Jenewa, MINA – Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) memperingatkan pada malam Ahad (12/6), bertepatan dengan Hari Menentang Pekerja Anak Sedunia, sejak pandemi COVID-19, penggunaan pekerja anak meningkat.
“Angka-angka ILO dari berbagai negara menunjukkan tren peningkatan pekerja anak pada periode pascapandemi, karena memburuknya kondisi ekonomi,” Benjamin Smith, pejabat senior organisasi untuk pekerja anak, mengatakan kepada Anadolu Agency pada hari Sabtu.
Sebelum pandemi, ada sekitar 160 juta pekerja anak secara global, kata Smith, tetapi 9 juta anak lagi diperkirakan bergabung dengan jajaran pekerja pada akhir tahun ini.
Menggarisbawahi bahwa pekerja anak umumnya ditemukan di ekonomi informal, dia mengatakan situasi keuangan anak-anak yang buruk memainkan peran penting dalam situasi ini.
Baca Juga: DPR AS Keluarkan RUU yang Mengancam Organisasi Pro-Palestina
Ia mengatakan, sebagian besar pekerja anak, sekitar 70%, bekerja di sektor pertanian.
Menurut laporan bersama ILO dan UNICEF, sekitar setengah dari 160 juta pekerja anak, berusia 5-17 tahun, dipekerjakan dalam pekerjaan berbahaya.
Sejak 2008, kawasan Asia-Pasifik, Amerika Selatan dan Karibia, membuat kemajuan yang stabil dalam mengurangi jumlah pekerja anak, sementara situasi di Afrika semakin memburuk.
Untuk meningkatkan kesadaran akan masalah ini, sejak tahun 2002 ILO telah menandai 12 Juni sebagai Hari Menentang Pekerja Anak Sedunia. (T/R7/P1)
Baca Juga: Lima Paramedis Tewas oleh Serangan Israel di Lebanon Selatan
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Joe Biden Marah, AS Tolak Surat Penangkapan Netanyahu