Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

GANTI NAMA TUHAN DAN SAITON DENGAN YANG PANTAS

Ali Farkhan Tsani - Senin, 31 Agustus 2015 - 10:03 WIB

Senin, 31 Agustus 2015 - 10:03 WIB

1370 Views

afta peci putihOleh: Ali Farkhan Tsani, Redaktur Tausiyah Kantor Berita Islam MINA (Mi’raj Islamic News Agency)

tuhan/">Nama Tuhan (42 th), pria asal Banyuwangi yang bekerja sebagai tukang kayu saat ini ramai menjadi perbincangan. Tak diketahui, mengapa orangtuanya memberi tuhan/">nama Tuhan. Tapi selama ini di KTP dia ditulis dengan tuhan/">nama TUHAN.

Menurut pria kelahiran 1973 yang bekerja sebagai tukang kayu itu, dirinya tak ada masalah dengan namanya, masyarakat juga sudah menerima. Dia sendiri biasa disapa Pak To atau Pak Han.

Ia selama ini tak pernah menyadari maupun menginginkan namanya membuat gempar dan dianggap menurunkan derajat Tuhan yang sejatinya.

Baca Juga: Enam Prinsip Pendidikan Islam

Bapak dua anak suami dari Khusnul Khotimah itu pun tak mengerti alasan orang tuanya dulu memberinya tuhan/">nama Tuhan. Tetapi, selama ini, masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya tidak terlalu heboh dengan nama unik yang dimiliki suami Khusnul Khotimah itu.

Sementara warga Desa Talang Jambe, Sukarami, Palembang juga diperbincangkan karena di KTP-nya tertulis saiton/">nama SAITON (39 tahun).

Dia diberi nama oleh orangtuanya seperti itu karena kesepuluh saudaranya meninggal saat masih kecil. Dia juga sempat sakit saat orangtuanya mengganti namanya. Orangtuanya, katanya yakin bahwa yang menggangu keluarga mereka adalah setan. Sehingga anak terakhir diberi saiton/">nama SAITON agar tidak diganggu, ujar pria lulusan S2 Magister Administrasi Publik ini.

Pernah Pimpinan Perusahaan di tempatnya bekerja sempat mengeluarkan biaya untuk mengganti namanya. Tetapi guru komputer itu pun mengaku tubuhnya merasa sakit panas dingin setiap kali hendak mengganti saiton/">nama Saiton itu. Karena hal itulah, Saiton menerima dengan ikhlas nama pemberian orangtuanya. “Walaupun namanya begitu, yang penting sifatnya nggak seperti itu, meskipun ustaz bilang nama itu adalah doa,” katanya.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-10] Makanan dari Rezeki yang Halal

saiton-tuhan.jpg">saiton-tuhan-300x86.jpg" alt="saiton tuhan" width="580" height="166" />saiton-2.jpg">
Komentar Ulama

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur KH Abdussomad Bukhori mengimbau agar tuhan/">nama TUHAN diganti. Ia mengimbau kepada pemilik nama tersebut dan bagian kependudukan (pemerintah setempat) mengubah nama di KTP yang bersangkutan.

MUI beralasan karena Tuhan adalah nama yang baik, khawatir nanti malah muncul salah kaprah.
Menurutnya, nama jelek seperti Saiton juga tidak boleh. Ia mengingatkan hadits tentang kewajiban orang tua memberi nama yang baik terhadap anak-anaknya.

Sementara itu, anggota MUI Pusat KH Aminudin Yakub mengatakan bahwa nama-nama nyeleneh tak baik disandangkan kepada manusia yang beriman.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-9] Jalankan Semampunya

Menurutnya, dalam ajaran Islam sudah ada ketentuan bagaimana orangtua harus memberikan nama kepada anak-anaknya.

Sebab, menurutnya orangtua memberikan anak-anak mereka nama yang baik layaknya sebuah doa atau harapan.

“Memang ada ketentuan tentang bagaimana orangtua memberi nama kepada anaknya. Nama itu harus nama baik, yang dapat mengandung doa atau harapan untuk anaknya,” katanya.

Ia pun menilai mungkin pemberian nama yang tidak tepat itu faktor ketidaktahuan orangtua yang bersangkutan. Maksud dari orangtua bersangkutan mungkin baik, namun menjadi tidak baik ketika yang dipilih adalah tuhan/">nama Tuhan.

Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat

Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj meminta agar tuhan/">nama Tuhan dan Saiton dalam KTP dan panggilan sehari-hari diganti dengan nama lain, karena nama-nama itu tidak etis untuk digunakan manusia.
“Nama-nama itu tidak etis dipakai manusia. Akan lebih baik kalau diganti namanya,” ujar Kyai Said.

Menurutnya, walau tidak mempunyai konotasi negatif, pemberian tuhan/">nama Tuhan merupakan sesuatu yang berlebihan. Apalagi Islam mengajarkan agar umat muslim memberikan nama yang mengandung arti baik dan tidak berlebihan.

“Nabi katakan begitu, berilah nama pada anak-anakmu sekalian dengan nama yang baik. Ya kalau gak mau ganti, tambah saja, supaya tidak terkesan Tuhan, misalnya Hamba Tuhan,” ungkap dia.

Anjuran Nama yang Baik

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat

Nama adalah lafadz di mana seseorang dipanggil dengannya. Islam memberikan perhatian sangat besar terhadap masalah nama ini, hingga Allah pun menyebutkan di dalam Al-Qur’an :

يَا زَكَرِيَّا إِنَّا نُبَشِّرُكَ بِغُلامٍ اسْمُهُ يَحْيَى لَمْ نَجْعَلْ لَهُ مِنْ قَبْلُ سَمِيًّا

Artinya: “Wahai Zakaria, sesungguhnya Kami memberi kabar gembira kepadamu akan (beroleh) seorang anak yang namanya Yahya, yang sebelumnya Kami belum pernah menciptakan orang yang serupa dengan dia.” (Q.S. Maryam [19]: 7).

Hingga kelak di hari kiamat, manusia pun akan dipanggil dengan nama yang mereka dipanggil dengannya semasa di dunia. Seperti disebutkan di dalam hadits Nabi, yang artinya :

 إِنَّكُمْ تُدْعَوْنَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِأَسْمَائِكُمْ وَأَسْمَاءِ آبَائِكُمْ فَأَحْسِنُوا أَسْمَاءَكُمْ

Artinya: “Sesungguhnya kalian akan dipanggil pada hari kiamat dengan nama kalian dan nama bapak-bapak kalian. Maka baguskanlah nama-nama kalian.”

Baca Juga: Tertib dan Terpimpin

(H.R. Abu Dawud, Ad-Daarimiy, Al-Baihaqi 9/306, dan yang lainnya, dari Abu Darda. Menurut ulama ahli hadits, sanad hadits ini dha’if (lemah) namun maknanya benar.

Al-Imam Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah mengatakan, “Barangsiapa yang mengamati sunnah, niscaya ia akan menemukan bahwa nama-nama yang ada berhubungan dengan pemiliknya. Seakan-akan ia memang diambil darinya sesuai dengan karakternya”.

Itulah, maka ketika ada seorang sahabat baru masuk Islam ditanya oleh Nabi siapa namanya, lalu ia menjawab, “Namaku Huzn (artinya sedih atau kasar)”. Beliau pun bersabda: Gantilah namamu menjadi Sahl (artinya mudah)”.

Demikian pula ketika mendengar nama yang baik Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pun turut mendoakannya.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat

Seperti ketika da seorang sahabat bernama Aslam (damai), maka Nabi pun berkata “Saalamahallaah” (semoga Allah mendamaikan hidupnya). Juga ketika ada seorang sahabat bernama Ghifaar (ampunan), maka Nabi pun berkata “Ghafarallaah” (semoga Allah mengampuninya).

Demikian halnya nama yang ada pada diri Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam, yaitu Ahmad atau Muhammad, yang artinya terpuji. Memang dalam diri Nabi terkandung sifat-sifat terpuji dalam ‘aqidah, akhlaq, dan segala hal kehidupan beliau.

Namun sebaliknya, nama orang yang durhaka kepada Allah pada masa Nabi, yaitu Abu Lahab, yang nama aslinya adalah ‘Abdul-‘Izza, juga sesuai dengannya.  Abu Lahab artinya bapak pembawa kayu bakar, ini sangat pas dengan dirinya, yang akhirnya memang ditempatkan ke dasar neraka, terbakar oleh lidah api yang menyala-nyala akibat kedurhakaannya. Begitu pula dengan Abu Jahal (bapak yang bodoh), karena tidak mau masuk Islam padahal Nabi ada di depan matanya.

Beberapa Nama yang Baik

Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang

Ada beberapa nama yang baik dan disunnahkan untuk diberikan kepada umat Islam, di antaranya:

Abdullah dan Abdurrahman

Ini berdasarkan hadits yang artinya, “Sesungguhnya nama yang paling dicintai oleh Allah adalah Abdullah dan Abdurrahman”. (H.R. Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi, Al-Hakim, Al-Baihaqi dan lainnya).

Karena itu, di kalangan shahabat Nabi saja, terdapat sekitar 300 orang yang bernama Abdullah, seperti: Abdullah bin Mas’ud, Abdullah bin Umar, Abdullah bin Abbas, dan lainnya.

Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat

Nama Penghambaan Diri

Menggunakan nama penghambaan diri (Abdun) terhadap salah satu nama-nama Allah, seperti Abdurrahim (hamba dari Allah Yang Maha Penyayang), Abdul Aziz (hamba dari Allah Yang Maha Mulia), Abdul Malik (hamba dari Allah Yang Maha Berkuasa),  dan yang lainnya.

Nama para Nabi

Nabi adalah orang-orang yang menjadi pilihan Allah agar menjadi panutan bagi manusia. Sehingga menggunakan namanya dimaksudkan agar memiliki sifat-sifat seperti itu. nama seperti: Ibrahim, Ismail, Ishaq, Isa, bahkan Muhammad.

Baca Juga: Cinta Dunia dan Takut Mati

Namun Umar bin Khaththaab sendiri kurang suka jika ada orang diamani dengan nama Nabi, jika pada praktiknya perilakunya tidak sesuai dengan nama yang mulai tersebut. Dimaksudkan agar seseorang tidak mencaci pemilik nama tersebut, padahal itu nama Nabi. Umar hanya bermaksud untuk mengagungkan nama para Nabi supaya tidak dihinakan.

Nama Orang-Orang Shalih

Di dalam hadits riwayat Muslim dari Syu’bah bin Al-Mughiirah, Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam menganjurkan agar orang tua memberi nama anaknya dengan nama para Nabi dan orang-orang shalih sebelum mereka.

Karena itu, banyak umat Islam kemudian diberi nama dengan nama sahabat Nabi, seperti Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, Hamzah, Huzaifah, dan sebagainya. Juga dari kalangan muslimah ada yang diberi nama Khadijah, Aisyah, Fathimah, dan lainnya. Dengan satu harapan agar akhlak mulia para sahabat dan orang-orang shalih tersebut melekat pada pengguna nama tersebut.

Demikian pula untuk mengenang dan melestarikan perjuangan orang-orang shalih terdahulu, banyak anak diberi nama : Bukhari, Muslim, Turmudzi, Shalahuddin, Ahmad Yasin, Ar-Rantisi, dan lainnya.

Termasuk di Indonesia, ada yang menggunakan nama para Muslim pejuang terdahulu seperti: Sudirman, Agus Salim, Ahmad Dahlan, Hasyim, dan sebagainya.

Nama yang Mengandung Kebaikan

Rasul pun menganjurkan umatnya untuk memberikan nama-nama pada anak-anaknya dengan nama yang mengandung makna kebaikan. Seperti Nabi pernah menyebut nama yang benar antara lain Harits (yang menjaga kebaikan) dan Hammam (kemauan yang kuat).

Beberapa nama yang baik di antaranya : Anshor (penolong), Farhan (membahagiakan), Fauziyah (kemenangan), Fitri (suci), Hamid (memuji), Iqbal (kejayaan), Mubin (yang jelas), Musthafa (terpilih), Rauf (pengasuh, pembimbing), Shobariyah (wanita yang sabar), Sholih (orang yang baik), Taufiq (petunjuk), dan seterusnya.

Kata Nur (cahaya) juga bisa digunakan, yang biasanya ditambahkan dengan nama berikutnya, seperti : Nur Jannnah (cahaya surga), Nur Rahmi (cahaya kasih sayang), Nur Ikhwan (cahaya persaudaraan), Nur Hadits (cahaya yang baru), Nur Habibi (cahaya kekasihku), dan lainnya.

Boleh juga menggunakan nama-nama lokal atau daerah, yang tetap mengandung makna kebaikan dan harapan, seperti : Bejo (beruntung), Rana (enak dipandang), Rifa (sepakat, setuju), Rina (siang, penerang), Rendy (dilindungi), Rudy (cemerlang), dan sebagainya.

Tapi kalau dianggap nama-nama itu terlalu kedaerahan, dan ingin dipanggil dikaitkan dengan orang tuanya, maka bisa dipanggil dengan Ibnu Muslih (anaknya Muslih), Ibnu Turmudzi (anaknya Turmudzi), atau bisa juga digandengkan dengan nama anaknya, seperti : Abu Aqsha (bapaknya Aqsha), Abu Labib (bapaknya Labib), Abu Mujahid (bapaknya Mujahid), dan lainnya.

Nama-Nama yang Tidak Dianjurkan

Karena nama adalah doa dan harapan, maka tidak dianjurkan memberikan nama-nama anak dengan nama-nama yang menjadi musuh Islam dan kemanusiaan, yang banyak menumpahkan darah, seperti : Ariel Sharon, Netanyahu, Hitler, dan lainnya. Juga tidak dianjurkan nama-nama artis luar negeri maupun dalam negeri, yang identik dengan dunia glamour dan kemaksiatan.

Walaupun itu dari Al-Quran, jika mengandung makna keburukan, juga tidak dianjurkan, bahkan dilarang, seperti: Jahannam, Dzalimun, Fasik, dll. Termasuk nama-nama seperti di awal tulisan ini, TUHAN dan SAITON, tentu sangat tidak pantas disandang manusia, sebagai makhluk Tuhan dan jangan sampai terjerumus ke jurang neraka akibat godaan SAITON (SYAITAN).(P4/R05)

 

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda

Tausiyah
Tausiyah
Uray-Helwan
Feature