Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Guru Besar UI: Indonesia Darurat Rokok

IT MINA - Kamis, 10 Maret 2016 - 22:19 WIB

Kamis, 10 Maret 2016 - 22:19 WIB

650 Views

Foto: Chamid/MINA
Foto: Chamid/MINA

Foto: Chamid/MINA

Jakarta, 1 Jumadil Akhir 1437/10 Maret 2016 (MINA) – Guru Besar dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM-UI) Prof Hasbullah Thabrany mengatakan bahwa Indonesia mengalami darurat rokok.

“Lebih dari separuh klaim JKN (Jaminan Kesahatan Nasional,Red) ke BPJS Kesehatan tahun 2015 adalah untuk penyakit yang disebabkan oleh rokok,” kata Hasbullah Thabrany saat memberikan sambutan dalam acara Workshop di Hotel Borobudur, Jakarta, Kamis (10/3).

Hasbullah Thabrany juga mengatakan, harga rokok di Indonesia terlalu murah. Hanya 1,4 USD, jauh di bawah Singapura (9,6 USD), Brunei Darussalam (6,47 USD), Malaysia (3,7 USD) dan Filipina (1,6 USD) (ASEAN Tax Report Card 2014).

“Dalam Rupiah, harga rokok di Indonesia Rp15.000 per bungkus, di Singapura, rokok yang sama berharga di atas Rp100.000. Maka genarasi muda Singapura tidak terdorong membeli rokok,” kata Hasbullah.

Baca Juga: BKSAP DPR Gelar Kegiatan Solidaritas Parlemen untuk Palestina

Pihaknya menyebutkan, harga rokok yang murah membuat rokok mudah dibeli oleh semua kalangan di Indonesia, khususnya anak-anak dan masyarakat miskin.

“Harga rokok yang murah membuat konsumsi rokok meningkat terus. Akibatnya, penyakit-penyakit yang disebabkan rokok seperti penyakit jantung, kanker, stroke dan lain-lain terus meningkat,” ujarnya.

Ia menyebutkan, berdasarkan data tahun 2013, lebih dari 500 orang mati setiap hari karena penyakit akibat rokok.

Menurutnya, negara-negara yang lebih maju dari Indonesia mengendalikan konsumsi rokok dengan menaikan harga dan cukai rokok.

Baca Juga: Warga Israel Pindah ke Luar Negeri Tiga Kali Lipat

“Di negara maju, cukai rokok disebut sin tax atau “pajak dosa”, karena memang agama melarang merokok,” imbuh Hasbullah yang juga Ketua CHEPS.

Center for Health Economics and Policy Studies (CHEPS) adalah pusat kajian yang berada di Universitas Indonesia, didirikan pada 1 Desember 1998. CHEPS berupaya memberikan sumbangsih dalam pemecahan masalah kesehatan bangsa. (L/P010/R05)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Baca Juga: Timnas Indonesia Matangkan Persiapan Hadapi Bahrain

Rekomendasi untuk Anda

Indonesia
Indonesia
test
test