Oleh Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior Kantor Berita MINA
Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala :
إِذۡ قَالَتِ ٱمۡرَأَتُ عِمۡرَٲنَ رَبِّ إِنِّى نَذَرۡتُ لَكَ مَا فِى بَطۡنِى مُحَرَّرً۬ا فَتَقَبَّلۡ مِنِّىٓۖ إِنَّكَ أَنتَ ٱلسَّمِيعُ ٱلۡعَلِيمُ
Artinya: “(Ingatlah), ketika isteri ‘Imran (Hannah) berkata: “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menadzarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Masjid Al-Aqsha/Baitul Maqdis). Karena itu terimalah (nadzar) itu dari padaku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (Qs. Ali Imran [3]: 35).
Baca Juga: Muslimat dan Dakwah, Menyebarkan Kebaikan Lewat Akhlak
Di dalam kitab-kitab tarikh (sejarah) dan tafsir disebutkan, Imran dan Zakariya adalah dua orang Nabi dan tokoh terkemuka Bani Israil (keturunan Isral atau Nabi Ya’qub) yang mengambil dua bersaudara sebagai isteri.
Namun keduanya belum memiliki anak, hingga batas usia sangat tua menghampirinya.
Namun, mereka tidak pernah berhenti memohon agar diberi keturunan shalih yag dapat melanjutkan risalah tauhidnya.
Hingga suatu ketika, isteri Imran bernadzar kepada Allah, jika Allah memberikannya anak kepada mereka, maka ia akan menjadikannya sebagai khadam (pelayan umat) yang akan mengabdi di Masjid Al-Aqsha atau abdi Baitul Maqdis, Palestina.
Baca Juga: Belajar dari Ibunda Khadijah RA, Teladan untuk Muslimah Akhir Zaman
Serta membebaskannya dari kemusyrikan, untuk kembali memurnikan beribadah di jalan Allah.
Permintaan itupun akhirnya Allah kabulkan di ujung usia tuanya. Namun ketika putranya itu lahir, ternyata adalah seorang bayi perempuan. Orang tuanya kemudian justru menjadi khawatir karena belum pernah ada ceritanya, seorang gadis menjadi abdi di Masjid Al-Aqsha.
Maka, pada ayat berikutnya Allah Subhanahu Wa Ta’ala menyebutkan:
فَلَمَّا وَضَعَتۡہَا قَالَتۡ رَبِّ إِنِّى وَضَعۡتُہَآ أُنثَىٰ وَٱللَّهُ أَعۡلَمُ بِمَا وَضَعَتۡ وَلَيۡسَ ٱلذَّكَرُ كَٱلۡأُنثَىٰۖ وَإِنِّى سَمَّيۡتُہَا مَرۡيَمَ وَإِنِّىٓ أُعِيذُهَا بِكَ وَذُرِّيَّتَهَا مِنَ ٱلشَّيۡطَـٰنِ ٱلرَّجِيمِ
Baca Juga: Muslimah: Kekuatan Lembut Penggerak Perubahan
Artinya: “Maka tatkala isteri ‘Imran melahirkan anaknya, diapun berkata: “Ya Tuhanku, sesunguhnya aku melahirkannya seorang anak perempuan; dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu; dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan. Sesungguhnya aku telah menamai dia Maryam dan aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau daripada syaitan yang terkutuk”. (Qs. Ali Imran [3]: 36).
Selanjtunya ayat menyatakan:
فَتَقَبَّلَهَا رَبُّهَا بِقَبُولٍ حَسَنٍ۬ وَأَنۢبَتَهَا نَبَاتًا حَسَنً۬ا وَكَفَّلَهَا زَكَرِيَّاۖ كُلَّمَا دَخَلَ عَلَيۡهَا زَكَرِيَّا ٱلۡمِحۡرَابَ وَجَدَ عِندَهَا رِزۡقً۬اۖ قَالَ يَـٰمَرۡيَمُ أَنَّىٰ لَكِ هَـٰذَاۖ قَالَتۡ هُوَ مِنۡ عِندِ ٱللَّهِۖ إِنَّ ٱللَّهَ يَرۡزُقُ مَن يَشَآءُ بِغَيۡرِ حِسَابٍ
Artinya: “Maka Tuhannya menerimanya (sebagai nadzar) dengan penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan Allah menjadikan Zakariya pemeliharanya. Setiap Zakariya masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakariya berkata: “Hai Maryam dari mana kamu memperoleh (makanan) ini?” Maryam menjawab: “Makanan itu dari sisi Allah”. Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab”. (Qs. Ali Imran [3]: 37).
Baca Juga: Di Balik Hijab, Ada Cinta
Di tafsir ayat sebelumnya telah disebutkan bahwa ibu Maryam telah bernadzar anaknya itu kelak akan diabdikan di Masjid Al-Aqsha. Oleh karenanya, ia berharap anaknya itu tentu laki-laki, supaya nadzarnya dapat diwujudkan. Namun Allah berkehendak lain, terlahirlah perempuan. Allah kemudian mengilhamkan kepadanya bahwa anaknya itu sekalipun perempuan dapat diterima sebagai pengabdi Masjid Al-Aqsha.
Ayah Maryam telah meninggal dunia sebelum kelahirannya. Oleh karena itu, setelah lahir, ibunya-lah, Hannah, yang memeliharanya dan selalu membawanya ke Masjid Al-Aqsha.
Kepada orang-orang sekitarnya, Hannah berkata, “Anak ini adalah hadiah dari Baitul Maqdis. Maka pengasuhannya harus dipikul oleh salah seorang dari kalian.” Kemudian Nabi Zakariya akhirnya menerima pengasuhan anak itu.
Maryam dibesarkan dibawah asuhan Zakariya. Namun ketekunan ibadah Zakariya membuatnya terlupa untuk menyediakan makanan. Oleh karenanya, Tuhan mengirimkan makanan dari surga untuk Maryam. Setiap kali Zakariya datang ke tempat ibadah Maryam, ia menyaksikan sudah ada makanan khusus terhidang di mihrabnya.
Baca Juga: Menjadi Pemuda yang Terus Bertumbuh untuk Membebaskan Al-Aqsa
Dan ketika Zakariya bertanya, “Wahai Maryam, dari manakah kamu memperoleh makanan ini?” Maka, Maryam pun menjawab, “Makanan ini dari sisi Allah”.
Maryam kala itu tumbuh menjadi Muslimah yang kerjanya setiap hari hanyalah untuk beribadah dengan berkhidmat kepada Allah di rumah-Nya di Masjid Al-Aqsha.
Dialah Maryam Muslimah shalihah, yang senantiasa menjaga kesucian dirinya dari segala dosa dan kemaksiatan. Hingga Allah pun menyebutnya sebagai wanita pilihan Allah di muka bumi ini. sebagaimana firman-Nya:
وَإِذۡ قَالَتِ ٱلۡمَلَـٰٓٮِٕڪَةُ يَـٰمَرۡيَمُ إِنَّ ٱللَّهَ ٱصۡطَفَٮٰكِ وَطَهَّرَكِ وَٱصۡطَفَٮٰكِ عَلَىٰ نِسَآءِ ٱلۡعَـٰلَمِينَ
Baca Juga: Muslimat Pilar Perubahan Sosial di Era Kini
Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Malaikat (Jibril) berkata: “Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, mensucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa dengan kamu)”. (Qs. Ali Imran [3]:42).
Hingga sampai pada suatu hari, Allah memberikan suatu mukjzat yang tidak disangka-sangka bagi Maryam. Allah mengabarkan bahwa Maryam akan mengandung seorang anak lelaki, tanpa sentuhan siapapun, yang namanya sudah ditentukan oleh Allah yaitu Isa Al-Masih atau Al Masih Isa putera Maryam, di dalam ayat:
إِذۡ قَالَتِ ٱلۡمَلَـٰٓٮِٕكَةُ يَـٰمَرۡيَمُ إِنَّ ٱللَّهَ يُبَشِّرُكِ بِكَلِمَةٍ۬ مِّنۡهُ ٱسۡمُهُ ٱلۡمَسِيحُ عِيسَى ٱبۡنُ مَرۡيَمَ وَجِيهً۬ا فِى ٱلدُّنۡيَا وَٱلۡأَخِرَةِ وَمِنَ ٱلۡمُقَرَّبِينَ
Artinya: “(Ingatlah), ketika Malaikat berkata: “Hai Maryam, seungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putera yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang) daripada-Nya, namanya Al Masih ‘Isa putera Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah)”. (Qs. Ali Imran [3]: 45).
Baca Juga: Tujuh Peran Muslimah dalam Membela Palestina
Dari Maryam bin Imraninlah, kemudian terlahir Nabi Isa ‘Alaihis Salam, yang mendakwahkan kaumnya, Bani Israil yang waktu itu sudah banyak menyimpang dari ajaran Allah, untuk kembali menyembah Allah yang Esa.
Dakwah Nabi Isa ‘Alaihis Salam disebutkan antara lain di dalam ayat:
إِنَّ ٱللَّهَ رَبِّى وَرَبُّڪُمۡ فَٱعۡبُدُوهُۗ هَـٰذَا صِرَٲطٌ۬ مُّسۡتَقِيمٌ۬
Artinya: “Sesungguhnya Allah, Tuhanku dan Tuhanmu, karena itu sembahlah Dia. Inilah jalan yang lurus”. (Qs. Ali Imran [3]: 51).
Baca Juga: Muslimah dan Masjidil Aqsa, Sebuah Panggilan untuk Solidaritas
Dan Nabi Isa pun mengajarkan di dalam kitab Injil, bahwa Allah adalah Esa, mengajarkan tauhidullah, dan mengabarkan bahwa setelah dirinya, nanti akan ada Nabi terakhir, penyemputna segala ajaran Nabi dan Rasul, yaitu Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Salam.
Seperti di dalam ayat yang menyebutkan:
وَإِذۡ قَالَ عِيسَى ٱبۡنُ مَرۡيَمَ يَـٰبَنِىٓ إِسۡرَٲٓءِيلَ إِنِّى رَسُولُ ٱللَّهِ إِلَيۡكُم مُّصَدِّقً۬ا لِّمَا بَيۡنَ يَدَىَّ مِنَ ٱلتَّوۡرَٮٰةِ وَمُبَشِّرَۢا بِرَسُولٍ۬ يَأۡتِى مِنۢ بَعۡدِى ٱسۡمُهُ ۥۤ أَحۡمَدُۖ فَلَمَّا جَآءَهُم بِٱلۡبَيِّنَـٰتِ قَالُواْ هَـٰذَا سِحۡرٌ۬ مُّبِينٌ۬
Artinya: “Dan [ingatlah] ketika ’Isa Putera Maryam berkata: “Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab [yang turun] sebelumku, yaitu Taurat dan memberi kabar gembira dengan [datangnya] seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad [Muhammad]” Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: “Ini adalah sihir yang nyata”. (QS Ash-Shaff [61]: 6).
Baca Juga: Penting untuk Muslimah, Hindari Tasyabbuh
Begitu Al-Quran memberikan kisah kepada kita agar mengingat dan ikut berkhidmat di Masjid Al-Aqsha, Baitul Maqdis, Palestina. Berkhidmat dalam arti luas, ikut memberikan solidaritas, mencurahkan perhatian, fokus pada perjuangan, pembebasan Al-Aqsha dan seluruh kawasan negeri para Nabi, Palestina, dari penjajahan Zionis Israel. Sebab, ‘Al-Aqsha Haqquna’, Al-Aqsha adalah milik kita kaum Muslimin. Allahu Akbar. (P4/R02)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Peran Muslimat dalam Menjaga Kesatuan Umat