Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Gaza Swasembada Semangka dan Melon

Rudi Hendrik - Kamis, 25 Juli 2019 - 11:15 WIB

Kamis, 25 Juli 2019 - 11:15 WIB

10 Views

Petani Palestina di Jalur Gaza memanen semangka pada pertengahan Juni 2019. (Foto: Palinfo)

Gaza, MINA – Setiap tahun kegiatan pertanian di Jalur Gaza menyaksikan peningkatan luar biasa yang bertujuan untuk mencapai kualitas setinggi mungkin, terutama di bidang semangka, yang semakin menarik perhatian penduduk setempat.

Para ahli mengatakan, musim semangka di Gaza tahun ini (2019) bebas dari penyakit dan pestisida, ditandai dengan produksi yang melimpah dan kualitas yang lebih tinggi. Hampir 4.000 dunum ditanam dengan semangka tahun ini, masing-masing menghasilkan sekitar 10.000 ton.

Juru Bicara Kementerian Pertanian di Gaza, Adham al-Basyuni, mengatakan bahwa sektor semangka tahun ini telah menyaksikan peningkatan yang signifikan.

Al-Basyuni mengatakan bahwa Kementerian telah bekerja pada mekanisme baru untuk menanam semangka, melindunginya dari penyakit, dan membuatnya lebih tahan terhadap pestisida.

Baca Juga: Tak Ada Tempat Aman, Pengungsi Sudan di Lebanon Mohon Dievakuasi

Dia mengkonfirmasi bahwa semangka yang ditanam di Jalur Gaza bersih dari penyakit beracun dan pestisida. Dia menunjukkan bahwa sampel dikumpulkan dari berbagai daerah di Gaza dan dikirim ke wilayah pendudukan 1948 untuk diuji.

Dia menambahkan bahwa iklim tahun ini telah berkontribusi pada produksi semangka yang tinggi, baik dari segi kualitas dan kuantitas.

Pakar pertanian Nezar Al-Wheidi meminta warga Gaza untuk tidak memperhatikan desas-desus tak berdasar tentang tanaman semangka.

“Buahnya bagus, murah, dan sangat sehat,” katanya. Ia menyerukan warga Palestina di Gaza untuk mengabaikan rumor.

Baca Juga: Pengungsi Sudan Menemukan Kekayaan Di Tanah Emas Mesir

Petani Pa;estina di Gaza memanen melon pada bulan Juni 2019. (Foto: Palinfo)

Melon pun swasembada

Mohammed dan Sami Mu’ammar pada bulan Juni 2019 sibuk membantu ayah mereka memanen buah melon di kebunnya, beberapa meter dari pagar perbatasan selatan Jalur Gaza.

Kebun melon itu terletak di Sufa, antara Khan Yunis dan Rafah.

Kebiasaan keluarga Abu Mu’ammar adalah memulai panen pada dini hari untuk menghindari sinar matahari.

Baca Juga: Terowongan Silaturahim Istiqlal, Simbol Harmoni Indonesia

Memanen buah pada tengah malam memiliki risiko yang berbahaya, sebab bisa saja pasukan Israel yang berjaga di pagar perbatasan menembak mereka.

Issa Abu Mu’ammar, ayah mereka mengatakan bahwa musim menanam melon dimulai pada Februari dan berakhir pada Juni.

Melon adalah salah satu buah favorit warga Gaza. Tahun ini, melon-melon segar dijual kepada warga Gaza sendiri dengan harga murah karena tidak ada ekspor akibat penutupan penyeberangan perbatasan Israel di Gaza.

Abu Mu’ammar mengatakan bahwa panen melon tahun ini sangat bagus, tetapi harganya tidak sesuai dan banyak petani menderita kerugian besar.

Baca Juga: Bukit Grappela Puncak Eksotis di Selatan Aceh

Jalur Gaza memiliki buah melon dan semangka terbaik, kualitas buah dan keahlian para petani Gaza memenuhi standar internasional. Sudah beberapa tahun terakhir, Gaza selalu swasembada melon.

Karenanya, Abu Mu’ammar menyerukan untuk membuka pintu bagi ekspor melon.

Untuk ukuran sekarang, menanam satu dunum tanah dengan melon biaya petani sebesar 2.000 shekel, tetapi dijual di pasar satu shekel per kilogram.

Kebun melon di Sufa, antara Khan Yunis dan Rafah di selatan Jalur Gaza, Palestina. (Foto: Palinfo)

Orang-orang Palestina di Jalur Gaza pada bulan Juni sibuk untuk membeli buah melon karena kualitas dan rasanya yang luar biasa. Mereka biasa menyimpan melon di lemari es selama berjam-jam untuk didinginkan kemudian memakannya selama pertemuan keluarga.

Baca Juga: Masjid Harun Keuchik Leumik: Permata Spiritual di Banda Aceh

Karena termasuk buah-buahan yang relatif murah, melon dan semangka dapat ditemukan di rumah warga Gaza kapan saja selama musim berjalan hingga awal musim gugur pada awal September.

Daerah selatan Khan Yunis dan Rafah adalah yang terbaik dalam menanam melon dan semangka dengan tanah pertanian dan air yang berlimpah. Dua hal inilah yang menjadi alasan utama buah-buahan di sini terasa manis.

Pemerintah Palestina di Gaza terus mendukung para petani.

Namun, blokade dan penyeberangan yang ditutup, ditambah sesekali adanya kebijakan Israel yang mengizinkan buah-buahan masuk ke Gaza, sangat mempengaruhi harga hasil panen petani Palestina.

Baca Juga: Temukan Keindahan Tersembunyi di Nagan Raya: Sungai Alue Gantung

Beberapa kali waktu, Kementerian Pertanian di Gaza mengizinkan impor buah dari Israel untuk menekan harga jika melonjak.

Impor dan ekspor ke dan dari Gaza melalui penyeberangan Kerem Shalom.

Pada Juni 2016, Kementerian Pertanian menyetujui impor semangka dari Israel yang mengakhiri larangan delapan tahun. Izin itu dilatari kurangnya daerah yang ditanami semangka di Gaza tahun tersebut yang menyebabkan berkurangnya panen sehingga mendorong harga di pasar lokal.

Meskipun Israel mempertahankan blokade di Gaza untuk mencegah bahan-bahan yang dapat digunakan untuk membangun infrastruktur militer di daerah yang dikuasai Hamas, ratusan truk setiap hari tetap membawa pasokan melalui penyeberangan perbatasan. (AT/RI-1/RS2)

Baca Juga: Kisah Perjuangan Relawan Muhammad Abu Murad di Jenin di Tengah Kepungan Pasukan Israel

 

Sumber: Palinfo dan Times of Israel

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Pejuang Palestina Punya Cara Tersendiri Atasi Kamera Pengintai Israel

Rekomendasi untuk Anda

Palestina
Ekonomi
Palestina
Palestina