Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Halaqah Pengembangan Pendidikan Islam 2019 Digelar di Jakarta

Insaf Muarif Gunawan - Senin, 11 Maret 2019 - 17:08 WIB

Senin, 11 Maret 2019 - 17:08 WIB

5 Views

Menag Bicara Pentingnya Pendidikan Islam Melalui Dua Tokoh Besar (Kemenag)

Jakarta, MINA – Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin membuka ‘ngobrol Halaqah Pengembangan Pendidikan Islam (HAPPI) 2019’ di kawasan Ancol, Jakarta, Senin (11/3).

HAPPI 2019 mengusung tema “Moderasi Beragama Untuk Pendidikan Islam yang Maju dan Berbudaya” ini digelar selama tiga hari, 10-13 Maret 2019.

Menag membuka gelaran HAPPI 2019 ditandai dengan pemukulan gong didampingi Dirjen Pendis Kamarudin Amin, demikian keterangan pers Kemenag.

“Pertemuan ini sangat strategis. Selain mendapatkan kesamaan cara pandang yang menjadi syarat mutlak untuk menyatukan langkah dalam menjalankan program,” harap Menag Lukman.

Baca Juga: Prabowo Klaim Raih Komitmen Investasi $8,5 Miliar dari Inggris

HAPPI 2019 diharapkan dapat melahirkan rumusan dan rekomendasi Program Direktif Pendidikan Islam Tahun 2019 dan Rekomendasi Halaqah Pengembangan Pendidikan Islam 2019.

Acara ini, dihadiri ratusan peserta yang berasal dari jajaran Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama, para Kakankemenag dan Kepala Biro PTKI se-Indonesia.

Kisah KH Hasyim Asyari dan KH Ahmad Dahlan

Menag Lukman menuturkan pentingnya pendidikan Islam lewat kisah dua tokoh besar. Menurutnya, kisah KH Hasyim Asy’ari dan KH Ahmad Dahlan yang menjadi panutan dalam perkembangan pendidikan Islam di Indonesia.

Baca Juga: Fun Run Solidarity For Palestine Bukti Dukungan Indonesia kepada Palestina

Ia menambahkan, kisah itu, memiliki pesan mendalam yaitu, sesungguhnya pendidikan agama tidak hanya transfer pengetahuan saja tapi yang jauh lebih penting bagaimana pengetahuan itu mewujud dalam praktek dan amalan.

Hadratusyaikh KH Hasyim Asy’ari merupakan pendiri Nahdhatul Ulama dan KH Ahmad Dahlan pendiri Muhamadiyah.

“Itulah esensi pendidikan. Tantangan kita di era yang sangat cepat berubah ini bagaimana mengajak semua pemangku kepentingan untuk mengamalkan pendidikan itu,” ujar Menag.

“Nah, apa yang bisa kita renungkan dari dua kisah tokoh pendidikan Islam ini, apa pelajaran yang dapat kita petik,” tanya Lukman kepada peserta.

Baca Juga: KNEKS Kolaborasi ToT Khatib Jumat se-Jawa Barat dengan Sejumlah Lembaga

Ia menjelaskan, kisah ini akan menemukan kembali kekuatan Pendidikan Islam. Kisah pertama berisi kemuliaan akhlak yang dimiliki oleh Hadratusyaikh Hasyim Asy’ari, dan itu telah memberikan berkah bagi dirinya karena akhlak kepada tamu yang diperlihatkannya.

“Ini menyiratkan, Pendidikan Islam hadir bukan hanya sekedar untuk melakukan transfer of knowledge. Tapi juga mengedepankan akhlak. Ini harus menjadi satu hal yang harus ditanamkan oleh setiap kita yang bergerak di dunia pendidikan Islam,” katanya.

“Sementara, dari kisah KH Ahmad Dahlan, kita mendapatkan pelajaran bahwa amal adalah kata kunci. Ilmu yang tidak diamalkan, ibarat bulir-bulir padi yang tak kunjung dimasak menjadi nasi. Sampai kapanpun, ia tetap akan menjadi padi, tak bisa dimakan, tak bisa mengenyangkan orang,” sambung Lukman. (R/Gun/R01)

 

Baca Juga: [BEDAH BERITA MINA] ICC Perintahkan Tangkap Netanyahu dan Gallant, Akankah Terwujud?

Mi’raj News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda

Indonesia
Indonesia
Indonesia
Indonesia
MINA Sport