Manila, 2 Sha’ban 1436/20 Mei 2015 (MINA) – Pemerintah Filipina telah menyatakan bersedia membuka pintu negaranya untuk minoritas Rohingya yang menyelamatkan diri dari Myanmar dan Bangladesh.
Pernyataan Selasa (19/5) itu adalah wujud komitmen janji Filipina kepada PBB untuk melindungi pencari suaka dan pengungsi, Al-Jazeera yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
“Biarkan kami memberikan bantuan kemanusiaan dan bantuan yang diminta dari kami, karena kami bangga menjadi orang yang penuh kasih dan ramah,” kata Senator Paolo Aquino dalam pernyataan itu.
“Kami menyerukan kepada badan-badan internasional yang tepat untuk segera memproses masalah hukum untuk kesejahteraan manusia perahu,” kata Aquino, sepupu dan sekutu politik Presiden Filipina Benigno Aquino.
Baca Juga: Presiden Korea Selatan Selamat dari Pemakzulan
Pernyataan itu muncul setelah Menteri Kehakiman Filipina Leila de Lima mengatakan pada Senin (18/5), negaranya memiliki kewajiban untuk mengakui dan melindungi pencari suaka, bahkan ketika para pengungsi tidak memiliki dokumen untuk membuktikan status mereka.
“Jika ada manusia perahu yang datang kepada kami mencari perlindungan pemerintah kami, ada proses, ada mekanisme tentang bagaimana menangani para pengungsi atau pencari suaka ini,” kata de Lima dalam sebuah pernyataan.
Di tengah penolakan beberapa negara ASEAN terhadap ribuan pengungsi Muslim Rohingya, Juru bicara Presiden Filipina mengatakan, para pengungsi bisa berpaling ke Filipina jika mereka tidak memiliki dokumen.
Filipina memiliki sejarah panjang menjadi tuan rumah pengungsi dari negara-negara Asia lainnya, bahkan pengungsi dari Eropa.
Baca Juga: Jumat Pagi Sinagog Yahudi di Meulbourne Terbakar
Selama Perang Dunia II, Presiden Filipina Manuel Quezon memerintahkan pengakuan terhadap 1.500 pengungsi Yahudi yang melarikan diri dari Eropa.
Setelah perang dan kemenangan komunis dalam perang saudara di Cina, ribuan pengungsi Cina juga menetap di Filipina.
Pada 1970-an, saat Vietnam terlibat dalam perang saudara, Filipina juga memberikan perlindungan untuk warga “perahu orang” Vietnam dan membangun sebuah desa Vietnam di pulau barat Palawan.
Sebagian besar pengungsi akhirnya relokasi di negara lain, banyak yang tempatkan di Amerika Serikat. (T/P001/R05)
Baca Juga: Taliban Larang Pendidikan Medis Bagi Perempuan, Dunia Mengecam
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: PBB akan Luncurkan Proyek Alternatif Pengganti Opium untuk Petani Afghanistan