Ottawa, MINA – Para pemimpin G7 pada Senin (16/6) menyerukan de-eskalasi dalam perang Israel yang meningkat terhadap Iran, sambil menegaskan kembali dukungan mereka terhadap apa yang mereka sebut secara terang-terangan sebagai “hak Israel untuk membela diri.”
Sikap diplomatik KTT tersebut menimbulkan pertanyaan mengenai bias kelompok itu, terutama setelah Presiden AS Donald Trump tiba-tiba meninggalkan pertemuan sehari lebih awal di tengah meningkatnya serangan Israel terhadap Iran.
Mengacu pada serangan Israel dan serangan balasan Iran sebagai pertukaran “permusuhan”, pernyataan bersama yang dirilis oleh Kanada berbunyi, “Kami mendesak agar penyelesaian krisis Iran mengarah pada de-eskalasi permusuhan yang lebih luas di Timur Tengah, termasuk gencatan senjata di Gaza.”
Pernyataan itu menyoroti bahwa Israel “memiliki hak untuk membela diri” dan menekankan “pentingnya perlindungan warga sipil,” meskipun Israel yang memulai serangan tanpa alasan dan menargetkan warga sipil serta infrastruktur sipil sejak hari pertama. Serangan paling akhir yang kurang ajar menargetkan penyiar negara Iran dan Rumah Sakit Al-Farabi.
Baca Juga: Serangan Iran Meningkat, Pemukim Israel Pilih Kabur Pakai Kapal Pesiar
Kelompok tujuh negara, yang terdiri dari Inggris, Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, dan Amerika Serikat, juga menegaskan kembali pendiriannya bahwa Iran “tidak akan pernah memiliki senjata nuklir.” Namun, mereka tetap bungkam mengenai persenjataan nuklir Israel yang tidak diakui, tetapi diketahui secara luas dan sama sekali mengabaikan fakta bahwa Iran tidak pernah menginginkan senjata nuklir. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Israel Larang Wartawan Liput Serangan Rudal Iran ke Kilang Minyak Haifa