Khutbah Shalat Gerhana: Karakteristik Ulul Albab (Oleh: Imaam Yakhsyallah Mansur)

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الْــمَلِكِ الْحَقِّ الْــمُبِيْنِ، اَلَّذِي أَرْسَلَ آيَاتِهِ عِبْرَةً لِلْمُعْتَبِرِيْن. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَه . إِلَهُ اْلأَوَّلِيْنَ وَالْآخِرِينَ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحمّداً عَبْدُهُ ورَسُولُهُ الْــمَبْعُوثُ رَحْمَةً لِلْعَالَــــمِيْنَ، اللَّهُمَّ صلِّى وَ سَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ سَيِّدِ الْمُرْسَلِيْنَ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ . أمَّا بَعْدُ

يَا عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَ نَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ ،قَالَ اللهُ تَعَالَى: وَمِنْ آيَاتِهِ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ ۚ لَا تَسْجُدُوْا لِلشَّمْسِ وَلَا لِلْقَمَرِ وَاسْجُدُوْا لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَهُنَّ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ .وَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ : إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ لَا يَخْسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلَا لِحَيَاتِهِ فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ فَادْعُوا اللَّهَ وَكَبِّرُوا وَصَلُّوا وَتَصَدَّقُوا

Jamaah Salat hafidzakumullah

Malam ini kita melihat fenomena alam berupa Gerhana Bulan. Gerhana adalah bukti kebesaran Allah. Gerhana bukan sebagaimana diyakini sebagain masyarakat jahiliyah, bahwa bulan ditelan dewa, atau penanda bencana bagi petani, peternak, dan lainnya. Keyakinan seperti itu tidaklah benar. Gerhana adalah salah satu bukti akan Kemahakuasaan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Di dalam Al-Qur’an, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam surah Ali Imran ayat 190-181:

إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ (١٩٠) الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ(١٩٠) (ال عمران [٣]: ١٩٠ــ١٩١)

 “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (Q.S. Ali Imran [3]: 190-191).

Imaam At-Thabrani meriwayatkan Asbabun Nuzul ayat di atas dari Ibnu Abbas Radhiallahu anhu, “Orang-orang Quraisy mendatangi orang-orang Yahudi dan berkata, Mu’jizat apa yang dibawa Nabi Musa kepadamu untuk membuktikan kebenarannya?” Mereka menjawab, “Tongkatnya dan tangannya yang bersinar putih cemerlang.”

Kemudian mereka mendatangi orang Nasrani dan berkata, “Mu’jizat apa yang dibawa Nabi Isa kepadamu?” Mereka menjawab, “Menyembuhkan penyakit buta, penyakit kusta dan menghidupkan orang yang mati.”

Kemudian mereka mendatangi Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan berkata, “Berdo’alah kepada Tuhanmu agar bukit Shofa menjadi emas untuk kami.” Maka Nabi berdo’a, lalu Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan ayat di atas. Ibnu Abbas berkata, “Pikirkanlah ayat ini.”

Ulul Albaab secara harfiyah berarti orang yang mempunyai akal yang sehat dan fikiran yang lurus sehingga “al-lub” arti aslinya adalah inti dan kemurnian segala sesuatu.

Ayat ini memberi petunjuk bahwa untuk membuktikan kebenaran risalah Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dapat ditempuh dengan menggunakan akal untuk memikirkan semua ciptaan Allah Subhanahu wa Ta’ala yang ada di alam raya ini.

Orang yang menggunakan akal pikiran itulah yang disebut Ulul Albab. Kalimat yang senada dengannya yaitu Ulin Nuha, Ulil Abshor, Ulama dan sebagainya.

Ayat ini menunjukkan betapa tingginya kedudukan orang yang berakal. Ketika menjelaskan ayat ini, seorang pemenang hadiah Nobel 1979 bidang fisika, berkat teori unifikasi gaya Prof. DR. Abdul Salam berkata, “Al Quran mengajarkan kepada kita dua hal, Tafakkur dan Tasyakur.”

Tafakkur adalah merenungkan ciptaan Allah di langit dan di bumi, kemudian menangkap hukum-hukum yang terdapat di alam semesta. Tafakkur inilah yang kemudian melahirkan ilmu pengetahuan (science) dan ilmu sosiologi.

Sedangkan tasyakur ialah memanfaatkan nikmat dan karunia Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan menggunakan akal pikiran, sehingga kenikmatan semakin bertambah, dalam istilah modern, tasyakur disebut dengan tehnologi.

Jadi, Ulil Albab atau Cendekiawan adalah kelompok orang yang merasa terpanggil untuk memperbaiki masyarakatnya, menangkap aspirasi mereka, merumuskannya dalam bahasa yang dapat dipahami banyak orang, menawarkan strategi dan alternatif pemecahannya.

Jamaah Salat Gerhana Bulan hafidzakumullah

Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan dua tanggung jawab utama Ulul Albab yaitu:

Pertama, Memenuhi Janji

Dr. Muhammad Mahmud Hijazi menyatakan, Janji (mitsaq) adalah apa yang mengikat diri manusia dalam hubungannya dengan Tuhan mereka dan antara diri mereka dengan manusia lain.

Apabila janji manusia dapat ditunaikan dan dipenuhi, maka akan terwujudlah harmoni kehidupan, keadilan, kedamaian dan kesejahteraan. Namun, apabila janji banyak dilanggar, maka rusaklah sendi-sendi kehidupan.

Maka, dalam memegang teguh janji itu, ulul albab harus mempertahankan kejujuran, keterbukaan dan kesungguhan hati, menghindari manipulasi data, pemalsuan informasi, tidak mempriorotaskan kepentingan pribadi, keluarga dan golongan yang hanya akan menjatuhkan nilai-nilai dan etika kehidupan.

Kedua, Menyambung apa yang diperintahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala

Menyambung apa yang diperintahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah menyambung hubungan antara sesama manusia. Termasuk didalamnya menggabungkan iman dan amal berdasarkan kecintaan kepada Allah, Rabb Yang Mahaesa.

Termasuk dalam upaya menyambung apa yang diperintahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah menumbuhkan ukhuwwah Islamiyah (paeraudaraan dan persatuan) di antara manusia. Di sinilah seorang cendekiawan berperan sebagai integrator, katalis, dan muwwahid yang menghidupkan semangat persatuan di tengah masyarakat yang terpecah.

Ulul Albab hendaknya berusaha dengan sungguh-sungguh mewujudkan kesatuan umat Islam dengan melaksanakan kehidupan berjama’ah di tengah-tengah masyarakat. Karena hanya dengan berjama’ah, masyarakat Islam dapat disatukan, sebagaimana firman-Nya:

وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا …..الاية (ال عمران [٣]: ١٠٣)

“Dan berpegang kamu semuanya kepada tali (agama) Allah seraya berjama’ah, dan janganlah kamu bercerai-berai.” (Q.S. Ali Imran [3]: 103).

Dalam mewujudkan tanggung jawab tersebut, ulul albab harus mampu membimbing masyarakat dan membantu terpenuhinya kebutuhan masyarakat. Hal itu karena masyarakat tidak hanya dituntut beriman saja, tetapi ajaran Islam harus mampu menjawab tantangan kehidupan.

Ajaran Islam yang dipraktekkan secara konsekuen terbukti telah melahirkan manusia unggul sebagai penyelamat dunia dan pelopor peradaban di berbagai bidang. Umar bin Khaththab berhasil menjadi pemimpin dunia yang jarang tandingannya. Bilal bin Rabbah dari seorang budak yang menjadi muadzin Rasul dan menjadi lambang persamaan dan kesetaraan manusia.

Di bidang Sains dan tehnologi, lahir nama Al Haytsan yang ahli dalam bidang optics yang mendasari teori Newton. Ibnu Sina dengan Canon of Medicine-nya yang telah menjadi buku standar ilmu kedokteran selama 600 tahun. Muhammad bin Musa Al Khawarizmi yang pertama kali mengarang buku tentang matematika dan istilah logaritma, diyakini berasal dari namanya.

Keberhasilan syari’at Islam melahirkan manusia-manusia unggul di atas adalah tidak terlepas dari kepemimpinan dan keteladanan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bernard Shaw menulis, “Jika seorang seperti Muhammad menguasai (memimpin – Pen) dunia modern, maka dia berhasil membawa dunia pada perdamaian dan kebahagiaan yang sangat dibutuhkan.”

Oleh karena itu cendekiawan muslim dituntut untuk meneladani Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wasallam dalam seluruh aspek kehidupannya. Semoga kita mampu merealisasikannya. Amin Ya Rabbal Alamin.

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ اَمَرَنَا بِلُزُوْمِ اْلجَمَاعَةِ، وَنَهَانَا عَنِ اْلاِخْتِلَافِ وَالتَفَرُّقَةِ ، وَاْلصَّلَاةُ وَالسَّلآ مُ عَلٰى مُحَمّدٍ نَبِيِّ الرَّحْمَةِ، وَعَلٰى اٰلِهِ وَاَصْحَا بِهِ هُدَاةِ اْلاُمَّةِ، أَمَّا بَعْدُ. فَيَآيُّهَا اْلمُسْلِمُوْنَ، اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ اْلمُتَّقُوْنَ، وَقَالَ اللهُ تَعاَلَى أَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنَ الَّشيْطَانِ الرَّجِيْم  ،إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَٰهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ، اللّٰهُمَّ انْصُرْ اِخْوَانَنَآ الْمُجَاهِدِيْنَ فِى فِلِسْطِيْنِ وَفِى كُلِّ مَكَانٍ .اللّٰهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ آْلمُوَحِّدِيْنَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اَللّٰهُمَّ اَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِ الْمُؤْمِنِيْنَ وَاجْمَعْ كَلِمَتَهُمْ وَسَوِّصُفُوْفَهُمْ وَوَحِّدْ اَرَاأَهُمْ بِفَضْلِكَ يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ .اللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ مِنْ بَلَدِنَاهَذَا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً ، يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ لخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

عِبَادَاللهِ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.

(A/P2/R1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Widi Kusnadi

Editor: Widi Kusnadi

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.