Jakarta, MINA – Indonesia dan Korea Selatan menghadapi persoalan yang mirip dalam mengatasi dampak resiko akibat perubahan iklim, antara lain adalah perubahan pola hujan, banjir, serta erosi dan runtuhan di lereng maupun perbukitan.
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melalui Pusat Penelitian Limnologi bekerjasama dengan beberapa institusi riset Korea Selatan seperti Korea Institute of Civil Engineering and Building Technology, Kyungpook National University, dan Chonnam National University melakukan pengamatan hujan dengan peralatan Electromagnetic Wave Rain Gauge (EWRG) di Bukit Paralayan, Cisarua, Jawa Barat sejak akhir Maret hingga awal April 2018.
“Teknologi EWRG ini mampu merespon air hujan dengan baik yang ditunjukkan dengan adanya fluktuasi pola yang terdeteksi pada monitor pengamatan dibandingkan dengan pengamatan secara konvensional,” kata Kepala Pusat Penelitian Limnologi LIPI, Fauzan Ali sebagaimana laman LIPI yang dikutip MINA, Kamis (5/4).
Peralatan EWRG ini, tambah Fauzan, menggunakan teknologi dual-polarisasi untuk pengamatan hujan.
Baca Juga: Indonesia Dukung Perintah Penangkapan ICC untuk Netanyahu dan Gallant
Uji peralatan berjalan dengan sukses dan EWRG mampu merespon air hujan dengan baik yang ditunjukkan dengan adanya fluktuasi pola yang terdeteksi pada monitor pengamatan. “Pengamatan hujan secara spasial diperlukan untuk pendugaan resiko erosi dan banjir yang lebih akurat,” ungkapnya.
Menurut Fauzan, metode pengukuran curah hujan secara konvensional memiliki kelemahan terutama dalam mengukur distribusi spasial hujan secara akurat.
“Selain itu alat penakar hujan konvesional hanya mampu melakukan observasi curah hujan secara terbatas, dikarenakan kuantitas butiran hujan yang masuk dan tercatat dibatasi oleh ukuran alat,” tambahnya.
Pengamatan dengan EWRG sendiri, lanjut Fauzan, dikoordinasi oleh Luki Subehi dan Miratul Maghfiroh dari Pusat Penelitian Limnologi LIPI.
Baca Juga: Gandeng MER-C dan Darussalam, AWG Gelar Pelatihan Pijat Jantung
“Kami berharap kegiatan ini akan bermuara pada kerjasama penelitian yang dapat memberi manfaat bagi kedua pihak,” harap Fauzan.
Selain pengamatan hujan, para peneliti dari kedua negara juga melakukan seminar ilmiah di Pusat Penelitian Limnologi LIPI pada pekan terakhir Maret 2018. Masing-masing peneliti menyampaikan presentasi mengenai pengembangan riset terkait pengamatan hujan di Korea dan Indonesia.
Project Director Korea Institute of Civil Engineering and Building Technology, Won Kim menyampaikan apresiasinya untuk kegiatan ini. “Kami berterima kasih pada semua pihak yang telah berpartisipasi dan berharap dapat dilanjutkan di tahun-tahun mendatang,” pungkasnya. (R/R09/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Doa Bersama Menyambut Pilkada: Jateng Siap Sambut Pesta Demokrasi Damai!