Jakarta, 4 Rabi’ul Awwal 1437/15 Desember 2015 (MINA) – Indeks pembangunan berdasarkan gender (IPG) pada tahun 2014 untuk perempuan di Indonesia sebesar 0,655, sementara laki-laki sebesar 0,706. Demikian data dari United Nations Development Programme (UNDP) yang disiarkan Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Selasa.
Dijelaskan, UNDP menghitung nilai tersebut untuk 161 negara.
IPG merupakan indeks pencapaian kemampuan dasar pembangunan manusia yang sama seperti Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dengan memerhatikan ketimpangan gender. Dalam hal ini indeks tersebut dipergunakan untuk mengetahui sejauh mana ketimpangan antara laki-laki dan perempuan.
Indikator pertimbangan pembangunan gender terbagi dalam tiga dimensi, yaitu kesehatan reproduksi, pemberdayaan dan aktivitas ekonomi.
Baca Juga: Tim SAR dan UAR Berhasil Evakuasi Jenazah Korban Longsor Sukabumi
Indonesia yang bertengger di peringkat 110 dari 188 negara, memiliki IPG sebesar 0,972. Data tersebut merupakan laporan dari UNDP 2015 yang dilaksanakan (15/12) di Menara Thamrin, Jakarta.
Kesetaraan gender terjadi apabila IPM berbanding sama dengan IPG. Namun, data UNDP menunjukkan, nilai IPM Indonesia pada tahun 2014 sebesar 0,684 dan IPG sebesar 0,972. Apabila nilai IPG semakin tinggi maka semakin tinggi pula kesenjangan pembangunan antara laki-laki dan perempuan.
Menurut UNDP, ketidakseimbangan menempatkan perempuan berada dalam posisi yang kurang menguntungkan, baik pada aspek pekerjaan berbayar maupun nonberbayar.
Perempuan yang berkarya dalam pembangunan manusia mengalami mudarat dan diskriminasi. Eksploitasi perempuan dengan tubuh dan pemikiran semakin menunjukkan ketimpangan gender.
Baca Juga: BKSAP DPR Gelar Kegiatan Solidaritas Parlemen untuk Palestina
Pada 2015, prostitusi yang melibatkan pekerja dunia hiburan (artis) merebak. Tidak hanya pada lini keartisan, namun perempuan di berbagai daerah di Indonesia mengalami hal serupa dengan iming-iming bayaran yang besar.
Aspek Kesehatan Reproduksi
Sementara itu berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) secara nasional, perempuan mengalami keluhan kesehatan sebesar 29,55 persen lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki yang hanya sebesar 27,60 persen.
Secara umum, partisipasi penggunaan alat/cara KB perempuan seperti MOW, spiral, suntik, pil, intra vag, dan kondom wanita jauh lebih tinggi dibandingkan dengan alat/cara KB laki-laki yang hanya berupa kondom dan MOP.
Baca Juga: Warga Israel Pindah ke Luar Negeri Tiga Kali Lipat
Hal ini berakibat pada kasus HIV dan AIDS pada laki-laki yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan.
Rasio kasus antara laki-laki dan perempuan adalah 50,05 persen. Artinya, apabila kasus AIDS terjadi pada 100 laki-laki maka perempuan yang mengalami kasus itu sebanyak 52 orang.
Aspek Pemberdayaan
BPS mencatat Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) perempuan sebesar 51,39 persen, lebih rendah dibandingan TPAK laki-laki 84,42%. Sehingga peluang pengangguran terbuka bagi perempuan sebesar 6,77 persen, lebih tinggi dibandingkan laki-laki yang hanya sebesar 5,77 persen.
Baca Juga: Timnas Indonesia Matangkan Persiapan Hadapi Bahrain
Perempuan lebih banyak dijadikan komoditi untuk membantu penjualan produk. Iklan yang menggunakan perempuan sebagai daya tariknya menjadi hal yang kerap dijumpai pada seluruh industri global.
Peluang pekerjaan tersebut membuka lembah keterpurukan bagi perempuan. UNDP menyatakan, kualitas karya juga berkenaan dengan martabat dan rasa bangga.
Hal yang perlu digarisbawahi, apakah pekerjaan tersebut mendorong perempuan partisipatif dan interaktif dalam pembangunan manusia, bukan membuat buruk kondisi moral.
Aspek Aktivitas Ekonomi
Baca Juga: Timnas Indonesia Matangkan Persiapan Hadapi Bahrain
Menurut UNDP, laki-laki mendominasi karya berbayar dan perempuan mendominasi dunia karya yang tidak berbayar.
Hal tersebut juga didukung oleh data Badan Pusat Statistik yang mencatat, perempuan memiliki rasio upah sebesar 76,43 persen, lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki.
Data UNDP secara global, perempuan berpenghasilan 24 persen lebih rendah dibandingkan laki-laki. (L/M01/P2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)