Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Habibie dan Rumah Sakit Gratis

Ali Farkhan Tsani - Kamis, 11 Agustus 2016 - 05:57 WIB

Kamis, 11 Agustus 2016 - 05:57 WIB

807 Views

Oleh Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Presiden RI ke-3, Prof. Dr. BJ Habibie meresmikan gedung baru Rumah Sakit Khusus Ginjal (RSKG) Ny RA Habibie di Jalan Tubagus Ismail, Bandung pada Senin (8/8/2016).

Pada saat peresmian, Habibie mengatakan bahwa pasien miskin yang datang ke rumah sakitnya bisa berobat gratis. “Itu merupakan wasiat dari ibu,” ujar Habibie.

Ia berharap, RS Khusus Ginjal tersebut dapat membantu sumber daya manusia Indonesia agar kesehatannya terjaga dengan baik, dapat bekerja produktif dan menjadi unggul.

Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof El-Awaisi: Ilmu, Kunci Pembebasan Masjid Al-Aqsa

Pencipta pesawat terbang CN235 dan N250 Kelahiran Pare Pare, 25 Juni 1936 (80 tahun) tersebut menjelaskan bahwa sebenarnya yang mahal dalam proses cuci darah ginjal adalah cairannya.

Karenanya rumah sakitnya sudah memiliki teknologi untuk membuat cairan sendiri. Bahkan, pihaknya sudah membantu beberapa kabupaten yang secara statistik di daerah tersebut banyak menderita gagal ginjal, dengan memberikan mesin dan cairannya secara gratis.

Lebih dari itu, pendiri ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia) itu mengatakan kalau ada petugas di daerah yang harus dididik, rumah sakitnya siap memberikan pelatihan.

Habibie ingin menyumbangkan karya nyata untuk pembangunan bangsa, seperti mata air yang terus mengalir.

Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat

“Semua orang pun harus berusaha menjadi seperti mata air. Kalau setiap keluarga menjadi mata air, Indonesia akan semakin tenteram,” paparnya.

RSKG Ny RA Habibie merupakan rumah sakit khusus type C, dengan pelayanan modialisis yang dilengkapi 60 mesin dengan kapasitas 360 pasien.

Menurut catatan pendiri RSKG Ny RA Habibie, Sri Redjeki Soedarsono, yang juga adik Habibie, rumah sakit ini didirikan berawal dari sebuah Klinik Ginjal Bandung (KGB) di Jalan Aceh pada tanggal 8 Agustus 1988.

Klinik didirikan sebagai bentuk keprihatinan terhadap banyaknya pasien gagal ginjal yang meninggal tanpa pernah mendapatkan upaya pengobatan cuci darah (hemodialisis).

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat

Seiring dengan perkembangan dan bertambahnya pelayanan ginjal yang ditanganinya, status KGB kemudian ditingkatkan menjadi RSKG pada tahun 1996.

Adapun nama Ny RA Habibie diambil sebagai penghormatan pada ibunda Sri yang juga merupakan ibunda BJ Habibie.

RSKG selama ini sudah memelopori pelayanan hemodialisa antara lain dengan memberikan bantuan hibah 217 mesin hemodialisa ke berbagai RS dan daerah yang membutuhkan.

Rumah Sakit Gratis

Baca Juga: Tertib dan Terpimpin

Warga yang sehat akan menjadikan bangsa itu juga sehat dan kuat. Namun, sakit bisa saja datang sewaktu-waktu. Bagi orang kaya, yang memiliki cukup uang, mudah saja diatasi dengan berobat ke rumah sakit mewah, bahkan di luar negeri sekalipun dijalani.

Namun bagi warga biasa, rakyat kurang mampu (dhuafa), tentu itu akan menjadi masalah. Jangankan untuk berobat, untuk mencukupi kebutuhan makan sehari-hari saja belum menentu. Rumah sakit baginya merupakan tempat mewah yang sering tak terjangkau. Seolah hidup hanya untuk orang-orang kaya dan beruang. Sementara orang-orang miskin hanya berhak hidup dan sakit tanpa berobat.

Salah satu upaya para pemimpin negeri ini, yang mendapat amanah melindungi dan menyejahterakan rakyatnya, adalah bagaimana  berupaya semaksimal mungkin untuk memberikan layanan kesehatan gratis kepada warganya.

Ini seperti dilakukan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Tangerang, yang resmi beroperasi untuk melayani pasien rawat inap dan rawat jalan.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat

Rumah sakit yang menghabiskan anggaran hingga Rp 700 miliar ini dioperasikan untuk warga Kota Tangerang tanpa harus membayar alias gratis. Seperti disebutkan Okezone, RS itu dibuka untuk melayani masyarakat, sejak berdirinya 2014 lalu.

Dalam peresmiannya, Walikota Tangerang, Arief R Wismansyah, mengatakan bahwa itu adalah bukti komitmen Pemkot melayani masyarakat.

Rumah sakit tanpa kelas ini terdiri dari delapan lantai dengan 300 tempat tidur yang dilengkapi 16 poli dengan 39 dokter spesialis dan 43 dokter umum. Selain ruang rawat inap, rumah sakit yang berdiri megah ini juga dilengkapi dengan fasilitas media penting lain seperti ICU dan lainnya.

“Harapannya RSUD Kota Tangerang menjadi rujukan warga, yang biasanya warga Kota Tangerang dirujuk ke rumah sakit besar di Jakarta, sekarang bisa dirujuk ke rumah sakit ini, Rumah Sakit ini khusus melayani pelayanan kesehatan masyarakat kota Tangerang, alias dibiayai APBD,” kata Walkot Arief.

Baca Juga: Ada Apa dengan Terpilihnya Trump?

Walaupun untuk penyakit-penyakit kronis, RSUD ini belum bisa melakukan pelayanan, pasalnya belum tersedia tenaga di bidangnya dan peralatan medis yang memadai. Tapi yang jelas, inisiatif untuk menyejahterakan warganya sendiri ternyata dapat dilakukan oleh pemerintah setempat.

Konsep rumah sakit gratis juga diterapkan oleh perusahaan PT Timah (Persero) Tbk, dengan membangun rumah sakit senilai Rp 5,782 miliar untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat miskin di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung itu.

Rumah sehat ini merupakan turunan program Indonesia Sehat yang fokus bidang kesehatan bagi masyarakat kurang mampu, dengan konsep rumah sakit tanpa memunggut biaya apa pun,” kata Dirut PT Timah Sukrisno usai peresmian rumah sakit itu di Pangkal Pinang, pada  29 Juli 2015, seperti dilaporkan Antara.

Anggaran pembangunan rumah sakit ini, berasal dari dana CSR dan penghasilan karyawan yang dipotong zakat 2,5 persen.

Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang

“Pelayanan kesehatan di rumah sakit ini gratis, karena akan dibiayai dana zakat yang dikelola Baznas,” ujar Sukrisno.

“Pembangunan rumah sehat ini merupakan kerja sama PT Timah – Baznas untuk memberikan pelayanan kesehatan terpadu mencakup promotif, preventif, kuratif dan rehabilitasi bagi mereka yang membutuhkannya,” ujarnya.

Menurutnya rumah sakit tanpa kasir ini memiliki berbagai fasilitas untuk memuliakan masyarakat miskin, misalnya klinik umum, gigi, hipertensi, diabetes, instalasi gawat darurat, fisioterapi, rawat inap, labortorium, apotik serta mobil ambulans.

Sementara itu, tenaga medis lain yang sudah disiapkan untuk melayani masyarakat yaitu dokter umum, gigi, bidan, perawat, apoteker dan analis.

Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat

Rumah Sehat Gratis

Program Layanan Kesehatan cuma-cuma bagi masyarakat miskin juga digunakan oleh RS Rumah Sehat BAZNAS.

Rumah Sehat BAZNAS dikhususkan untuk masyarakat miskin secara gratis dengan menggunakan sistem membership (keanggotaan).

Konsep Rumah Sehat ini, kini ada di Jakarta, yakni Rumah Sehat BAZNAS Masjid Agung Sunda Kelapa, Menteng, Jakarta Pusat, dan di Yogyakarta Rumah Sehat BAZNAS UII Metro TV, Bantul, DIY.

Baca Juga: Dentuman Perang Memisahkan Sepasang Calon Pengantin

Pengembangan lainnya adalah: Rumah Sehat BAZNAS PGN Al-Chusnaini, Sidoarjo, Jatim, Rumah Sehat BAZNAS PERTAMINA, Makassar, Sulsel, Rumah Sehat BAZNAS BAZDA KALTIM, Samarinda Kaltim, Rumah Sehat BAZNAS PGN Lampung dan Rumah Sehat BAZNAS PGN Banten.

Rumah Sehat BAZNAS ini direncanakan akan dibangun di setiap ibukota provinsi di seluruh Indonesia untuk memenuhi kebutuhan layanan kesehatan gratis namun berkualitas bagi masyarakat miskin.

BAZNAS membuka kesempatan bagi semua pihak untuk berpartisipasi dalam donasi pembangunan dan pengelolaan Rumah Sehat BAZNAS.

Ya, “Rumah Sehat” itulah hakikat dari rumah sakit. memang itu adalah tempatnya orang-orang sakit. Namun paradigma berpikirnya diubah menjadi di situlah akan menjadi rumah untuk orang-orang yang ingin sehat. Rakyat miskin sekalipun, yang selama ini erat dengan istilah “Orang miskin dilarang sakit” karena mahalnya biaya berobat.

Baca Juga: Bela Masjid Al-Aqsa Sepanjang Masa

Langkah serupa pun dilakukan oleh Dompet Dhuafa Republika dengan mendirikan Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC) Ciputat, sejak tahun 2001.

LKC ini didirikan guna memberikan akses layanan kesehatan yang layak dan optimal secara gratis bagi kaum dhuafa. Sudah lebih dari 150.000 kaum dhuafa telah terlayani oleh LKC.

Untuk mengembangkan layanannya, pada tahun 2007, Dompet Dhuafa mendirikan lagi Rumah Sehat di Masjid Sunda Kelapa. Tercatat 200.000 member (anggota) kaum dhuafa yang sudah mendapatkan layanan ini secara percuma (bahasa negeri jiran) alias cuma-cuma.

Untuk lebih meningkatkan kualitas layanan kesehatan kepada kaum dhuafa,  Dompet Dhuafa Republika berinisiatif membangun Rumah Sehat Terpadu (RST). Dari sinilah diharapkan lahir model layanan kesehatan yang dibiayasi seluruhnya dari dana zakat, infak, shadaqah serta wakaf.

Harapan

Prinsip layanan kesehatan bagi orang yang tidak mampu secara gratis merupakan tanggung jawab pemerintah, perusahaan, swasta, pimpinan umat Islam, dan orang-orang mampu, dengan mendirikan rumah sehat gratis untuk memberikan pertolongan pada sesama, bukan untuk mencari keuntungan sedikitpun.

Modal yang dikelola pun dari pemasukan yang halal, yaitu dari ZISWAF (Zakat, Infaq, Shadaqah dan Waqaf) dengan tujuan sebagai sarana dakwah dan diniatkan untuk ibadah serta dalam pelaksanaan operasionalnya sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam.

Prof. Dr. dr. Rifki Muslim, SpB, SpU (RS Roemani Muhammadiyah FK UNIMUS) menyebutnya dengan Konsep Rumah Sakit Syariah.

Menurutnya, adalah amanah dan tujuan mulia menjaga kesehatan jiwa manusia, sesuai dengan lima kebutuhan penting yang semestinya dijaga dan dipelihara oleh kaum Muslimin.

Lima kebutuhan penting (dharuriyyah al-khams), itu menyangkut lima kebutuhan penting yakni memelihara agama (hifdz ad-diin), memelihara kehidupan (hifdz nafs), memelihara akal (hifdz aql), memelihara keturunan (hifdz nasb) dan memelihara harta (hifdz maal).

Prof. Rifki Muslim juga mengingatkan prinsip syariah dalam layanan rumah sakit atau rumah sehat adalah gratis, tanpa kelas, mempermudah atau menyederhanakan alias tidak berbelit-belit (al-yasru), sesuai keadaan (al-tadarruj), sebaik mungkin (al-ihsan ), profesional sesuai kemajuan iptek, dan demi mencapai ridha Allah (mardhatillah).

Tentu kita semua berharap, dengan berdirinya rumah sehat, klinik, dan layanan kesehatan secara gratis dengan prinsip shadaqah, kiranya akan menjadi dakwah nyata (bil haal) yang dirasakan langsung masyarakat.

Layanan penyantunan umat secara gratis seperti pernah dikembangkan pada jaman Khalifah Al-Walid (705-715 M),  Dinasti Bani Umayah, pada saat di kawasan Eropa waktu itu belum ada rumah sakit yang teratur. Sungguh sangat didambakan kehadirannya kembali saat ini.

Pengelolaan tanpa membeda-bedakan pasien dari sisi agama, suku bangsa, warna kulit, dengan pola bangsal terpisah (hijab), laki-laki dan perempuan, gratis total bahkan jika benar-benar dhaif (lemah) keadaan pasien, maka ia akan diantar pulang dan diberi uang penggembira. Sungguh kita menantikannya.

Langkah shadaqah bagi jaminan kesehatan masyarakat seperti dilakukan Prof Habibie, Pemkot Tangerang, PT Timah, BAZNAS, Dompet Dhuafa Republika, semoga  bisa diikuti oleh yang lainnya. dan dapat terealisasi seiring dengan kesadaran pentingnya bershadaqah yang kian meningkat di tengah kaum Muslimin. Aamiin.(P4/R02)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda

Internasional
Indonesia
Palestina
Palestina
Palestina
Dunia Islam