Oleh Bahron Ansori, wartawan MINA
Allah Ta’ala mewajibkan setiap muslim untuk beriltizam kepada nabi-Nya. Salah satu di antara sekian banyak iltizam seorang muslim kepada Rasulnya adalah bersikap sopan santun kepada nabinya. Salah satu bentuk adab seorang muslim kepada nabinya seperti disampaikan oleh Allah Ta’ala dalam firman-Nya berikut ini.
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَرْفَعُوْٓا اَصْوَاتَكُمْ فَوْقَ صَوْتِ النَّبِيِّ وَلَا تَجْهَرُوْا لَهٗ بِالْقَوْلِ كَجَهْرِ بَعْضِكُمْ لِبَعْضٍ اَنْ تَحْبَطَ اَعْمَالُكُمْ وَاَنْتُمْ لَا تَشْعُرُوْنَ
اِنَّ الَّذِيْنَ يَغُضُّوْنَ اَصْوَاتَهُمْ عِنْدَ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ امْتَحَنَ اللّٰهُ قُلُوْبَهُمْ لِلتَّقْوٰىۗ لَهُمْ مَّغْفِرَةٌ وَّاَجْرٌ عَظِيْمٌ
اِنَّ الَّذِيْنَ يُنَادُوْنَكَ مِنْ وَّرَاۤءِ الْحُجُرٰتِ اَكْثَرُهُمْ لَا يَعْقِلُوْنَ
وَلَوْ اَنَّهُمْ صَبَرُوْا حَتّٰى تَخْرُجَ اِلَيْهِمْ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُمْ ۗوَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara keras sebagaimana kerasnya (suara) sebagian kamu terhadap yang lain, nanti (pahala) segala amalmu bisa terhapus sedangkan kamu tidak menyadari. Sesungguhnya orang-orang yang merendahkan suaranya di sisi Rasulullah, mereka itulah orang-orang yang telah diuji hatinya oleh Allah untuk bertakwa. Mereka akan memperoleh ampunan dan pahala yang besar. Sesungguhnya orang-orang yang memanggil engkau (Muhammad) dari luar kamar(mu) kebanyakan mereka tidak mengerti. Dan sekiranya mereka bersabar sampai engkau keluar menemui mereka, tentu akan lebih baik bagi mereka. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (Qs. Al Hujurat: 2-5).
Ayat di atas dengan jelas menunjukkan kepada setiap muslim agar jangan meninggikan suara melebihi suara Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-9] Jalankan Semampunya
Selain terlarang meninggikan suara, seorang mukmin juga diperintahkan Allah Ta’ala agar menaati perintah Rasulnya. Seperti dalam firman Allah Ta’ala berikut ini.
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَطِيْعُوا اللّٰهَ وَاَطِيْعُوا الرَّسُوْلَ وَاُولِى الْاَمْرِ مِنْكُمْۚ فَاِنْ تَنَازَعْتُمْ فِيْ شَيْءٍ فَرُدُّوْهُ اِلَى اللّٰهِ وَالرَّسُوْلِ اِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِۗ ذٰلِكَ خَيْرٌ وَّاَحْسَنُ تَأْوِيْلًا
“Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (Qs. An Nisa: 59).
Allah Ta’ala juga telah mewajibkan pada setiap muslim untuk cinta kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, seperti sabdanya, “Demi Allah yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya, tidak beriman salah seorang dari kalian hingga aku menjadi orang yang lebih dicintai dibandingkan anaknya, orang tuanya, dan manusia seluruhnya.” (HR. Muttafaq ‘alaih).
Inilah di antara beberapa bentuk iltizam seorang muslim kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Cintanya seorang muslim kepada anak istrinya, tidak boleh mengalahkan cintanya kepada Rasulullah. Cintanya kepada kedua orang tuanya, tidak boleh mengalahkan cintanya kepada Rasulullah. Bahkan seandainya dia mencintai seluruh manusia di bumi ini, maka cintanya tidak boleh mengalahkan cinta kepada Rasulullah.
Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat
Adab kepada Nabi SAW.
Pertama, taat dan mengikuti jejaknya, dan menelusuri langkah-langkahnya dalam seluruh kegiatan dunia dan agama.
Kedua, tidak mendahulukan kecintaan, pemuliaan, dan pengagungan kepada makhluk di atas kecintaan, pemulian dan pengagungan kepada bliau.
Ketiga, memberikan loyalitas (wala) kepada orang yang memberikan loyalitas kepada bliau, sementara memusuhi orang yang memusuhi bliau. Ridha dengan yang diridhainya dan benci dengan apa yang dibencinya.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat
Keempat, mengagungkan namanya dan memuliakannya ketika menyebutnya, juga mengucapkan shalawat dan salam atasnya. Juga meninggikan dan memuliakan perilaku dan keutamaan bliau.
Kelima, membenarkan bliau dalam segala sesuatu yang bliau sampaikan, berupa perkara agama dan dunia, serta urusan gaib dalam kehidupan dunia dan akhirat.
Keenam, menghidupkan sunnah bliau, meninggikan syariatnya dan menyampaikan dakwah bliau juga melaksanakan wasiatnya.
Ketujuh, mengecilkan suara dekat makam bliau dan dalam masjidnya, bagi siapa saja yang berziarah ke masjid dan makamnya.
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin
Kedelapan, cinta kepada orang-orang saleh dan loyal kepada mereka karena kecintaan mereka kepadanya. Sebaliknya membenci orang-orang fasik dan memusuhi mereka karena kebencian mereka kepadanya.
Semoga Allah Ta’ala selalu merahmati kita, wallahua’lam.(A/RS3/P1)
(Sumber: Buku Al-Iltizam: Ta’riifuhu ‘Umumuhu, Khushushuhu, karya Ali Muhammad Khalil ash-Sfti)
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang