Imam Al-Aqsha Syaikh Mustafa: Empat Kedudukan Tinggi Masjid Al-Aqsha

Imam Masjid Al Aqsha, silaturahim ke Masjid Agung Ar-Rahman, , , Kamis (8/6)

Lampung Selatan, 14 Ramadhan 1438/8 Juni 2017 (MINA) – Empat hal yang menjadikan Masjid Al-Aqsha memiliki kedudukan yang sangat tinggi dalam Islam. Demikian dikatakan Imam Masjid Al Aqsha sekaligus Hakim Agung Syariah Palestina, Syaikh Mustafa Mohammad Abdel Rahman Tawil dalam acara di Masjid Agung Ar-Rahman, Natar, Lampung Selatan, Jumat (8/6).

“Al-Aqsha memiliki kedudulan yang sangat penting dalam aqidah Islam. Secara Aqidah hal itu disebabkan karna empat hal,” ujarnya.

Ia menjelaskan, sebab pertama yang menjadikan Masjid Al-Aqsha menjadi tempat yang sangat penting yaitu, karena tempat tersebut merupakan tempat yang bersejarah dalam Islam, yakni terjadinya peristiwa Isra Mi’raj.

Di mana menurutnya, peristiwa tersebut merupakan salah satu bentuk penghormatan sekaligus hiburan bagi Nabi Muhammad.

Ia mengatakan, masa itu merupakan masa yang sangat memilukan bagi Rasulullah, karena pada tahun tersebut istri dan pamannya meninggal dunia.

“Di mana pada tahun itu beliau ditinggal wafat oleh istrinya dan pamannya, sehingga tahun itu di sebut tahun kesedihan. Maka dihiburlah Nabi Muhdammad dengan  di-israkan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha,” ujarnya.

Selain itu, tempat tersebut juga merupakan tempat ditetapkannya perintah sholat fardu yang semula lima puluh kali dalam sehari menjadi lima kali dalam sehari semalam.

“Di sana beliau shalat mengimami para Nabi dan para Rasul. Dan pada malam itu juga diwajidkan shalat lima waktu,” ujarnya.

Lebih lanjut ia menjelaskan, sebab yang kedua yakni karena Masjid Al-Aqsha dibangun dan di makmurkan oleh para nabi dan Rasul.

Sebagaimana sabda Rasul yang artinya Baitul Maqdis itu dibangun oleh para Nabi dan Rasul, dan juga mereka yang memakmurkan. Tidak ada satu jengkal pun di Baitul Maqdis tersebut melainkan pernah digunakan untuk bersujud oleh para nabi dan rasul yang diutus dan juga para Malaikat.

Kemudian, sebab yang ketiga menurut Mustafa, karena Masjid Al-Aqsha merupakan kiblat pertama bagi umat muslim.

“Nabi dan para sahabat slma brada di Mekah dan selama 17 bulan setelah hijrah mereka sholat menghadap ke Baitul Maqdis kurang lebih selama 13 tahun,” katanya.

Menurutnya, hal ini dikarenakan pada saat itu di dalam Ka’bah masih banyak berhala.

Kemudian sebab yang ke empat yaitu, karena Masjid Al-Aqsha merupakan sebuah tempat yang Allah tetapkan untuk umat Islam.

“Bahwasanya Allah telah menetapkan kepemilikan negeri Palestina ini yaitu untuk seluruh kaum muslimin. Sebagaimana disebutkan dalam qur’an suragt Al-Isra,” katanya.

Oleh karena itu, ia mengatakan, umat Islam memiliki tanggung jawab yang besar terhadap tempat tersebut.

“Bukan hanya tanggung jawab rakyat Palestina saja, melainkan tanggung jawab kaum muslimin. Ini semua merupakan amanah yang ada di pundak kaum muslimin,” ujarnya.

Syaikh Mustafa tiba di Indonesia pada Ahad (4/6) sore. Kedatangan ulama yang juga menjabat Penasihat Hakim Agung Palestina ini, atas dasar undangan dari AWG (Aqsa Working Group), lembaga kemanusiaan yang fokus kepada upaya pembebasan Masjid Al-Aqsha, kemerdekaan bangsa Palestina dan membantu korban konflik di Timur Tengah. (L/ism/RS2)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)