Kabul, MINA – Seperlima penduduk Afghanistan berisiko meninggal atau cedera serius akibat ranjau darat dan persenjataan yang belum meledak, menurut peringatan baru dari HALO Trust, organisasi penjinakan ranjau terbesar di dunia.
Dalam analisis terbaru, badan amal tersebut mengungkapkan bahwa sekitar 6,4 juta orang—sekitar 20% warga Afghanistan—tinggal di daerah yang terkontaminasi sisa-sisa konflik selama puluhan tahun.
Afghanistan kini menjadi negara dengan ranjau terbanyak kedua di dunia, setelah Ukraina, dan terancam menjadi “masalah kemanusiaan yang terlupakan.” Ariana News melaporkan.
HALO Trust melaporkan bahwa warga sipil terus terbunuh atau cacat akibat alat peledak setiap bulan, dengan anak-anak menjadi korban lebih dari 80%. Banyak korban muda terluka saat mencari besi tua untuk membantu menghidupi keluarga mereka.
Baca Juga: Kerusuhan di LA Berpotensi Meluas ke Seluruh AS, Texas Kerahkan Garda Nasional
Krisis semakin memburuk setelah ratusan ribu pengungsi Afghanistan yang diusir dari negara tetangga Pakistan dan Iran kembali ke Tanah Air.
Sejak memulai operasi di Afghanistan pada tahun 1998, HALO Trust telah membersihkan lebih dari 800.000 ranjau darat dan 11 juta item persenjataan yang belum meledak.
Namun, pemotongan bantuan internasional baru-baru ini—terutama dari Badan Pembangunan Internasional AS (USAID), yang pernah menjadi penyandang dana utama—telah memaksa badan amal tersebut untuk mengurangi staf warga Afghanistan dari 2.200 menjadi 1.000 orang.
“Afghanistan sekarang menjadi masalah kemanusiaan yang terlupakan,” kata Dr. Farid Homayoun, Manajer Program Afghanistan HALO Trust.
Baca Juga: Jumlah Korban Tewas Penembakan di Sekolah Austria Jadi 10 Orang
“Orang-orang Afghanistan telah menanggung lebih dari empat dekade perang, pengungsian, dan kemiskinan. Komunitas internasional tidak boleh meninggalkan mereka sebelum pekerjaan selesai,” tambahnya.
Peringatan itu muncul di tengah meningkatnya kekhawatiran atas masa depan upaya pembersihan ranjau global. Awal tahun ini, HALO Trust membunyikan alarm setelah beberapa negara Eropa mengisyaratkan niat untuk menarik diri dari Perjanjian Ottawa, perjanjian penting tahun 1997 yang melarang ranjau antipersonel. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Jam Malam Diberlakukan, Polisi Los Angeles Tangkap Massal Demonstran