Oleh Bahron Ansori, wartawan MINA
Orang beriman, jika mendapatkan doa dari saudara seiman lainnya untuk kebaikannya, maka tentu saja ia akan merasa senang dan sangat berterima kasih karena telah didoakan oleh saudaranya. Seorang anak pun demikian, akan merasa semakin mantap dan yakin meraih kesuksesan bila mengetahui kedua orangtuanya selalu mendoakannya setiap saat. Lalu bagaimanakah pula jika seorang beriman mendapat doanya para Malaikat sebanyak 70 ribu Malaikat?
Jangankan doa Malaikat, mendapat doa dari seorang ustad atau ulama saja, kita merasa bahagianya tak terkira. Sebab kita yakin doanya ustad dan ulama yang shahih lagi bersih hatinya, akan dikabulkan oleh Allah Ta’ala. Lalu sekali lagi bagaimana pula jika yang mendoakan itu adalah para Malaikat yang jumlahnya hingga 70 ribu? Seperti diketahui, Malaikat adalah hamba Allah yang ketaatannya tiada banding. Artinya, Malaikat tidak pernah sekali pun melakukan kemaksiatan kepada Allah.
Penulis yakin, tidak ada orang beriman yang tidak menginginkan mendapatkan doa dari para Malaikat. Dalam sebuah hadis, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Tiada seorang muslim pun yang membesuk saudaranya yang sakit, melainkan Allah mengutus baginya 70.000 malaikat agar mendoakannya kapan pun di siang hari hingga sore harinya, dan kapan pun di sore hari hingga pagi harinya.” (Musnad Ahmad 2/110, Syaikh Ahmad Syakir mengatakan bahwa sanadnya shahih).
Baca Juga: Mahsyar dan Mansyar: Refleksi tentang Kehidupan Abadi
Syaikh Ahmad Abdurrahman al Banna dalam syarahnya menjelaskan, ‘Shalawat malaikat bagi anak Adam ialah dengan mendoakan agar mereka diberi rahmat dan maghfirah. Sedang yang dimaksud dengan ‘kapanpun di siang hari’ yakni waktu ia menjenguk. Jika ia menjenguknya di siang hari, maka malaikat mendoakannya hingga sore hari dan bila ia menjenguknya di malam hari, maka malaikat mendoakannya hingga pagi. Oleh karena itu, orang yang berniat hendaknya berangkat sepagi mungkin di awal siang, atau bersegera begitu malam menjelang, agar semakin banyak didoakan malaikat.
Dalam hadis yang lain, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Siapa yang membesuk orang sakit di pagi hari akan diiring oleh 70 ribu malaikat, semuanya memohonkan ampun untuknya hingga sore hari, dan ia mendapat taman di jannah. Jika ia membesuknya di sore hari, ia akan diiring oleh 70 ribu malaikat yang semuanya memintakan ampun untuknya hingga pagi, dan ia mendapat taman di jannah.” (Musnad Ahmad 2/206, hadits 975. Syaikh Ahmad Syakir menilai hadits ini shahih).
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, ia berkata, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda, “Sesungguhnya pada hari kiamat Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, ‘Hai Anak Adam, Aku Sakit, tetapi kamu tidak menjengukKu.” Dia berkata. “Wahai Rabb-ku, bagaimana saya menjenguk-Mu, padahal Engkau adalah Rabb semesta alam?!”
Dia berfirman, “Tidak tahukah kamu bahwa hamba-Ku, fulan, sakit, tetapi kamu tidak menjenguknya. Tidak tahukah kamu jika kamu menjenguknya, kamu akan mendapati Aku berada di sisiNya.” (Diriwayatkan oleh Muslim, no. 2569)
Baca Juga: Sujud dan Mendekatlah
Menjenguk orang sakit diperintahkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam Al Bara bin Azib radhiyallahu anhu meriwayatkan, “Nabi menyuruh kita tujuh hal dan melarang kita tujuh hal. Beliau menyuruh kita untuk mengantarkan jenazah, menjenguk orang sakit, memenuhi undangan, menolong orang yang teraniaya, melaksanakn sumpah, menjawab salam, dan mendoakan orang yang bersin. Dan beliau melarang kita memakai wadah (bejana) dari perak, cincin emas, kain sutera, dibaj (sutera halus), qasiy (sutera kasar), dan istibraq (sutera tebal).” (Bukhari no.1239; Muslim no.2066)
Hadis-hadis yang memerintahkan kita untuk menjenguk orang sakit, membuat Imam Bukhari membuat “bab Wujubi ‘Iyadatil-Maridh” (Bab Kewajiban Menjenguk Orang Sakit) di dalam kitab shahih nya.
Imam Ath Thabari menekankan bahwa menjenguk orang sakit merupakan kewajiban bagi orang yang diharapkan berkah (dari Allah datang lewat diri) nya, disunnahkan bagi orang yang memelihara kondisinya, dan mubah bagi mereka.
Imam Nawawi mengutip kesepakatan ulama bahwa menjenguk orang sakit hukumnya bukan wajib, yakni wajib ‘ain, (melainkan wajib kifayah).
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-17] Berbuat Baik pada Segala Sesuatu
Selain mendapat keutamaan sebagaimana hadis-hadis yang disebutkan di atas, menjenguk orang sakit memiliki beberapa manfaat, diantaranya, pertama, menjenguk orang sakit berpotensi memberi perasaan dan kesan kepadanya bahwa ia diperhatikan orang-orang di sekitarnya, dicintai, dan diharapkan segera sembuh dari sakitnya. Hal ini dapat menentramkan hati si sakit.
Kedua, menjenguk orang sakit dapat menumbuhkan semangat, motivasi, dan sugesti dari pasien; hal ini dapat menjadi kekuatan khusus dari dalam jiwanya untuk melawan sakit yang dialaminya. Dalam dirinya ada energi hebat untuk sembuh.
Ketiga, mencari tahu apa yang diperlukan si sakit. Keempat, mengambil pelajaran dari penderitaan yang dialami si sakit. Kelima, mendoakan si sakit, keenam, melakukan ruqyah (membaca ayat-ayat tertentu dari Al Quran) yang syar’i.
Hadis-hadis yang ada, menyuruh dan mengajurkan untuk menjenguk orang sakit, baik yang sakit kecil maupun dewasa, anak-anak maupun orang tua, dari kaum laki-laki maupun wanita. Sakit ringan maupun berat. Yang sakit terpelajar atau bukan, orang kota maupun desa, pejabat maupun rakyat jelata, miskin maupun kaya, mengerti makna menjenguk orang sakit ataupun tidak.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-16] Jangan Marah
Menjenguk orang sakit tetap dianjurkan, bahkan terkadang, dalam kondisi tertentu menjadi wajib, tanpa melihat bentuk penyakit tersebut, apakah tergolong parah atau ringan. Hal ini sudah mulai memudar di antara kita, bahkan seringkali sebagian kita hanya merasa perlu menjenguk teman, saudara, atau kenalan yang sakit; jika sudah masuk rumah sakit. Sekian lama terbaring di rumah, hanya sedikit yang menjenguknya. Apalagi jika penyakit tersebut digolongkan penyakit ringan. Padahal, nabi shallallahu alaihi wa sallam menjenguk salah seorang sahabatnya yang ‘hanya’ sakit mata. Sakit mata biasa, bukan sejenis kebutaan atau penyakit mata berat lainnya!
Al Hafizh Ibnu Hajar berkata, ‘mengenai menjenguk orang yang sakit mata, bahkan sudah ada hadits khusus yang membicarakannya, yaitu hadits Zaid bin Arqam, dia menceritakan, ‘Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menjenguk saya karena saya sakit mata.’ (lihat adabul mufrad, no.532)
Masya Allah, ternyata untuk meraih doa dari 70 ribu Malaikat sangat sederhana, tapi berat terkadang saat mengamalkannya. Jadi, masihkah kita enggan bila menjenguk saudara kita yang sedang sakit? Jenguklah saudara kita yang sedang sakit jika kita ingin meraih doa dari 70 ribu Malaikat, wallahua’lam. (A/RS3/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Bahaya Zina dan Sebab Pengantarnya
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-15] Berkata yang Baik, Memuliakan Tamu, dan Tetangga