Do’a Para Malaikat untuk Orang Yang Pelit

Oleh Bahron Ansori, wartawan MINA

Alangkah indahnya jika kita mendapatkan doa dari para malaikat. Jangankan malaikat, mendapatkan doa dari orang tua, dan guru saja sudah membuat kita senang. Namun, bagaimana jika malaikat itu justeru mendoakan keburukan untuk kita? Nauzubillah. Jika malaikat sudah mendoakan keburukan untuk kita, itu artinya musibah besar datang menimpa.

Adakah dalam kehidupan ini orang yang didoakan keburukan oleh para malaikat? Ada. Siapa mereka? Mereka adalah orang-orang yang pelit alias bakhil. Mereka yang diberi harta berlimpah tapi sangat pelit untuk berinfak. Sebab mereka merasa hartanya ia peroleh dari jerih payahnya bekerja.

Padahal berinfak adalah perintah Allah Ta’ala kepada setiap muslim untuk membuktikan rasa syukur dan pedulinya kepada sesama kaum muslimin yang dhaif (lemah). Selain itu infak yang dikeluarkan untuk kemaslahatan dalam syariat mulia ini (Islam). Bukti terimakasih dan cinta seorang hamba kepada Rabbnya adalah dengan mengeluarkan infak.

Namun, tak sedikit juga orang yang dengan sengaja menahan diri untuk tidak mengeluarkan infaknya. Orang-orang yang menahan hartanya untuk berinfak dan bersedekah, maka ia sejatinya telah mempersiapkan diri untuk mendapatkan doa para malaikat.

Imam al-Bukhari dan Imam Muslim telah meriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, ia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَا مِنْ يَوْمٍ يُصْبِحُ الْعِبَادُ فِيْهِ إِلاَّ مَلَكَانِ يَنْزِلاَنِ فَيَقُوْلُ أَحَدُهُمَا: اَللَّهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا، وَيَقُوْلُ اْلآخَرُ: اَللَّهُمَّ أَعْطِ مُمْسِكًا تَلَفًا.

“Tidak satu hari pun di mana seorang hamba berada padanya kecuali dua Malaikat turun kepadanya. Salah satu di antara keduanya berkata, ‘Ya Allah, berikanlah ganti bagi orang yang berinfak.’ Sedangkan yang lainnya berkata, ‘Ya Allah, hancurkanlah harta orang yang kikir.’” (HR. Al-Bukhari, kitab az-Zakaah, bab Qauluhu Ta’aalaa: faman A’tha wat taqaa… (no. 1442).

Al-Malla ‘Ali al-Qari berkata di dalam syarah hadits ini, “Yang dimaksud dengan ‘kikir’ di sini adalah pelit memberikan kebaikan atau harta bagi yang lainnya.” (Mirqaatul Mafaatih (IV/366).

Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah berkata, “Adapun do’a dengan dihancurkan mempunyai makna bahwa harta itu sendiri yang hancur atau pemilik harta tersebut, maksudnya adalah hilangnya kebaikan karena sibuk dengan yang lainnya.” (Fathul Baari (III/305).

Imam Ahmad dan Ibnu Hibban meriwayatkan dari Abi Hurairah Radhiyallahu anhu, dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, bersabda,

إِنَّ مَلَكًا بِبَابٍ مِنْ أَبْوَابِ السَّمَاءِ يَقُوْلُ: مَنْ يُقْرِضِ الْيَوْمَ يُجْزَى غَدًا، وَمَلَكًا بِبَابِ آخَرَ يَقُوْلُ: اَللَّهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا وَعَجِّّلْ لِمُمْسِكٍ تَلَفًا.

“Sesungguhnya seorang Malaikat yang ada di sebuah pintu dari pintu-pintu langit, berkata: ‘Barangsiapa meminjamkan pada hari ini, maka akan dibalas pada hari nanti.’ Dan seorang Malaikat lagi yang berada pada pintu yang lain berkata, ‘Ya Allah, berikanlah ganti bagi orang yang berinfak dan percepatlah kehancuran harta orang yang pelit.’” (HR. Ahmad (V/198) dan al-Hakim (II/445).

Hakikat Harta

Harta seseorang, bisa menjadi sampah tak berguna bila ia tak pandai memaknainya. Namun juga harta bisa menjadi jalan kemuliaan seseorang selama ia bisa memanfaatkannya untuk kebaikan. Jadi, bernilai tidaknya harta seseorang sangat bergantung bagaimana si empunya dalam memandang hakikat harta itu sendiri.

Jika mau disadari, harta adalah ujian yang Allah Ta’ala titipkan kepada setiap hamba yang Dia kehendaki. Harta sebagai ujian ini sudah disinyalir oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam firmannya,

إِنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ ۚ وَاللَّهُ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ
“Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar.” (Qs. At-Taghabun Ayat 15)

Said bin Al Musayyab berkata, “Tidak ada kebaikan bagi siapa yang tidak mengumpulkan harta dengan cara yang halal. Dengan harta dia melindungi wajahnya dari (rasa malu karena meminta-minta kepada) manusia, serta dengan harta dia menyambung rahimnya dan menunaikan haknya.”

Artinya, dengan harta itu seseorang bisa menjadi mulia di hadapan manusia dan Rabbnya. Namun, harta juga bisa menjadi jalan keburukan seseorang bila ia tidak pandai memanfaatkannya sesuai yang diarahkan oleh syariat.

Ibnu Qudamah dalam Minhajul Qoshidin menyebutkan, faedah harta dari segi agama terfokus pada tiga titik.

Pertama, harta bisa untuk menafkahi diri sendiri demi tegaknya ibadah. Ini bisa meliputi pengeluaran untuk makan, minum, pakaian, dan tempat tinggal, serta hajat-hajat dasar lainnya. Yang tanpanya seseorang tidak dapat berkonsentrasi untuk agama dan ibadahnya. Ibadah hanya terwujud dengan memenuhinya, maka pengeluaran inipun masuk kategori faedah harta dari sisi agama. Yaitu mengambil secukupnya untuk membantu ibadah. Adapun bernikmat-nikmat dan mengambil lebih dari kebutuhan, maka ia termasuk bagian faedah dunia.

Keduaharta bisa untuk berinfak kepada orang lain, hal ini terbagi menjadi empat bagian;

  1. Shodaqah, yaitu pengeluaran dalam rangka mendapatkan berbagai keutamaan yang telah dijanjikan Allah bagi pelakunya.
  2. Muru’ah, yaitu mengeluarkan harta dalam rangka menjaga hubungan kekerabatan, persahabatan, memuliakan tamu.
  3. Menjaga kehormatan, yaitu pengeluaran dalam rangka mencegah cibiran dan hinaan orang-orang bodoh (Karena orang bodoh tidak menghargai seseorang kecuali dari tampilan fisiknya). Ini juga termasuk faedah harta dalam agama.
  4. Sebagai Upah, yaitu pengeluaran atas layanan dan bantuan orang lain dalam berbagai hajat hidupnya. Yang seandainya semua dilakukan sendiri niscaya waktu akan habis dan membuatnya tidak mampu meniti jalan akhirat dengan berfikir dan berdzikir.

Ketigapengeluaran untuk kemaslahatan orang banyak. Ini termasuk faedah harta dari sisi agama, yaitu seseorang mengeluarkan harta bukan untuk orang tertentu, tetapi untuk kemaslahatan orang banyak. Seperti yang kita kenal dengan shodaqah jariyah, contoh membangun jembatan, jalan, madrasah, masjid, dan berbagai sarana umum lainnya.

Kita berharap semoga Allah Ta’ala mengirimkan malaikat-Nya untuk mendoakan kebaikan, bukan sebaliknya mengirimkan malaikat untuk mendoakan kehancuran harta kita. Semoga Allah Ta’ala menjadikan setiap harta yang kita miliki seberapapun jumlahnya, penuh dengan keberkahan, wallahua’lam. (A/RS3/P1)

 

Mi’raj News Agency (MINA)

 

 

 

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.