cerita tentang danau yang memantulkan birunya langit atau lembah yang bermandikan bunga saffron. Ceritanya menjadi pilu dengan kisah luka, perlawanan, dan harapan yang terus menyala di tengah bayang-bayang konflik yang tak kunjung reda.

Saat ini, Kashmir tetap menjadi salah satu wilayah paling militeristik di dunia. Kehidupan penduduknya seperti terpenjara dalam bayang-bayang senapan. Jam malam yang mencekam, akses komunikasi yang sering kali diblokir, serta pelanggaran hak asasi manusia yang terus terjadi telah menjadi bagian dari keseharian.

Anak-anak tumbuh di bawah tekanan psikologis, melihat dunia dengan mata yang lebih cepat dewasa dibanding usianya. Mereka trauma dengan kekerasan yang hampir setiap hari mereka saksikan. Ayah mereka tidak kunjung pulang. Ibunya berjuang mencari nafkah untuk keluarga, sementara akses pekerjaan sangat terbatas, di bawah bayang-bayang operai militer.

Baca Juga: Dari Bandung untuk Palestina, Langkah Solidaritas yang Menggetarkan Jiwa

Tak hanya itu, sektor ekonomi Kashmir juga mengalami dampak besar. Dengan seringnya diberlakukan pembatasan, kegiatan pertanian yang merupakan tulang punggung ekonomi Kashmir, menghadapi tantangan serius.

Para petani kerap kesulitan menjual hasil panen mereka ke luar wilayah akibat blokade dan pembatasan transportasi. Industri pariwisata yang seharusnya menjadi salah satu sumber pendapatan utama, juga terganggu. Banyak wisatawan yang enggan datang karena kekhawatiran akan keselamatan mereka.

Kashmir, Antara Derita dan Harapan

Penduduk Kashmir adalah jiwa-jiwa yang tegar. Di tengah kekangan kebebasan, mereka tetap menjaga budaya dan tradisi yang kaya. Di balik senyuman mereka, tersimpan cerita kehilangan; keluarga yang terpisah, rumah yang hancur, dan cita-cita yang terpaksa dikubur dalam-dalam.

Baca Juga: Masjidil Haram, Pusat Peribadatan Islam Terbesar di Dunia

Meski begitu, mereka tetap menaruh harapan yang tak pernah padam, bahwa suatu hari nanti, kedamaian akan mengetuk pintu mereka. Keamanan akan dapat mereka rasakan. Anak-anak mereka akan menikmati kebebasan, sebagaimana negeri-negeri lain di dunia.

Anak-anak Kashmir menghadapi masa depan yang penuh tantangan. Pendidikan mereka sering kali terganggu akibat konflik dan pembatasan akses internet yang berulang kali diberlakukan.

Para guru dan orang tua berjuang keras untuk memastikan bahwa generasi muda tetap mendapatkan pendidikan, meski dalam kondisi yang serba terbatas.

Di sisi lain, para perempuan Kashmir memainkan peran penting dalam menjaga keluarga mereka tetap utuh, sering kali menjadi pilar kekuatan, penopang hidup keluarga di tengah ketidakpastian keamanan wilayahnya.

Baca Juga: Zionis Israel, Monster yang Kejahatannya Tak Bertepi di Gaza

Sejarah Kashmir adalah perjalanan panjang yang sarat konflik. Sejak pembagian India dan Pakistan pada tahun 1947, wilayah ini menjadi sengketa kedua negara. Perselisihan ini berakar dari keputusan Maharaja Hari Singh yang ingin bergabung dengan India, meski mayoritas penduduknya beragama Islam.

Tiga perang besar telah pecah antara India dan Pakistan, namun solusi damai belum juga tercapai. Kashmir tetap menjadi simbol luka yang mendalam di jantung Asia Selatan.

Selain konflik militer, isu politik internal di Kashmir juga mempersulit situasi. Pemerintah India pada tahun 2019 mencabut status otonomi khusus yang sebelumnya diberikan kepada wilayah ini, sebuah langkah yang memicu protes besar-besaran.

Langkah itu dianggap oleh banyak penduduk lokal sebagai upaya untuk menghapus identitas unik mereka. Di sisi lain, Pakistan terus menyerukan dukungan internasional untuk menyelesaikan sengketa ini melalui referendum, meski tantangan diplomatik tetap besar.

Baca Juga: Raja Ampat, Surga Bawah Laut yang Wajib Dikunjungi di Indonesia

Organisasi Kerjasama Islam (OKI) telah lama menyuarakan keprihatinan atas penderitaan rakyat Kashmir. Resolusi demi resolusi telah dikeluarkan, menyerukan penghormatan terhadap hak asasi manusia dan hak rakyat Kashmir untuk menentukan nasib mereka sendiri.

Namun, kritik kerap datang bahwa upaya OKI masih kurang konkret dan hanya berakhir sebagai retorika politik belaka. Dunia menanti tindakan nyata yang mampu membawa perubahan bagi rakyat Kashmir.

Dalam beberapa tahun terakhir, OKI telah berupaya meningkatkan tekanan diplomatik terhadap India. Delegasi khusus dikirim untuk mengamati situasi di lapangan, dan laporan mereka menjadi bahan diskusi dalam sidang-sidang OKI.

Namun, keterlibatan beberapa negara anggota OKI dalam hubungan ekonomi yang erat dengan India sering kali menjadi penghalang dalam mengambil langkah yang lebih tegas.

Baca Juga: Tangan-Tangan Kecil untuk Palestina, Ketika Murid SD di Brebes Menolak Diam Melihat Derita Gaza

Kashmir adalah nyanyian sunyi di tengah hiruk-pikuk dunia. Di bawah langit yang sering kali muram, mereka menanam harapan, meski tanahnya penuh darah. Lembah ini, dengan segala keindahannya, mengajarkan kita bahwa perdamaian bukan hanya sebuah kata, melainkan perjuangan.

Mari kita ingat bahwa di balik setiap salju yang mencair, ada air mata yang mengalir. Dan suatu hari nanti, semoga air mata itu berubah menjadi senyuman, menyambut datangnya pagi yang penuh kedamaian.

Namun, dunia tidak boleh tinggal diam. Konflik di Kashmir adalah pengingat bahwa keadilan dan kemanusiaan harus menjadi prioritas utama. Setiap langkah kecil menuju dialog dan pemahaman dapat menjadi cahaya di ujung lorong yang gelap.

Kita, sebagai bagian dari komunitas global, harus merenungkan peran kita dalam mendukung perdamaian. Karena pada akhirnya, Kashmir bukan hanya cerita mereka. Ini adalah tanggung jawab kita bersama. []

Baca Juga: Amerika Serikat Negara Adidaya, Moral Seadanya

Mi’raj News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda

Feature
Dunia Islam
Asia
Asia
Asia