Ankara, 15 Syawwal 1435/11 Agustus 2014 (MINA) – Recep Tayyip Erdogan, Perdana Menteri Turki, memenangkan pemilihan presiden pertama di negara itu langsung di babak pertama, setelah dalam hitungan sementara meraih lebih dari 50 persen suara.
Kemenangan Ahad itu akan memperpanjang pemerintahan Erdogan di seluruh negeri selama lima tahun ke depan, setelah 10 tahun sebagai Perdana Menteri, Al Jazeera yang dikutip Mi’raj islamic News Agency (MINA), Senin.
“Erdogan memenangkan pemilu adalah hari baru bagi bangsa Turki,” kata Huseyin Celik, Wakil Ketua Partai Keadilan dan Pembangunan kepada wartawan di ibukota Ankara.
Wakil Ketua partai Erdogan yang lain, Mustafa Sentop, mengatakan Erdogan memenangkan pemilihan presiden populer pertama Turki dengan lebih dari 52 persen suara.
Baca Juga: Lima Paramedis Tewas oleh Serangan Israel di Lebanon Selatan
Adapun lawan utamanya Ekmeleddin Ihsanoglu meraih 38 persen dan kandidat ketiga Selahattin Demirtas meraih 10 persen, setelah 96 persen suara sudah dihitung, kantor berita Anatolia melaporkan.
Namun Komisi Pemilihan Turki diperkirakan tidak akan mengumumkan apapun sampai mengeluarkan hasil pemilihan sampai dikeluarkannya hasil pemilihan yang resmi hari Senin.
“Untuk pertama kalinya dalam sejarah Turki, seorang pemimpin politik yang kuat dipilih langsung oleh rakyat untuk mengambilalih kursi presiden,” kata Al Bayramoglu, seorang analis politik dan kolumnis untuk surat kabar Yeni Safak yang pro-pemerintah.
“Ini adalah sinyal Turki bergerak menjauh dari sistem parlemen dan mendukung sistem presidensial,” katanya.
Baca Juga: Militer Israel Akui Kekurangan Tentara dan Kewalahan Hadapi Gaza
Presiden di Turki memiliki kekuatan relatif lebih dibandingkan dengan pemerintahan parlementer yang sama.
Kepresidenan memiliki wewenang-wewenang konstitusional yang besar yakni mengsyahkan peraturan perundang-undangan atau mengembalikannya ke parlemen agar dipertimbangkan kembali ; memerintahkan referendum publik ; memerintahkan pemilihan parlemen baru ; menunjuk perdana menteri, menteri dan pejabat-pejabat tinggi.
Di fihak lain, Koray Caliskan, seorang profesor di Istanbul Bogazici University dan kolumnis untuk surat kabar liberal “Radikal”, meyakini bahwa dengan perkembangan terakhir ini, Turki akan tergelincir lebih jauh dari demokrasi dan negara akan lebih terpolarisasi di masa depan.
“Pada waktunya, Turki akan terlihat lebih mirip dengan (Presiden Rusia Vladimir) Putin Rusia. Presiden akan menggunakan semua kekuasaan yang dimiliknya untuk memperketat cengkeramannya pada negara,” katanya kepada Al Jazeera. (T/P09/IR)
Baca Juga: Netanyahu Akan Tetap Serang Lebanon Meski Ada Gencatan Senjata
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Agresi Israel Hantam Pusat Ibu Kota Lebanon