Di Myanmar, Tak Ada Sarjana Muslim Yang Lulus

Dr Abu Salam. Foto: Rina/MINA
Dr Abdu Salam. Foto: Rina/MINA

Jakarta, 18 Jumadil Awwal 1436/27 Februari 2016 (MINA) –  Salah satu pakar pendidikan yang juga advokat untuk pengungsi Rohingya mengungkapkan, mahasiswa Muslim di bisa mengenyam pendidikan tinggi tapi tidak bisa mendapatkan ijazah sah dari universitasnya.

Dr Abdu Salam yang berkiprah di Yayasan Al-Azhar, sebuah lembaga yang fokus pada perjuangan pendidikan generasi Muslim di Myanmar, mengatakan, warga Rohingya mendapat perlakuan dari seluruh sisi kehidupan mereka, termasuk akses pendidikan yang sangat mendasar bagi kehidupan manusia.

“Hal ini masih terjadi sampai sekarang, para mahasiswa bisa memilih universitas yang mereka inginkan tapi mereka tidak diberi lisensi saat mereka lulus,” ungkap pria dengan nama asli Myint Thein itu kepada Mi’raj Islamic News Agency (MINA), di Jakarta, Jumat (26/2).

Dr Abdu Salam bersama rekannya Muhammad Natsir berkunjung ke Indonesia dalam rangka mengikuti sebuah Konferensi Komite Internasional Palang Merah  (ICRC) di Jakarta baru-baru ini. Di samping tujuan lainnya adalah mengunjungi berbagai lembaga untuk berbagi pengalaman dalam rangka menyuarakan kondisi Muslim Rohingya hingga hari ini.

Abdu Salam mengakui, pengaruh militer masih sangat kuat di negaranya, bahkan setelah pemilu demokratis selesai tidak lama ini.  Dia menambahkan, salah satu kesulitan lainnya adalah pemerintahan saat ini tidak memberikan kursi perwakilan di pemerintah maupun parlemen untuk Muslim.

Abdu Salam juga melakukan pertemuan dengan salah satu pendiri Yayasan Silaturahim, dan relawan lembaga medis kemanusiaan Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) guna membahas berbagai isu mengenai Myanmar dan Muslim Rohingya.

Abdu Salam menjelaskan mengenai kondisi Muslim di negaranya yang memiliki beraneka ragam mazhab dan aliran. Sama halnya dengan Indonesia, Myanmar juga memiliki Muslim yang beraliran moderat dan konservatif, juga yang keras.

Menimpali hal tersebut, Ichsan Thalib juga menjelaskan latar belakang Muslim di Indonesia yang tidak kalah beragam.  Namun, menurutnya, sudah semestinya Muslim meyakini apapun aliran yang mereka pilih, Muslim harus hidup bersatu karena hal itu sudah merupakan perintah dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Ungkapan tersebut diamini kedua pria Myanmar tersebut. Teman Abdu, Muhammad Natsir menguatkan bahwa persatuan itu membawa rahmat. Manfaatnya bukan hanya untuk Muslim, tapi juga untuk non Muslim. Oleh karenanya, Muhammad sedang berusaha mempromosikan hal itu di negaranya. (L/R04/P001)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Wartawan: Rudi Hendrik

Editor:

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.