Khartoum, MINA – Sudan mengalami rekor inflasi tertinggi bulan lalu, melampaui 212 % didorong oleh kenaikan harga makanan dan sewa, Badan Pusat Statistik negara itu mengatakan, Selasa (12/10).
“Tingkat inflasi tahunan adalah 212,29 % untuk bulan September 2020, dibandingkan dengan 166,83 % pada bulan Agustus,” kata badan itu. Seperti dilaporkan Arab News, Rabu (14/10).
Mata uang lokal pun terjun bebas di negara yang bergantung pada impor itu, diperdagangkan antara 240 dan 250 pound Sudan terhadap dolar. Jauh merosot dibandingkan dengan 50 pound ketika pemerintah transisi mengambil alih setelah jatuhnya Omar Al-Bashir pada April 2019.
Pemerintah Sudan pada September mengumumkan keadaan darurat ekonomi untuk mencegah penurunan lebih lanjut.
Baca Juga: DPR AS Keluarkan RUU yang Mengancam Organisasi Pro-Palestina
Kementerian Keuangan menyalahkan kenaikan tajam dolar pada “sabotase sistematis” oleh manipulator pasar mata uang.
PBB mengatakan akhir bulan lalu, harga pangan di Sudan telah tiga kali lipat selama setahun terakhir. Sementara biaya layanan kesehatan telah meningkat hingga 90 persen.
Pound Sudan yang terdepresiasi “mengikis daya beli keluarga dan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri”, kata kantor koordinasi kemanusiaan PBB, OCHA.
Ekonomi negara itu terus menderita akibat dimasukkannya Sudan dalam daftar hitam teror Washington, sanksi AS selama puluhan tahun, dan pemisahan diri tahun 2011 dari selatan kaya minyak negara itu.
Baca Juga: Lima Paramedis Tewas oleh Serangan Israel di Lebanon Selatan
Kesulitan ekonomi semakin diperparah tahun ini oleh tindakan penguncian virus Corona selama beberapa pekan di ibu kota Khartoum dan kota-kota tetangga, serta banjir yang mempengaruhi ratusan ribu orang. (T/RS2/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Joe Biden Marah, AS Tolak Surat Penangkapan Netanyahu