Brussels, 15 Rabi’ul akhir 1437/26 Januari 2016 (MINA) – Kelompok Islamic State (ISIS) telah mengasah kemampuan untuk melancarkan serangan global dan menetapkan untuk lebih fokus pada Eropa setelah “suksesnya” pembantaian Paris, kata Kepala Lembaga Kepolisian Uni Eropa Europol, Senin (25/1).
Rob Wainwright mengatakan, pada konferensi pers bahwa “yang disebut ISIS telah mengembangkan kemampuan gaya baru bertempur untuk melaksanakan kampanye serangan teroris berskala besar di panggung global. Dengan fokus khusus di Eropa”.
“Jadi yang disebut ISIS memiliki kemauan dan kemampuan untuk melakukan serangan lebih lanjut di Eropa, dan tentu saja semua otoritas nasional yang bekerja untuk mencegah hal itu terjadi,” tambahnya, demikian laporan World Bulletin yang dikutip oleh Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Wainwright itu meluncurkan temuan laporan Europol baru pada perubahan dalam bagaimana kelompok ekstremis beroperasi, bertepatan dengan peluncuran badan pusat kontraterorisme baru di Den Haag.
Baca Juga: ICC Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu dan Gallant
ISIS mengaku bertanggung jawab atas serangan 13 November di Paris yang mengakibatkan 130 orang tewas. Kemudian pekan lalu ISIS juga merilis video yang dimaksudkan untuk menunjukkan sembilan dari ekstrimis yang siap mengancam “negara-negara koalisi” yang memerangi ISIS termasuk Inggris.
Sebuah koalisi pimpinan AS telah melancarkan perang melawan ISIL di Suriah dan Irak sejak September 2014.
“ISIL sedang mempersiapkan lebih banyak serangan teroris, termasuk serangan lebih ‘Mumbai-gaya’, akan dieksekusi di negara-negara anggota Uni Eropa, dan di Perancis khususnya,” kata laporan Europol lainnya.
“Serangan akan terutama diarahkan pada sasaran lunak, karena dampak yang dihasilkannya.Dicontohkan serangan November di Paris dan serangan 2015 Oktober pada sebuah pesawat Rusia, menunjukkan pergeseran dalam strategi ISIL.” (T/P002/P2)
Baca Juga: Turkiye Tolak Wilayah Udaranya Dilalui Pesawat Presiden Israel
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Setelah 40 Tahun Dipenjara Prancis, Revolusioner Lebanon Akan Bebas