Bandar Lampung, 3 Sya’ban 1435/1 Juni 2014 (MINA) – Dalam Islam, Ekonomi tidak ditopang oleh sistem ribawi, kata DPP Hizbut Tahrir Indonesia Mujianto saat konferensi pers usai acara (KIP) Konferensi Islam dan Peradaban yang diadakan di Bandar Lampung, Ahad, (1/6).
“Sistem Ekonomi Islam tidak ditopang oleh sistem ribawi, inilah salah satu hal yang membedakannya dengan Sistem Ekonomi Kapitalis, ‘’ kata Mujianto.
Selain itu, dalam ekonomi Islam kita tidak boleh menghalalkan segala cara untuk mendapatkan keuntungan semata.
“Sebagai contoh, pabrik minuman keras, dalam sistem ekonomi liberal tidak dipermasalahkan, yang penting adalah bisa menguntungkan, tapi tidak dengan Islam, Islam melarang berdirinya pabrik minuman keras baik itu menguntungkan atau merugikan, “ kata Mujianto.
Baca Juga: Cuaca Jabodetabek Berawan Jumat Ini, Hujan Sebagian Wilayah
Mujianto menambahkan, dalam islam, kekayaan Sumber Daya Alam tidak boleh dikelola swasta.
“Sistem ekonomi Islam ada kebebasan kepemilikan yakni milik individu, milik umum, dan milik negara. Kekayaan sumber daya yang ada seharusnya dikelola oleh negara, tidak diberikan kepada swasta, “ kata Mujianto.
Mujianto mengajak umat islam untuk kembali kepada sistem yang sudah diterapkan dan sukses berabad tahun lalu.
“Sistem ini sudah teruji dan diterapkan oleh Rasulullah SAW dan para sahabat sampai ke tabi’in pada masa turki utsmani, kami menyeru umat islam agar kembali kepada sistem islam untuk memperoleh kejayaan, “ tegas Mujianto.(L/B01/Eo2)
Baca Juga: Bedah Berita MINA, Peralihan Kekuasaan di Suriah, Apa pengaruhnya bagi Palestina?