Hari Air Sedunia, LIPI Tawarkan Solusi Terintegrasi untuk Sungai

Kepala BPI , Anto Tri Sugiarto (kanan). (Foto: Risma MINA)

Jakarta, MINA – Terkait dengan Hari Air Sedunia tahun 2018, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menawarkan solusi konsep terintegrasi untuk pengelolaan serta rehabilitasi sungai, , dan .

Kali ini, LIPI menawarkan solusi-solusi untuk upaya pemulihan danau dan sungai dengan intervensi teknologi yaitu Teknologi Integrated Floating Wetland. Selain itu, LIPI juga memiliki Teknologi Nanobubble untuk pengolahan air limbah agar tidak mencemari sungai dan danau.

Menyikapi kasus Jakarta, LIPI juga mempunyai integrated water management untuk pengelolaan , danau dan sungai yang bisa dimanfaatkan sebagai solusi pengelolaan sungai dan danau yang saling berhubungan.

Solusi tersebut berangkat dari kondisi saat ini, penyebabnya baik secara alami (geogenik) maupun akibat manusia (antropogenik) serta upaya memperbaikinya dalam bentuk terapan teknologi yang ramah dengan kondisi lokal dan intervensi sosial.

“Keadaan sungai dan danau di DKI Jakarta yang kotor dan penuh sampah menjadi kekhawatiran kita semua. Ditambah lagi, kondisi geologis Jakarta yang terdiri dari endapan gunung api di Selatan dan endapan alluvial laut di Utara mengakibatkan kondisi badan air yang saling berhubungan,” kata Kepala Balai Pengembangan Instrumentasi (BPI), Anto Tri Sugiarto saat ‘Peringatan Hari Air Sedunia’ di Media Center LIPI, Kamis (22/3).

Besar harapan, kata Anto, kota Jakarta dapat menjadi contoh kemampuan Indonesia untuk mengatasi hal ini.

Air tanah di Jakarta, memiliki hubungan dengan 13 sungai yang ada, serta 55 danau serta waduk (DKI Jaya, 2014) yang terhubung dengan seluruh sistem sungai ini. Sistem air kota Jakarta sebenarnya saling terintegrasi antara air tanah, sungai, waduk, dan laut.

“Konsekuensinya sungai, danau, dan waduk yang tercemar akan mencemari seluruh sistem air di kota Jakarta. Bahaya pencemaran ini jika tidak segera diantisipasi akan menjadi bencana bagi kota Jakarta itu sendiri,” ujar Anto.

Menurut Anto, agar bencana tersebut tidak terjadi, maka LIPI melakukan riset untuk memperoleh air bersih dengan berbagai cara, mulai dari teknologi biologi, fisika dan kimia secara konvensional maupun proses yang lebih canggih.

“Tidak dapat dipungkiri bahwa kondisi ini membawa LIPI menjadi leading dalam pengembangan penelitian untuk sungai dan danau di Jakarta dan di Indonesia,” ungkap Anto.

Anto juga menjelaskan, danau dan waduk di Jakarta secara perlahan-lahan menghilang. “Padahal, danau atau yang biasa disebut situ di Jakarta mempunyai fungsi antara lain persediaan air, PLTA, sarana irigasi, budi daya perikanan darat, sarana rekreasi dan olah raga, pengendali bencana alam, habitat tumbuhnya tumbuhan dan satwa, juga sebagai sarana penelitian, pendidikan dan transportasi,” tutur Anto. (L/R09/RS1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.