Sekitar 2.000 peserta yang datang lebih dari 100 negara akan menghadiri KTT dua hari yang dimulai pada Rabu (15/11). Sejak didirikan pada tahun 2009, acara ini telah menjadi pertemuan internasional mengenai masa depan pendidikan. Seperti dilaporkan Aljazeera dan dikutip MINA.
“Pendidikan perlu memberi siswa alat untuk menjadi kebal terhadap pemaksaan media dan budaya,” Sheikha Moza bint Nasser, Ketua Qatar Foundation for Education (QF), mengatakan pada awal konferensi tersebut.
Sheikha Moza juga menyoroti blokade yang diberlakukan di Qatar pada 5 Juni.
Baca Juga: Wamenag Sampaikan Komitmen Tingkatkan Kesejahteraan Guru dan Perbaiki Infrastruktur Pendidikan
“Beberapa orang ingin membuat masalah dan menjadi kesuitan bagi kita, namun itu hanya sulit bagi mereka. Mereka ingin kita berubah, namun kita tetap tidak berubah,” katanya.
Arab Saudi, UEA, Mesir dan Bahrain memutuskan hubungan dengan Qatar di musim panas lalu dan memberlakukan embargo darat, laut dan udara, serta menuduhnya mendukung “terorisme”.
Doha telah berulang kali membantah tuduhan tersebut, dengan para analis yang menuduh Riyadh menyebarkan “berita palsu”.
Dunia Pasca Kebenaran
Baca Juga: Hari Guru, Kemenag Upayakan Sertifikasi Guru Tuntas dalam Dua Tahun
Berbicara tentang pendidikan di dunia pasca-kebenaran, pembawa acara CNN Fareed Zakaria mengatakan, “Dunia menghadapi tantangan yang sulit dan menakutkan setelah kemenangan Donald Trump.
Trump bagian dari sebuah tren, Anda memiliki Brexit di Inggris, dan kebangkitan yang paling kanan. Fenomena ini terkonsentrasi ke beberapa negara. Ini tidak terjadi di Asia, atau Amerika Latin, di dunia barat – negara yang melakukan dengan baik secara ekonomi.
“Apa yang negara-negara barat seperti AS, Polandia, Jerman semua memiliki kesamaan adalah imigran – dan apa yang kita saksikan adalah reaksi terhadap perubahan budaya itu,”katanya.
Zakaria menambahkan, di dunia baru ini, teknologi memainkan peran yang merusak. Satu-satunya hal yang dapat menghentikan kemunduran peradaban adalah fakta dan pendidikan.
Baca Juga: Program 100 Hari Kerja, Menteri Abdul Mu’ti Prioritaskan Kenaikan Gaji, Kesejahteraan Guru
“Fakta menjadi korban dan kebenaran yang membosankan. Kita tidak bisa hidup di dunia yang hitam putih dan putih itu hitam,” kata Zakaria.
Memajukan Afrika
Konferensi tahun ini dihadiri oleh Patrick Awuah, yang menciptakan sebuah universitas mutakhir di negara asalnya Ghana. Dalam konfrensi itu, ia menerima hadiah utama sebuah medali emas dan uang $ 500.000.
Awuah mengatakan kepada Al Jazeera bahwa dia keluar dari pekerjaannya yang sangat menguntungkan sebagai seorang insinyur di perusahaan teknologi raksasa Microsoft untuk membantu memajukan Afrika.
Baca Juga: Delegasi Indonesia Raih Peringkat III MTQ Internasional di Malaysia
“Ketika saya bekerja di Microsoft, saya tidak melakukannya untuk kegembiraan teknik. Saya dan rekan-rekan saya, kami melakukannya karena kami ingin mengubah dunia,” katanya.
Ia menambahkan, semangat dia dan kawan-kawannya untuk mengubah dunia terus ia lakukan secara konsisten dengan membantu memajukan Afrika.
Universitasnya Ashesi, yang merayakan ulang tahun ke 15 tahun ini, menawarkan gelar dalam bidang bisnis, ilmu komputer dan teknik.
“Uang kuliah kami adalah $ 11.000 – termasuk ruang dan papan tulis dan buku teks,” kata Awuah.
Baca Juga: Matahari Tepat di Katulistiwa 22 September
Dia mengatakan 30 persen siswa tidak membayar sepeserpun sebab mereka sudah disubsidi sepenuhnya. “Ini adalah siswa yang berasal dari kelompok sosial ekonomi terbawah di benua ini,” katanya.
Dua puluh persen membayar sebagian biaya dan sisanya 50 persen membayar uang kuliah penuh.
“Kami berkontribusi besar ke Afrika dengan 20 persen populasi siswa berasal dari seluruh benua,” kata Awuah.
Ke depan, Awuah mengatakan dia berharap universitas di Afrika akan menghasilkan generasi baru pemimpin berani dan inovatif yang akan membantu memajukan kawasan itu. (T/RS3/RI-1)
Baca Juga: Roma Sitio Raih Gelar Doktor dari Riset Jeruk Nipis
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Universitas Lampung Sepakati MoU dengan Chosun University of Korea