Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

HARGA SEMBAKO SEMAKIN MAHAL DI MAUNGDAW

Admin - Kamis, 8 Mei 2014 - 07:40 WIB

Kamis, 8 Mei 2014 - 07:40 WIB

693 Views ㅤ

Maungdaw, 9 Rajab 1435/8 Mei 2014 (MINA) – Harga-harga kebutuhan termasuk beras, cabai kering, minyak goreng, sayuran dan ikan telah meningkat di pasar Maungdaw karena kuranganya pasokan, kata Karim, seorang pedagang dari Maungdaw.
“Tiba-tiba, harga komoditas penting melonjak dan semakin mahal  di Maungdaw pada akhir April 2014” katanya. Demikian yang diberitakan oleh Rohingya News Agency dan dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Ketika seorang warga setempat Hussain Uddin dari Alay Than Kyaw melakukan kunjungan ke pasar pada 1 Mei, ia menemukan bahwa sekantong beras dengan berat 50 Kg dipatok 18.000 kyat  atau 19.000 Kyat, padahal sebelumnya tepatnya dipertengahan April harga jual berkisar 15,000-16,000 Kyat.
Warga desa lainnya juga mengatakan bahwa satu kilo cabai kering yang dijual 2,100-2,200 Kyat, harganya merambat naik menjadi 1,500-1,600 Kyat. Melangitnya , harga-harga kebutuhan pokok di bagian utara negara bagian Arakan dari hari ke hari terjadi akibat kekurangan pasokan barang dari pasar lokal.
Jadi, orang-orang Rohingya yang kurang mampu menghadapi kesulitan untuk kelangsungan hidup mereka dengan kenaikan harga tersebut.
Menurut salah satu sumber, petani memanen padi dan mengambil cabai dari lahan budidaya yang tumbuh sebelumnya tetapi terlambat untuk membawa dan menjual di pasar. Pemerintah Myanmar belum mengambil langkah untuk menghentikan kenaikan harga yang signifikan, kata seorang sesepuh lokal dari Maungdaw.
Meningkatnya harga barang kebutuhan berdampak pada krisis pangan dan kesehatan, kata seorang wakil di kamp Te Chaung yang bertanggung jawab atas distribusi makanan. Ditambah pengusiran  Doctors Without Borders (MSF) diusir dari Rakhine yang telah membantu selama 20 tahun lebih memperparah kondisi di Myanmar.
Hampir setiap hari, laporan media mengkonfirmasi kematian di kalangan Muslim Rohingya Myanmar dan banyak dari mereka hidup di bawah kondisi apartheid seperti di pinggiran Sittwe, ibukota negara bagian Rakhine. Dilaporkan, sebagian besar korban   adalah wanita hamil, dan orang-orang yang berhasil bertahan hidup dibiarkan tanpa bantuan, terutama setela  pekerja bantuan asing diperintahkan untuk meninggalkan negara itu pada Februari.
Sebelum Doctors Without Borders (MSF) diusir dari Rakhine, seperempat dari mereka ditangani oleh kelompok bantuan dan mereka  menerima perawatan medis menghadapi antrean panjang dengan setiap orang mendapatkan hanya beberapa menit untuk kemudian mendapat perawatan.
Pemerintah telah berjanji untuk memungkinkan sebagian LSM untuk kembali namun sejauh ini hanya distribusi makanan oleh Program Pangan Dunia.
Ekstrimis Rakhine Buddha menyerang semua orang yang dianggap membantu Rohingya. Dan semua lembaga kemanusiaan PBB, LSM internasional dan LSM lainnya, termasuk MSF, dipaksa untuk menghentikan operasi di Arakan yang menciptakan bencana kemanusiaan yang serius, dengan laporan bahwa Rohingya meninggal setiap hari karena kelaparan dan penyakit.
Orang-orang Rohingya keseluruhan akan dimusnahkan jika masyarakat internasional tidak bertindak cepat untuk campur tangan di Arakan dan melindungi orang-orang Rohingya yang tak berdaya yang nasibnya antara hidup dan mati, di tanah kemanusiaan, pada prinsip ‘Responsibility to Protect’ (R2P). Dengan absennya perlindungan dari dalam negeri, diharapkan masyarakat internasional turun tangan membela mereka.
Dari lebih tiga juta penduduk Rohingya, sekitar 1,6 juta tersebar sebagai diaspora di  Bangladesh, Pakistan, India, Saudi Arabia, UAE, Thailand, dan Malaysia.. Umumnya keberadaan mereka di negara-negara tersebut sangat rentan karena tanpa status kewarganegaraan.
Sejak Juni 2012, diperkirakan 3.000-5.000 orang tewas, tenggelam dan hilang. Banyak ratusan perempuan diperkosa. Permukiman besar dengan ribuan rumah, termasuk masjid dan madrasah, hancur. Setidaknya 1600 orang yang tidak bersalah ditangkap atas tuduhan palsu. Sebanyak 140.000 orang mengungsi dan memaksa mereka untuk tinggal di segregasi permanen dalam gaya apartheid penuh sesak di kamp-kamp pengungsi jauh dari kota-kota mereka, rumah dan desa di mana tidak ada pendidikan, kurangnya makanan, air, kesehatan dan sanitasi yang tersedia.(T/P08/EO2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda

Indonesia
Ekonomi
Indonesia
Internasional
Indonesia