Oleh Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior Mi’raj News Agency (MINA)
Terjadinya gerhana bulan ataupun matahari, termasuk pergantian siang dan malam, menunjukkan tanda-tanda keagungan Allah.
Di dalam ayat disebutkan:
إنَّ فِي خَلْقِ السَّمَٰوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَٰوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Baca Juga: Muasal Slogan ”Al-Aqsa Haqquna”
Artinya: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan Kami, tiadalah Engkau ciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, maka peliharalah Kami dari siksa neraka”. (QS Ali Imran [3]:190-191).
Dalam suatu Khutbah Shalat Gerhana, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam antara lain mengingatkan:
إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ الله لاَ يَنْخَسَفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ ، فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ فَادْعُوا اللهَ وَكَبّرُوْا، وَصَلُّوا ، وَتَصَدَّقُوْا
Artinya: “Sesungguhnya matahari dan bulan adalah tanda-tanda keagungan Allah, di mana keduanya tidak akan terjadi gerhana disebabkan karena kematian atau kelahiran seseorang. Maka, apabila kalian melihat sesuatu dari gerhana, maka takutlah dan bersegeralah berdoa kepada Allah memohon ampunan-Nya, bertakbirlah dan dirikanlah shalat serta bershadaqahlah.” (Muttafaq ‘Alaihi).
Baca Juga: Enam Prinsip Pendidikan Islam
Begitulah Allah, bagaimana Dia Sang Maha Penguasa sanggup menggerakkan bulan dan matahari, menundukkan siang dan malam, mengatur planet-planet, tatasurya dan galaksi di alam semesta ini dengan begitu rapi. Termasuk menutup bulan atau matahari dengan bayang-bayang bumi, baik sebagian atau seluruhnya.
Pada ayat Al-Quran, Allah menegaskan:
هُوَ الَّذِي جَعَلَ الشَّمْسَ ضِيَاءً وَالْقَمَرَ نُورًا وَقَدَّرَهُ مَنَازِلَ لِتَعْلَمُوا عَدَدَ السِّنِينَ وَالْحِسَابَ ۚ مَا خَلَقَ اللَّهُ ذَٰلِكَ إِلَّا بِالْحَقِّ ۚ يُفَصِّلُ الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ
Artinya: “Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan benar. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui.” (QS Yunus [10]: 5).
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-10] Makanan dari Rezeki yang Halal
Pada ayat lain di dalam Surat Yasin, Allah menegaskan kembali tentang keagungan kuasa-Nya dalam untaian:
وَآيَةٌ لَهُمُ اللَّيْلُ نَسْلَخُ مِنْهُ النَّهَارَ فَإِذَا هُمْ مُظْلِمُونَ وَالشَّمْسُ تَجْرِي لِمُسْتَقَرٍّ لَهَا ذَٰلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ وَالْقَمَرَ قَدَّرْنَاهُ مَنَازِلَ حَتَّىٰ عَادَ كَالْعُرْجُونِ الْقَدِيمِ لَا الشَّمْسُ يَنْبَغِي لَهَا أَنْ تُدْرِكَ الْقَمَرَ وَلَا اللَّيْلُ سَابِقُ النَّهَارِ وَكُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسْبَحُونَ
Artinya: “Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang Maha Besar) bagi mereka adalah malam, Kami tanggalkan siang dari malam itu, maka dengan serta merta mereka berada dalam kegelapan. Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan yang Maha Perkasa lagi Maha mengetahui. Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah ia seperti bentuk pelepah yang tua. Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang, dan masing-masing beredar pada garis edarnya.” (QS Yaasiin [36]: 37-40).
Maka, dengan kemahakuasaan-Nya itulah, kita sebagai makhluk-Nya wajib menyembah-Nya, mengesakan-Nya dengan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun.
Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof. Anbar: Pendidikan Jaga Semangat Anak-Anak Gaza Lawan Penindasan
Karena memang demikianlah tugas kita sebagai manusia adalah memperibadati-Nya. Bukan berarti dengan demikian Allah memerlukan makhluk-Nya. Namun karena kitalah yang membutuhkan-Nya.
Allah mengingatkan akan tugas kita di dalam ayat:
وَمَا خَلَقۡتُ ٱلۡجِنَّ وَٱلۡإِنسَ إِلَّا لِيَعۡبُدُونِ (٥٦) مَآ أُرِيدُ مِنۡہُم مِّن رِّزۡقٍ۬ وَمَآ أُرِيدُ أَن يُطۡعِمُونِ (٥٧)
Artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. Aku tidak menghendaki rezki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi Aku makan”. (QS Adz-Dzariyah [51]: 56-57).
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-9] Jalankan Semampunya
Menyembah Allah, dengan tidak berbuat syirik, itulah prinsip Tauhidullah, yakni mengesakan Allah, bahwa Allah itu Ahad, satu, esa, tak berbilang.
Ini pulalah prinsip pertama dan tugas utama misi kerasulan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pun kemudian mendakwahkan dan mengajak manusia kepada tauhidullah, beribadah kepada Allah yang Maha Esa, Maha Kuasa, Maha Pencipta dunia dan alam semesta.
Begitu juga dengan Nabi dan Rasul lainnya, ditugaskan untuk mengajak manusia agar mentauhidkan Allah, menyembah hanya kepada Allah.
Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof El-Awaisi: Ilmu, Kunci Pembebasan Masjid Al-Aqsa
Allah menyebutkan di dalam ayat:
وَمَآ أَرۡسَلۡنَا مِن قَبۡلِكَ مِن رَّسُولٍ إِلَّا نُوحِىٓ إِلَيۡهِ أَنَّهُ ۥ لَآ إِلَـٰهَ إِلَّآ أَنَا۟ فَٱعۡبُدُونِ
Artinya: “Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya: “Bahwasanya tidak ada Tuhan [yang hak] melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku”. (QS Al-Anbiya [21]: 25).
Pada ayat lain Allah menegaskan:
وَلَقَدۡ بَعَثۡنَا فِى ڪُلِّ أُمَّةٍ۬ رَّسُولاً أَنِ ٱعۡبُدُواْ ٱللَّهَ وَٱجۡتَنِبُواْ ٱلطَّـٰغُوتَۖ فَمِنۡهُم مَّنۡ هَدَى ٱللَّهُ وَمِنۡهُم مَّنۡ حَقَّتۡ عَلَيۡهِ ٱلضَّلَـٰلَةُۚ فَسِيرُواْ فِى ٱلۡأَرۡضِ فَٱنظُرُواْ كَيۡفَ كَانَ عَـٰقِبَةُ ٱلۡمُكَذِّبِينَ
Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat
Artinya: “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat [untuk menyerukan]: “Sembahlah Allah [saja], dan jauhilah Thaghut itu”, maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan [rasul-rasul]”. (QS An-Nahl [16]: 36).
Begitulah, Dialah Allah yang berhak dan mampu mengatur semuanya. Dialah Allah yang mempergilirkan siang dan malam, mengatur perjalanan dan pergerakan benda-benda angkasa raya, mulai dari yang paling kecil sampai yang paling besar. Serta dialah Allah yang mendatangkan gerhana kapanpun Dia berkehendak. Semua makhluk pun tunduk kepada-Nya.
Sungguh, terjadinya gerhana bulan dan matahari memberikan pelajaran dan sekaligus peringatan bagi kita manusia agar segera bertaubat dari dosa-dosa dan segera beramal kebajikan, melakukan berbagai ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Sebaliknya, kalau jauh dan semakin jauh dengan Allah, dengan aturan Allah, dengan peringatan Allah, maka yang terjadi adalah kesempitan hidup di dunia. Belum lagi di akhirat tidak tahu arah dan tidak sanggup lagi berbuat apa-apa.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat
Melalui fenomena gerhana bulan atau matahari, semoga semakin menyadarkan kita betapa Maha Kuasanya Allah dan betapa mahalemahnya kita manusia. Sehingga kitapun bersimpuh, shalat gerhana, memperbanyak istighfar dan saling menasihati, karena Allah. (A/RS2/RS3)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin