Gaza, MINA – Gerakan perlawanan Palestina berbasis di Gaza, Hamas, memperingatkan Otoritas Pendudukan Israel menggunakan Jalur Gaza sebagai tempat pengujian senjata baru.
Jurubicara Hamas Fawzi Barhoum mengatakan dalam sebuah pernyataan, serangan udara membabibuta yang disengaja terhadap beberapa lokasi pelatihan Hamas di Gaza baru-baru ini merupakan pelanggaran serius dan otoritas pendudukan Israel harus menanggung semua konsekuensinya.
“Gaza tidak diizinkan menjadi tempat uji coba senjata-senjata Israel,” tegas Barhoum sebagaimana laporan Kantor Berita Palestina Al-Ray yang dikutip MINA, Rabu (9/8).
Media Israel mengutip sebuah pernyataan juru bicara militer Israel yang mengatakan, jet-jet tempur Israel mengebom dua situs Hamas di utara Jalur Gaza, Rabu dini hari (9/8) sebagai tanggapan atas peluncuran roket Selasa malam.
Baca Juga: UNRWA: Hampir Satu Juta Pengungsi Gaza Hadapi Musim Dingin Ekstrem
Juru bicara Militer Israel juga mengatakan, pesawat tempur buatan Amerika Serikat (AS) Lockhead Martin F-35 digunakan untuk pertama kalinya dalam serangan ke Gaza itu.
Pengantaran perdana Lockhead Martin F-35 ke Israel sebagai pembelian, salah satu dari program bantuan militer AS, terjadi pada hari Senin 12 Desember 2016.
Proyek F-35 adalah paling ambisius dan sistem senjata paling mahal dari sejarah Kementerian Pertahanan AS, yang menghabiskan biaya sekitar US$ 1,5 triliun.
Lockheed Martin, perusahaan pembuat pesawat asal AS, sedang mengembangkan tiga versi F-35 Lightning II untuk militer Amerika Serikat dan sembilan negara lain, demikian laporan media internasional.
Baca Juga: Suriah Bergolak, Tentara Israel Terobos Perbatasan
Lockheed Martin mengklaim pesawat ciptaannya yang merupakan pesawat jet tempur serbaguna generasi ke-5 itu memiliki kombinasi kemampuan mata-mata, kecepatan supersonik, kelincahan, dan kecanggihan teknologi sensor.
Sebelumnya pada Selasa malam (8/8), media Israel mengatakan, sebuah roket ditembakkan dari Jalur Gaza. Meskipun tidak ada fihak yang mengaku bertanggung jawab atas roket tersebut, Israel menuduh Hamas yang bertanggung jawab atas serangan tersebut.
Pesawat tempur F-35 Israel menyerang pada pukul 1.30 pagi waktu setempat ke sebuah lokasi keamanan di utara Jalur Gaza dengan empat roket, menyebabkan kerusakan yang luas di antara fasilitas Palestina. Pesawat tempur juga menyerang sebuah situs Hamas di Bayt Lahya dengan dua roket.
Ayman Al-Sahbani, Kepala Departemen Darurat dan Ambulans di Pusat Medis Al-Shifa di Kota Gaza, mengatakan bahwa empat orang Palestina menderita luka ringan sampai luka kritis selama serangan udara.
Baca Juga: Mengenang Intifada Pertama Palestina 37 Tahun Lalu
Salah satu korban luka diidentifikasi seorang pria berusia 26 tahun yang terkena pecahan peluru di kepala dan dilaporkan berada dalam kondisi luka sedang.
Seorang reporter Ma’an di lokasi salah satu serangan udara mengatakan bahwa jendela belasan rumah hancur karena ledakan tersebut.
Anggota tim medis dari Norwegia Mads Gilbert, menjadi relawan selama sepuluh hari di rumah sakit Shifa Gaza saat agresi Israel 2014 lalu juga pernah melaporkan, Israel telah menggunakan senjata terlarang untuk menyerang Gaza.
Gilbert menjelaskan, dari macam-macam luka yang diderita para korban, dia dan rekannya Erik Fosse menyimpulkan Israel menggunakan senjata Dense Inert Metal Explosives (DIME).
Baca Juga: Menteri Israel Minta Sidang Korupsi Netanyahu Ditunda karena Peristiwa Suriah
Menurut Gilbert, DIME merupakan jenis senjata yang memiliki efek biologi yang kuat. Jika seseorang, termasuk tim medis, terkena efek senjata itu, bisa menyebabkan jaringan otot lumpuh. Selain itu DIME juga dapat menghancurkan tulang secara perlahan.
Setelah itu, korban dapat menderita kanker yang disebabkan dari pecahan peluru yang masuk dalam jaringan otot. Kanker dapat diderita dalam empat sampai enam bulan kemudian.(T/R01/RS2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Sandera Israel kepada Netanyahu: Kami Mati Seribu Kali Setiap Hari