Ijtima Ulama ke IV Bahas Situasi Kondisi Setelah Pilpres 2019

Bogor, MINA – Sejumlah ulama dan tokoh Islam tergabung dalam Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) menggelar Ijtima Ulama IV untuk membahas situasi dan kondisi setelah Pemilihan Presiden 2019.

“Ijtima Ulama ke IV tersebut dibuka Imam Besar Front Pembela Islam (FPI), Rizieq Shihab lewat rekaman dari Mekkah, Arab Saudi,” kata Ketua Yusuf Martak dalam konferensi pers di Sentul, Kabupaten Bogor, Senin (5/8).

Dia juga mengatakan Ijtima Ulama IV ini akan menentukan langkah perjuangan dan pergerakan mereka selanjutnya, terutama terkait pelanggaran, kecurangan atau “pengkhianatan” dalam pemilu.

“Hal itu kita kembalikan kepada musyawarah yang akan kita laksanakan pada Ijtima IV ini,” katanya.

Menurutnya, pengkhianatan pemilu yang dimaksud merujuk pada kecurangan yang terjadi dalam Pemilu 2019 lalu. Namun pembahasan kali ini tidak lagi terkait dengan dukungan dalam kontestasi pemilu yang lalu.

“Yang ingin saya garis bawahi, kami yang di GNPF Ulama, FPI, maupun PA 212 sudah menetapkan bahwa setelah Mahkamah Konstitusi memenangkan (pasangan calon) 01, bukan 02, kita tidak ada lagi dukungan dengan kontestasi pilpres,” kata Yusuf.

Hasil dari Ijtimak Ulama keempat akan mereka umumkan pada Senin sore. Sebelumnya dalam Ijtima Ulama pertama pada 27-29 Juli 2018 lalu di Jakarta, mereka merekomendasikan Prabowo Subianto sebagai calon presiden tunggal.

Sejumlah tokoh yang hadir antara lain Ketua Umum GNPF Ulama Yusuf Martak, Ketua Umum Presidium Alumin 212 Slamet Maarif, Bernard Abdul Jabbar, Haikal Hassan, Ketua Umum FPI Sobri Lubis, serta mantan Penasehan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Abdullah Hehamahua. (L/R03/P1)

Mi’raj News agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.