Oleh Angga Aminudin, Koordinator Program Aqsa Working Group (AWG)
BERBAGAI peristiwa yang terjadi dalam perang dunia selalu menjadi topik pembahasan para sejarawan dan analis. Di antara peristiwa yang sangat kontroversial adalah Holocaust, yaitu klaim orang-orang Zionis Yahudi mengenai aksi pembantaian terhadap enam juta Yahudi oleh pasukan Nazi. Mereka mengklaim bahwa jenazah orang-orang Yahudi tersebut dibunuh oleh para serdadu Hitler.
Holocaust berarti pembunuhan massal dengan cara membakar. Masalah ini diangkat kembali setelah Perang Dunia (PD) II. Rezim Zionis menggunakan tragedi holocaust sebagai trik untuk menarik perhatian masyarakat internasional dan menggelindingkan propaganda luas tentang isu ini.
Berbagai film dan karya buku tentang holocaust diterbitkan. Saat ini, kamp-kamp penahanan dan penyiksaan orang-orang Yahudi khususnya kamp Auschwitz, menjadi museum untuk umum. Lebih dari 250 museum didirikan di berbagai negara guna mengenang korban Holocaust. Bahkan, di Indonesia pun ada. Tepatnya di Tondano, Minahasa, Sulawesi Utara.
Baca Juga: Mengapa Seorang Muslim Harus Memiliki Pemimpin? Penjelasan Surat An-Nisa Ayat 59
Propaganda Rezim Zionis dalam kaitan Holocaust sedemikian gencar sehingga seorang sejarawan Yahudi bernama Alfred M Lilienthal, menyebut propaganda itu dengan “Holocaust Mania”. Upaya sengit Rezim Zionis adalah dengan menekan Majelis Umum PBB untuk menetapkan tanggal 27 Januari sebagai hari Holocaust yang akan diperingati setiap tahun. Tanggal itu dipilih dari tanggal pembebasan kamp konsentrasi Auschwitz di Polandia oleh Uni Soviet pada 1945.
Meski propaganda Holocaust gencar dilakukan, namun banyak sejarawan dan cendikiawan yang meragukan tragedi tersebut. Mereka juga menulis berbagai buku mencantumkan argumen dan bukti-bukti yang mempertanyakan keotentikan tragedi Holocaust.
Meskipun demikian, para kritikus tidak mengingkari terjadinya pembunuhan terhadap sejumlah orang-orang Yahudi oleh pasukan Fasis Hitler, dan hal ini dinilai sebagai sebuah tragedi. Namun mereka berpendapat bahwa tragedi itu tidak seperti yang digambarkan oleh Rezim Zionis.
Meskipun demikian, Rezim Zionis tetap bersikeras mempertahankan klaim mereka soal Holocaust. Rezim Zionis juga berupaya keras menginfiltrasi negara-negara Eropa untuk mencegah segala bentuk penelitian terhadap keotentikan peristiwa Holocaust.
Baca Juga: Kumandang Surah Al-Isra’ dari Jakarta untuk Palestina
Fenomena Holocaust begitu penting bagi Zionis karena bisa menciptakan opini kemazluman orang-orang Yahudi. Fiksi pembantaian enam juta warga Yahudi oleh Hitler merupakan permainan terpenting Zionis untuk menumbuhkan belas kasih masyarakat dunia kepada orang-orang Yahudi. Oleh karena itu, mereka tidak akan menerima kritik dalam kaitan tragedi tersebut.
Adalah David Irving, ketenarannya sebagai sejarawan besar Inggris tidak mampu menyelamatkannya dari penganiayaan yang dialaminya di Inggris dan negara-negara lain. Ketika berkunjung ke Austria beberapa waktu lalu, Irving dijerat dengan pasal tentang Holocaust.
Irving hanyalah satu dari sederet ilmuan dan cendekiawan yang mengalami nasib buruk dan menyedihkan karena menentang mitos pembunuhan massal kaum Yahudi. Germar Rudolf kimiawan Jerman, Doktor Frederick Toben asal Australia, Louis Marshalko asal Hungaria penulis buku “The World Conquerers”, dan Norman G. Finkelstein dosen universitas DePaul Chicago penulis buku “The Holocaust Industry” adalah contoh dari puluhan ilmuan dan cendekiawan tersebut.
Mitos Holocaust utamanya dimanfaatkan oleh kaum Zionis untuk mengejar kepentingannya di dunia, diantaranya adalah untuk membentuk sebuah rezim ilegal di tanah Palestina tahun 1948.
Baca Juga: Isra Miraj dan Pembebasan Masjidil Aqsa
Tentu saja, tanpa mengumbar isu pembantaian massal umat Yahudi pada masa perang dunia kedua, kaum Zionis tak akan dengan mudah memaksa masyarakat dunia termasuk PBB untuk menerima kehadiran sebuah negara ilegal bernama Israel di negeri Palestina. Frederick Toben dalam hal ini mengatakan, “Negara Israel dibentuk atas dasar kisah Holocaust. Oleh karena Holocaust adalah kisah bohong, berarti Israel dibangun di atas kebohongan besar.”
Singkatnya, Holocaust adalah kisah dusta besar yang diciptakan oleh orang-orang Zionis Yahudi. Segencar apa pun kaum Zionis mempropagandakan kisah ini untuk menunjukkan ketertindasannya di dunia, suatu hari kebohongan ini akan terungkap.
Masyarakat dunia saat ini mulai sadar bahwa Holocaust yang sebenarnya bukan terjadi di Eropa pada masa perang dunia kedua dengan korbannya warga Yahudi. Tetapi Holocaust sedang terjadi saat ini, tempatnya adalah Gaza Palestina dan korbannya adalah bangsa Palestina. Pelakunya bukan Hitler, tetapi kaum Zionis Yahudi dan sekutunya.[]
Mi’raj News Agency
Baca Juga: Tak Ada Tempat Bersembunyi: Kisah Penyandang Disabilitas Gaza di Tengah Genosida