Oleh: Nidiya Fitriyah*
Sepanjang sejarah perjalanan manusia, ternyata Allah dan Rasul-Nya hanya memilih empat sosok muslimah terbaik di masing-masing zamannya. Mereka adalah sosok pemberi keteladanan sebagai wanita, ibu dan istri bagi setiap orang khususnya para muslimah.
Empat wanita dinobatkan sebagai wanita terbaik di dunia dan akhirat, agar menjadi teladan sepanjang zaman. Karena itu sangat jelas, mereka bukanlah wanita biasa. Rasulullah dengan terang menyebutkan nama-nama mereka bukan hanya sebagai catatan sejarah semata, namun agar akhlak dan perbuatannya ditiru oleh umatnya dari kalangan muslimah.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ، أَنّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، قَالَ : ” حَسْبُكَ مِنْ نِسَاءِ الْعَالَمِينَ أَرْبَعٌ : مَرْيَمُ بِنْتُ عِمْرَانَ ، وَآسِيَةُ امْرَأَةُ فِرْعَوْنَ ، وَخَدِيجَةُ بِنْتُ خُوَيْلِدٍ ، وَفَاطِمَةُ بِنْتُ مُحَمَّدٍ “
Baca Juga: Muslimat Pilar Perubahan Sosial di Era Kini
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:”Cukuplah wanita-wanita ini sebagai panutan kalian. Yaitu, Maryam binti Imran, Khadijah binti Khuwailid, Fatimah binti Muhammad, dan Asiyah binti Muzahim, isteri Firaun. “(HR. Tirmidzi)
Mereka tidak hanya paling baik di dunia, begitu pula di akhirat.
“Sebaik-baik wanita penduduk Surga adalah Khadijah binti Khuwailid, Fatimah binti Muhammad, Maryam binti Imran dan Asiyah istri Fir’aun.”(HR. Ahmad)
Subhanallah, betapa luar biasa keempat wanita ini. Lalu apa yang menjadikan mereka wanita terbaik di dunia dan akhirat?
Baca Juga: Tujuh Peran Muslimah dalam Membela Palestina
Sebuah nama yang sudah tidak asing lagi, yang begitu harum, sehingga menjadi nama seorang wanita yang paling banyak dalam Al-Quran. Dialah Maryam binti Imran, namanya terabadikan dalam Al-Qur’an surat ke-19,
وَإِذْ قَالَتِ الْمَلَائِكَةُ يَا مَرْيَمُ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَاكِ وَطَهَّرَكِ وَاصْطَفَاكِ عَلَىٰ نِسَاءِ الْعَالَمِينَ
“Dan (ingatlah) ketika Malaikat (Jibril) berkata: “Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, mensucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa dengan kamu).” (QS. Al-Imran [3]: 42)
Baca Juga: Muslimah dan Masjidil Aqsa, Sebuah Panggilan untuk Solidaritas
Wanita yang satu ini merupakan wanita ahli ibadah, wanita yang benar-benar memelihara kehormatannya. Sehingga Allah kemudian mengujinya dengan kehamilan tanpa ayah dan menjadikannya seorang ibu bagi nabi yang mulia.
وَمَرْيَمَ ابْنَتَ عِمْرَانَ الَّتِي أَحْصَنَتْ فَرْجَهَا فَنَفَخْنَا فِيهِ مِنْ رُوحِنَا وَصَدَّقَتْ بِكَلِمَاتِ رَبِّهَا وَكُتُبِهِ وَكَانَتْ مِنَ الْقَانِتِينَ
“Dan (ingatlah) Maryam binti Imran yang memelihara kehormatannya, maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari ruh (ciptaan) Kami, dan dia membenarkan kalimat Rabbnya dan Kitab-KitabNya, dan dia adalah termasuk orang-orang yang taat.” (QS. At-Tahrim [66]: 12)
Dengan keimanannya yang kuat dan pertolongan Allah, Maryam mampu melewati semua ujian dari-Nya. Maryam membesarkan anak yang lahir dari rahimnya, Nabi Isa as dengan penuh kasih sayang. Maryam membesarkan Nabi Isa as, dan mendidiknya hingga menjadi seorang nabi yang terkenal dengan kesantunan dan kasih sayangnya.
Baca Juga: Penting untuk Muslimah, Hindari Tasyabbuh
Maryam selalu setia mendampingi putranya dalam menyebarkan agama tauhid, ia sungguh menjadi wanita teladan sepanjang zaman, wanita terbaik dunia dan akhirat.
Khadijah, sosok yang tak kalah luar biasa. Istri dari Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam.
Khadijah merupakan teladan sejati para istri dalam ketaatannya kepada suami. Khadijah juga merupakan wanita pertama yang mengakui kenabian suaminya.
Baca Juga: Peran Muslimat dalam Menjaga Kesatuan Umat
“Demi Allah, sesungguhnya Allah selamanya tidak akan pernah menghinakanmu. Demi Allah sungguh engkau telah menyambung tali silaturahim, jujur dalam berkata, membantu orang yang tidak bisa mandiri, engkau menolong orang miskin, memuliakan (menjamu) tamu, dan menolong orang-orang yang terkena musibah” (HR. Bukhari dan Muslim)
Khadijah selalu memberikan dukungan terbaik bagi Rasulullah. Semua harta yang ia dan Nabi miliki, semuanya digunakan untuk dakwah Islam. Kondisi apapun yang terjadi, Khadijah selalu berada di samping Rasul. Ia tetap setia.
“Dia (Khadijah) beriman kepadaku di saat orang-orang mengingkari. Ia membenarkanku di saat orang mendustakan. Dan ia membantuku dengan hartanya ketika orang-orang tiada mau”. (HR. Ahmad)
Tidak hanya dukungan, Khadijah merupakan saudagar sukses dari Mekkah, sebuah pelajara penting bagi kaum wanita untuk menjadi pribadi yang profesional juga mandiri. Rumah tangganya bersama Rasul tidak pernah sekalipun mereka berkata-kata kasar, apalagi menghujat satu sama lain. Khadijah tidak pernah menampakkan wajah ‘cemberut’ di depan Rasul. Ia merupakan teladan sejati para istri.
Baca Juga: Derita Ibu Hamil di Gaza Utara
Dan setiap apa yang dikerjakannya, mendapat balasan dari Allah Azza Wa Jalla.Rasulullah saw bersabda: “Wahai Khadijah, ini malaikat Jibril telah datang dan menyuruhku untuk menyampaikan salam dari Allah kepada-mu dan memberikan kabar gembira kepadamu dengan rumah yang terbuat dari kayu, tidak ada keributan dan rasa capai di dalamnya.” (HR Bukhari dan Muslim)
Fatimah Binti Muhammad
Jika ingin tahu sifat, karakter, cara bicara bahkan cara berjalan rasul versi perempuan, maka ialah yang paling mirip dengannya. Ia adalah Fatimah binti Muhammad.
“Saya tidak melihat seorang pun yang cara berjalan, tingkah laku, pembicaraan, dan saat berdiri juga duduknya yang sangat mirip dengan Rasulullah selain Fatimah.” (HR Tirmidzi)
Baca Juga: Kiat Menjadi Muslimah Penuh Percaya Diri
Saat Fatimah masih kecil, ia merupakan saksi pembangkangan kafir Quraisy terhadap apa yang dibawa ayahnya. Fatimah yang kemudian membersihkan pakaian Rasul saat kotoran ditimpakan padanya. Fatimah dengan lantang berorasi di depan kaum kafir yang menyakiti Rasul. Ialah sosok wanita yang sangat pemberani.
Fatimah juga mendapatkan ujian yang sangat berat, salah satunya ditinggal ibu dan saudara-saudarinya satu per satu. ia begitu tegar saat menghadapi ujian. Bahkan Fatimah mengurus semua kebutuhan ayahandanya. Sunguh ia contoh bakti yang luar biasa, hingga ia terkenal dengan sebutan Ummu Abiha (anak yang menjadi seperti ibu bagi ayahnya).
Selain kisah hidupnya, kisah dengan suaminya Ali bin abi Thalib, kisah cinta yang menjadi teladan bagi muda mudi dalam mengontrol setiap apa yang berkecamuk dalam hatinya. Rasa yang ada di hati Fatimah sangat tersimpan dengan rapi. Kata cinta, terucapkan hanya ketika ia yang telah mengusik hatinya, Ali bin Abi Thalib, telah menjadi penyempurna separuh agamanya. Luar biasa bukan?
Kita tentu bisa melihat, apa yang ia lakukan, setiap ujian yang ia tempuh, dan pengorbanan-pengorbanan yang dilakukannya. Allah mengangkat derajatnya dunia akhirat dan melahirkan dari rahimnya anak-anak yang menjadi penerus keturunan Rasulullah.
Baca Juga: Fitnah Medsos yang Perlu Diwaspadai Muslimah
Asiyah merupakan istri dari Fir’aun, raja yang dzolim, sekaligus mengaku sebagai Tuhan. Asiyah yang merawat dan mengasihi Nabi Musa as. tetap bersabar menghadapi suaminya.
قَالَ ذَٰلِكَ بَيْنِي وَبَيْنَكَ ۖ أَيَّمَا الْأَجَلَيْنِ قَضَيْتُ فَلَا عُدْوَانَ عَلَيَّ ۖ وَاللَّهُ عَلَىٰ مَا نَقُولُ وَكِيلٌ
“Sesungguhnya Fir’aun telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah, dengan menindas segolongan dari mereka, menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka. Sesungguhnya Fir’aun termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS. Al-qoshos [28]: 4)
Baca Juga: Istri Tak Bersyukur, Sebuah Renungan Berdasarkan Dalil Syariat
Walau begitu, Asiyah tidak pernah putus asa dan takut terhadap Fir’aun. Ia tetap mempertahankan keimanannya. Asiyah beriman atas risalah yang dibawa oleh Nabi Musa as. dan mempertahankannya hingga akhir hayat, meski ia harus mati dala siksaan suaminya sendiri, Fir’aun.
Asiyah meregang nyawa di bawah salib dan terik panas matahari, setelah sebelumnya disiksa dengan siksaan yang berat, dan Allah membuat istri Fir’aun perumpamaan bagi orang-orang yang beriman.
وَضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا لِلَّذِينَ آمَنُوا امْرَأَتَ فِرْعَوْنَ إِذْ قَالَتْ رَبِّ ابْنِ لِي عِنْدَكَ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ وَنَجِّنِي مِنْ فِرْعَوْنَ وَعَمَلِهِ وَنَجِّنِي مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ
“Dan Allah membuat istri Fir’aun perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, ketika ia berkata: “Ya Rabbku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mudalam firdaus, dan selamatkanlah aku dari Fir’aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zhalim.” (QS. Attahrim [66]: 11)
Baca Juga: Peran Perempuan dalam Mempertahankan Masjid Al-Aqsa
Bayangkan saja, Asiyah lebih memilih kematian daripada menggadaikan keimanannya. Ia mengorbankan semua fasilitas terbaik sebagai seorang permaisuri, semua materi yang ada, dan segala kenikmatan dunia. Semuanya ia korbankan. Allahu Akbar, sungguh luar biasa sosok permaisuri Mesir ini.
Itulah kisah empat wanita teladan sepanjang zaman. Dari kisah diatas kita bisa tahu, ujian yang menimpa mereka bukanlah ujian yang biasa, ujian yang sebanding dengan julukan yang kemudian ada pada mereka, wanita terbaik dunia dan akhirat.
Mereka juga terkenal dengan wanita mutakamil atau wanita yang sempurna. Baik dari sisi lahiriah maupun ruhiyah. Mereka terkenal dengan sebutan jamilatul jamil (cantik dari yang tercantik), itu dari sisi lahir sedangkan dari sisi ruhiyah, mereka terkenal dengan sebutan albatul atau atthohiroh yang berarti suci.
Kita pun bisa melihat, Islam tidak membatasi potensi kebaikan yang ada pada wanita. Entah itu menjadi dokter, guru, penulis, jurnalis, dan berbagai macam lainnnya. Hanya saja jangan melupakan potensi kebaikan terbesar yang diberikan Allah kepada kaum wanita, yaitu menjadi istri dan ibu. Istri yang taat kepada suaminya dan Ibu yang mengandung, melahirkan dan mendidik anaknya dengan didikan rabbani, tak lupa selalu berusaha menjadikan diri ini lebih baik lagi. Wallahualam.
Dari berbagai sumber
*Wartawan Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)