Jakarta, MINA – Duta Besar Uni Emirat Arab (UEA) untuk Indonesia dan ASEAN, Abdulla Salem Al-Dhaheri menyampaikan, Forum Ekonomi Indonesia-UEA dapat meningkatkan hubungan ekonomi dan investasi antara sektor publik dan swasta di UEA, Indonesia, dan negara-negara Asia Tenggara lainnya.
Dubes Salem Al-Dhaheri berharap forum ekonomi ini memberikan kontribusi positif dalam mendorong investasi bilateral dan multilateral antara UEA dan mitranya di Indonesia dan kawasan ASEAN.
“Forum ini menjadi penguat komitmen kerja sama UEA dengan Indonesia selama ini untuk mencapai kesepakatan berkelanjutan yang memberikan nilai tambah bagi kedua negara. Hal ini juga menunjukkan pentingnya Indonesia dan kawasan ASEAN sebagai pasar investasi yang menarik bagi sektor publik dan swasta UEA,” kata Dubes Salem dalam Forum Ekonomi UEA-Indonesia di Jakarta, Kamis (21/9).
Pertemuan bertema “Kolaborasi Baru untuk Masa Depan yang Lebih Baik” tersebut diselenggarakan atas kerja sama antara Kedutaan Besar UEA di Jakarta dan Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN).
Baca Juga: Doa Bersama Menyambut Pilkada: Jateng Siap Sambut Pesta Demokrasi Damai!
Menurut Dubes Salem, pertemuan ini merupakan platform yang tepat untuk menunjukkan tantangan dan cara mengatasinya, serta merumuskan masukan mengenai strategi peningkatan investasi bersama UEA-Indonesia.
“Selain itu, kami berharap Anda dapat memanfaatkan platform ini untuk mengidentifikasi bidang-bidang yang saling melengkapi guna mendukung rencana ekonomi masing-masing kedua negara,” ujarnya.
Dalam hal ini, lanjut DubeSalem, UEA memberikan banyak potensi dan peluang investasi yang terdiversifikasi. UEA adalah mitra investasi yang dapat diandalkan, sebagai negara pusat global untuk logistik, transportasi, teknologi ramah lingkungan, bisnis, perdagangan, dan pariwisata.
“UEA mengadopsi strategi ekonomi yang mendorong diversifikasi ekonomi dan mengembangkan ekonomi berbasis pengetahuan,” katanya.
Baca Juga: Cuaca Jakarta Berpotensi Hujan Sore Hari Ini
Dubes Salem menjelaskan, forum ini merupakan salah satu dari serangkaian pertemuan dan acara yang telah diselenggarakan selama empat tahun terakhir, baik di Indonesia maupun di UEA, untuk meningkatkan hubungan ekonomi dan investasi antara sektor publik dan swasta di UEA, Indonesia, dan negara-negara ASEAN.
Kemitraan Strategis
Dubes Salem menekankan, rangkaian peristiwa-peristiwa yang terjadi sejauh ini mencerminkan transisi cepat dalam hubungan UEA-Indonesia, yang telah berkembang menjadi kemitraan strategis.
Dia mengapresiasi hubungan yang kuat antara para pemimpin kedua negara dan visi serta panduan mereka untuk mengidentifikasi kepentingan bersama dan menjaga hubungan pada jalur yang benar.
Baca Juga: Dr. Nurokhim Ajak Pemuda Bangkit untuk Pembebasan Al-Aqsa Lewat Game Online
“Kunjungan Yang Mulia Syeikh Muhammad bin Zayed AlNahyan, Presiden Uni Emirat Arab, ke Republik Indonesia pada Juli 2019, merupakan titik balik dan tonggak sejarah dalam jalur hubungan bilateral UEA-Indonesia,” ungkapnya.
Menurut Dubes Salem, kunjungan bersejarah ini membuka lebih banyak komunikasi di tingkat tertinggi, dan diikuti dengan pertukaran kunjungan tingkat tinggi termasuk kunjungan Presiden Joko Widodo, ke UEA pada Januari 2020, November 2021, dan Juli 2022, serta seperti kunjungan Presiden Uni Emirat Arab, ke Republik Indonesia pada November 2022.
Tren yang paling menonjol dan menggembirakan dalam hubungan UEA-Indonesia adalah bahwa kerja sama kita telah berkembang melampaui sektor-sektor tradisional seperti minyak, gas, penerbangan, dan pelabuhan.
Hal ini telah berkembang ke bidang-bidang baru seperti energi terbarukan, manufaktur militer, kesehatan, pertanian, ketahanan pangan, infrastruktur, hutan bakau, pendidikan digital, pariwisata, ekonomi kreatif, dan urusan agama.
Baca Juga: Cinta dan Perjuangan Pembebasan Masjid Al-Aqsa Harus Didasari Keilmuan
Secara bilateral, forum ini diadakan tiga pekan setelah berlakunya Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif (CEPA) UEA-Indonesia pada 1 September 2023.
CEPA ini merupakan langkah maju yang menjanjikan untuk mengantarkan era baru kerja sama perdagangan dan investasi antara kedua negara. CEPA UEA-Indonesia menghapus atau mengurangi tarif terhadap sejumlah besar barang, dan menghilangkan hambatan perdagangan yang tidak perlu.
Selain itu, CEPA menetapkan jalur investasi pada sektor-sektor prioritas seperti logistik, energi, produksi pangan, fintech, e-commerce, serta perjalanan dan pariwisata.
Di bidang multilateralisme regional, forum ini hadir pasca Pertemuan Pertama Komite Kerjasama Sektoral ASEAN-UEA (AUAE-JSCC) pada 7 Juni 2023.
Baca Juga: Lewat Wakaf & Zakat Run 2024, Masyarakat Diajak Berolahraga Sambil Beramal
Pertemuan ini meresmikan Kemitraan Dialog Sektoral ASEAN-UEA, dan sepakat untuk mengembangkan daftar Bidang Kerjasama Praktis antara ASEAN dan UEA, yang akan menjadi panduan praktis dalam melaksanakan Kemitraan Dialog Sektoral.
Sementara Duta Besar Indonesia untuk UEA Husin Bagis menyampaikan harapannya, forum ini akan banyak mendatangkan investasi serta pelaksanaan ekspor yang terlaksana termasuk untuk produk-produk Indonesia yang mendapatkan pembebasan tarif bea masuk.
“Penguatan ekspor Indonesia ke UAE saya yakini dapat menarik minat investasi yang lebih besar ke Indonesia kedepannya,” kata Dubes Husin Bagis.
Dia menambahkan, kita perlu memanfaatkan perkembangan positif ini dengan mengupayakan perdagangan dua arah yang seimbang dan pertukaran investasi timbal balik, serta mendorong pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh sektor swasta.
Baca Juga: Prof Abd Fattah: Pembebasan Al-Aqsa Perlu Langkah Jelas
Perjanjian Bilateral Ekonomi I-UAE CEPA
Pemberlakuan resmi I-UAE CEPA yang dimulai pada 1 September 2023, menjadi perjanjian bilateral bidang ekonomi pertama yang pernah dilakukan oleh Indonesia dengan anggota negara Teluk (GCC) dengan masa negoisasi yang terbilang cukup cepat yaitu selama Sembilan bulan.
I-UAE CEPA ini memberikan manfaat besar bagi Indonesia karena UAE memberikan pembebasan dan pengurangan tarif bea masuk secara bertahap sebanyak 7.124 Pos Tarif dari total 7.581 Pos Tarif, atau mencakup 94%.
Sebanyak 5.523 Pos Tarif (72,9% dari total Pos Tarif) akan mendapat pembebasan tarif (menjadi 0%) pada saat I-UAE CEPA diimplementasikan. 1.474 Pos Tarif (19,4% dari total Pos Tarif) akan dieliminasi secara bertahap dalam kurun waktu lima tahun setelah berlaku. Selain itu, 127 Pos Tarif (1,7% dari total Pos Tarif) mendapatkan tarif preferensi dengan skema khusus.
Baca Juga: MUI Tekankan Operasi Kelamin Tidak Mengubah Status Gender dalam Agama
Beberapa produk Indonesia yang mendapatkan pembebasan tarif bea masuk antara lain, perhiasan, produk kertas, minyak kelapa sawit, sabun, kendaraan bermotor, mentega, produk dari besi dan baja, peralatan listrik dan elektronik, pulp kayu, ban kendaraan, alas kaki, baterai, produk kain, batubara, dan cengkeh.
I-UAE CEPA mencakup pengaturan pada bidang perdagangan barang, perdagangan jasa, investasi, hak kekayaan intelektual, ekonomi Islam, ketentuan asal barang, prosedur kepabeanan dan fasilitasi perdagangan, kerja sama ekonomi, pengadaan barang dan jasa pemerintah, usaha kecil dan menengah, perdagangan digital, serta ketentuan hukum dan isu kelembagaan.
Indonesia berharap melalui IUAE–CEPA dapat menarik lebih banyak investasi dari UAE. Pada 2021, nilai investasi UAE di Indonesia tercatat sekitar 16,1 juta dolar AS (Rp247,85 miliar), menurut Kementerian Perdagangan. I-UAE CEPA diharapkan akan meningkatkan nilai perdagangan kedua negara dalam tiga tahun ke depan melebihi USD 10 miliar.(L/R1/P1)
Baca Juga: Prof. El-Awaisi Serukan Akademisi Indonesia Susun Strategi Pembebasan Masjidil Aqsa
Mi’raj News Agency (MINA)