Oleh Bahron Ansori, wartawan MINA
BAGI seorang muslim, menuntut ilmu adalah kewajiban syari. Saking wajibnya menuntut ilmu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam dalam sabdanya mengatakan agar seorang muslim itu menuntut ilmu dari buaian sampai ke liang lahat. Ini artinya, dalam Islam, orang menuntut ilmu tidak kenal batas usia.
Sesungguhnya menuntut ilmu adalah ibadah, bahkan menurut al-Imam asy-Syafi’i:
طَلَبُ الْعِلْمِ أَفْضَلُ مِنْ صَلَاةِ النَّافِلَةِ
“Menuntut ilmu lebih utama dibandingkan sholat Sunnah.” (Musnad asySyafi’i (1/249), Tafsir alBaghowy (4/113), Faidhul Qodiir (4/355)).
Baca Juga: Amerika itu Negara Para Pendatang!
Tulisan singkat ini sekedar mengisahkan beberapa kisah menakjubkan teladan dari para ulama dalam menuntut ilmu. Semoga saja dengan mengetahui betapa semangatnya mereka dalam menuntut ilmu, menjadi motivasi bagi kita untuk terus belajar dan belajar hingga mendapat kemuliaan di sisi Allah Ta’ala.
Berikut ini adalah sepenggal kisah-kisah menakjubkan tentang kesungguhan para Ulama dalam menuntut ilmu itu. Kisah-kisah nyata berikut ini sebagian besar disarikan dari kitab al Musyawwaq ilal Qiro-ah wa tholabil ‘ilm karya Ali bin Muhammad al-‘Imran.
Kesabaran dan kesungguhan menuntut ilmu
Ibnu Thahir al-Maqdisy berkata, “Aku dua kali kencing darah dalam menuntut ilmu hadits, sekali di Baghdad dan sekali di Mekkah. Aku berjalan bertelanjang kaki di panas terik matahari dan tidak berkendaraan dalam menuntut ilmu hadits sambil memanggul kitab-kitab di punggungku.”
Baca Juga: Indonesia, Pohon Palma, dan Kemakmuran Negara OKI
Mari lihat semangat Al-Imam an Nawawy yang setiap hari membaca 12 jenis ilmu yang berbeda (Fiqh, Hadits, Tafsir, dsb). Luar biasa bukan? Lalu bagaimana dengan kita?
Bahkan, Ibnul Jahm membaca kitab jika beliau mengantuk, pada saat yang bukan semestinya. Sehingga beliau bisa segar kembali. Bagaimana dengan kita? Sebaliknya, jika kita sulit sekali tidur, maka sebagian kita akan mengambil buku dan membacanya sebagai penghantar tidur. Lucu bukan?
Lihat bagaimana Majduddin Ibn Taimiyyah (Kakek Syaikhul Islam Ibn Taimiyyah), ia, jika akan masuk kamar mandi berkata kepada orang yang ada di sekitarnya: Bacalah kitab ini dengan suara keras agar aku bisa mendengarnya di kamar mandi. Masya Allah…mereka tak ingin putus membaca satu ilmu hanya karena sedang masuk dalam kamar mandi.
Lebih menakjubkan lagi, seorang Al-Hasan al Lu’lu-I, dia selama 40 tahun tidak tidur kecuali kitab berada di atas dadanya. Ini menunjukkan betapa dia adalah seorang pembaca ulung. Penuntut ilmu yang luar biasa. Bisa dibayangkan, selama 40 tahun dia tidak tidur sebelum membaca satu kitab ilmu. Allahuakbar…
Baca Juga: Kemenangan Trump dan Harapan Komunitas Muslim Amerika
Ulama lain, Al-Hafidz al Khothib tidaklah berjalan kecuali bersamanya kitab yang dibaca, demikian juga Abu Nu’aim al Asbahaany (penulis kitab Hilyatul Awliyaa’). Luar biasa, bagaimana dengan kita saat melakukan perjalanan? Apa yang selalu kita bawa?
Dahsyatnya lagi, ada ulama yang rela menjual rumahnya hanya karena ingin membeli buku-buku untuk mendapatkan ilmu. Lihat kisah bagaimana Al-Hafidz Abul ‘Alaa a-Hamadzaaniy menjual rumahnya seharga 60 dinar untuk membeli kitab-kitab Ibnul Jawaaliiqy. Sejatinya, kita bisa lebih semangat lagi dalam menuntut ilmu.
Kemampuan membaca yang luar biasa
Tentang semangat membaca, seorang Ibnul Jauzy sepanjang hidupnya telah membaca lebih dari 20.000 jilid kitab. Lalu Al-Khothib al-Baghdady membaca Shahih al-Bukhari dalam tiga majelis (3 malam), setiap malam mulai ba’da Maghrib hingga Subuh (jeda sholat).
Baca Juga: [Hadist Arbain ke-6] Tentang Halal dan Haram
Bayangkan, membaca Shahih Bukhari hanya dalam wakatu tiga malam di tiga majelis ilmu. Mau tahu berapa hadits yang terkandung dalam Shahih Bukhari? Shahih al Bukhari terdiri dari 7008 hadits, sehingga rata-rata dalam satu kali majelis (satu malam) dibaca 2336 hadits. Allahuakbar luar biasanya kemampuan dan semangat membaca para ulama terdahulu.
Abdullah bin Sa’id bin Lubbaj al-Umawy dibacakan kepada beliau Shahih Muslim selama seminggu dalam sehari 2 kali pertemuan (pagi dan sore) di masjid Qurtubah Andalus setelah beliau pulang dari Makkah. Padahal, Shahih Muslim terdiri dari 5362 hadits. Sementara Al-Hafidz Zainuddin al-Iraqy membaca Musnad Ahmad dalam 30 majelis (pertemuan). Catat, Musnad Ahmad terdiri dari 26.363 hadits, sehingga rata-rata dalam sekali majelis membacakan lebih dari 878 hadits.
Al-‘Izz bin Abdissalaam membaca kitab Nihaayatul Mathlab 40 jilid dalam tiga hari (Rabu, Kamis, dan Jumat) di masjid. Sementara ulama lain, Al-Mu’taman as-Saaji membaca kitab al-Fashil 465 halaman (kitab pertama tentang Mustholah hadits) dalam 1 majelis.
Lihat juga, salah seorang penuntut ilmu membacakan di hadapan Syaikh Bin Baz Sunan an Nasaa’i selama 27 majelis. Jika yang dimaksud adalah Sunan an Nasaai as-Sughra terdiri dari 5662 hadits, sehingga rata-rata lebih dari 209 hadits dalam satu majelis.
Baca Juga: Perlindungan terhadap Jurnalis di Gaza
Ulama kontemporer, Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albany rata-rata menghabiskan waktu selama 12 jam sehari untuk membaca buku-buku hadits di perpustakaan.
Al-Muzani berkata: Aku telah membaca kitab ar Risalah (karya asy-Syafi’i) sejak 50 tahun lalu dan setiap kali aku baca aku menemukan faidah yang tidak ditemukan sebelumnya. Gholib bin Abdirrahman bin Gholib al-Muhaariby telah membaca Shahih al Bukhari sebanyak 700 kali.
Kesungguhan menulis
Bukan hanya gemar membaca, para ulama terdahulu juga senang sekali menulis kitab. Mari simak, Ismail bin Zaid dalam semalam menulis 90 kertas dengan tulisan yang rapi. Ahmad bin Abdid Da-im al-Maqdisiy telah menulis/menyalin lebih dari 2000 jilid kitab-kitab. Jika senggang, dalam sehari bisa menyelesaikan salinan 9 buku. Jika sibuk dalam sehari menyalin 2 buku.
Baca Juga: [Hadist Arbain ke-5] Tentang Perkara Bid’ah
Lihat pula, Ibnu Thahir berkata, “Saya menyalin Shahih al-Bukhari, Shahih Muslim, dan Sunan Abi Dawud 7 kali dengan upah, dan Sunan Ibn Majah 10 kali.
Ibnul Jauzy dalam setahun rata-rata menyalin 50-60 jilid buku Muhammad bin Mukarrom yang lebih dikenal dengan Ibnu Mandzhur –penulis Lisaanul Arab- ketika meninggal mewariskan 500 jilid buku tulisan tangan.
– Abu Abdillah al Husain bin Ahmad al Baihaqy adalah seseorang yang cacat, tidak memiliki jari tangan, namun ia berusaha untuk menulis dengan meletakkan kertas di tanah dan menahannya dengan kakinya, kemudian menulis dengan bantuan 2 telapak tangannya. Ia bisa menghasilkan tulisan yang jelas dan bisa dibaca. Kadangkala dalam sehari ia bisa menyelesaikan tulisan sebanyak 50-an kertas.
Semoga Allah senantiasa menanamkan semangat kepada kita dalam menuntut ilmu hingga ajal menjemput, wallahua’lam.(A/RS3/P1)
Baca Juga: Bukan Sekadar Pencari Nafkah: Inilah Peran Besar Ayah dalam Islam yang Sering Terlupakan!
(dari berbagai sumber)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-4 ] Proses Penciptaan Manusia dan Takdir dalam Lauhul Mahfuzh