Cirebon, MINA – Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir meluruskan berbagai isu tentang ormas Islam tersebut yang akhir-akhir ini berkembang di masyarakat.
“Jangan masalah-masalah yang berkembang, yang tidak dari sumber utamanya, soal tambang, soal perbankan lalu digoreng menurut kehendak media sendiri, yang sebenarnya kami biasa-biasa saja, yang sebenarnya kami tidak pernah berperkara dengan pihak dan siapapun,” kata Haedar.
Hal itu disampaikan Haedar pada Sabtu (29/6) dalam Resepsi Milad ke-115 Muhammadiyah yang diselenggarakan oleh Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Cirebon di Komplek Perguruan Muhammadiyah, Kabupaten Cirebon.
Haedar menjelaskan, sikap-sikap kritis yang diambil oleh Muhammadiyah itu semuanya berlandaskan pada prinsip-prinsip keadilan dan korektif, baik ke dalam maupun keluar yang dilakukan secara bijaksana.
Baca Juga: Hingga November 2024, Angka PHK di Jakarta Tembus 14.501 orang.
Prinsip-prinsip yang diambil Muhammadiyah itu, kata Haedar, sebagaimana yang tertuang pada poin kesepuluh Kepribadian Muhammadiyah.
Oleh karena itu, dia mengajak media massa untuk membangun bangsa ini, dan menghargai seluruh kekuatan masyarakat dengan penghargaan secara elegan dan kesatria.
Haedar berharap, media massa bersifat positif dan konstruktif untuk mencerdaskan bangsa.
Termasuk para pelaku dan penggerak media sosial, Haedar meminta supaya tidak hanya sekadar mengejar viralitas dan rating dengan menggoreng isu yang tidak berasal dari sumber utamanya.
Baca Juga: Menag: Guru Adalah Obor Penyinar Kegelapan
Terkait dengan langkah-langkah yang diambil oleh Muhammadiyah, kata Haedar, Muhammadiyah biasa bergerak di berbagai bidang seperti sekolah, kesehatan, sosial, dan ekonomi.
Menurutnya, setiap gerakan Muhammadiyah selalu mengedepankan good government.
“Bahkan kami berkhidmat untuk kebesaran organisasi bagi kemajuan umat dan bangsa. Jadi kami berharap bahwa, kami Muhammadiyah bisa bergerak di lapangan apapun sesuai dengan kadar pergerakan kami, pilihan-pilihan kami, tanggung jawab kami, kebesaran dan kemampuan kami, marwah dan harkat martabat kami,” katanya.
“Bahkan lebih dari itu kami akan tetap positif, profesional, kami akan berbuat yang terbaik sehingga kami tidak akan menimbulkan masalah apalagi mafsadat bagi kehidupan umat dan bangsa. Itu jaminan kami Muhammadiyah, untuk umat, bangsa dan negara,” imbuhnya.
Baca Juga: AWG Gelar Dauroh Akbar Internasional Baitul Maqdis di Masjid Terbesar Lampung
Sementara, terkait sikap diamnya Muhammadiyah, Haedar menjelaskan, semata karena tidak ingin larut dalam kegaduhan.
Dia memandang bangsa ini tidak akan maju, jika media massa dan sosial hanya mengejar untuk kepentingan kelompok tapi mengorbankan kepentingan yang lebih luas.
Nama organisasi Muhammadiyah sedang ramai dibahas setelah pemerintah memberikan izin pengelolaan tambang kepada ormas keagamaan. Berbeda dengan Nahdlatul Ulama (NU) yang menerima tawaran itu, sementara Muhammadiyah masih mempertimbangkannya dan cenderung menolak.
Selain itu, penarikan dana triliunan rupiah milik Muhammadiyah dari Bank Syariah Indonesia (BSI) juga membuat ormas ini menjadi perbincangan publik dan bermunculan berbagai opini liar dari masyarakat yang bahkan menarik nama salah satu politisi Gerindra.[]
Baca Juga: Embassy Gathering Jadi Ajang Silaturahim Komunitas Diplomatik Indonesia
Mi’raj News Agency (MINA)