Oleh Bahron Ansori, wartawan MINA
Dalam bahasan sebelumnya, untuk menyelesaikan masalah seperti yang sudah dibahas antara lain adalah dengan mengucapkan kalimat istidraj, perlahan-lahan dan tidak tergesa-gesa. Selanjutnya, untuk menyelesaikan masalah langkah yang keempat dan seterusnya adalah sebagai berikut.
Keempat. Berbaik Sangka. Suatu hal yang wajib bagi kita semua yaitu huznudhon dhon (berbaik sangka) kepada Allah Azza wa jalla bahwa yang namanya pertolongan dan jalan keluar itu pasti dekat adanya, kesulitan itu selalu diiringi bersama kemudahan.
Demikian juga berbaik sangka kepada orang lain yang punya masalah denganmu atau dengan orang merupakan sumber masalah tersebut, karena ada kemungkinan yang terjadi, mungkin dirinya mempunyai pandangan yang berbeda denganmu, atau dirinya paham tapi salah dalam memahaminya, atau bisa juga, sampai perkara padanya namun tidak sesuai dengan kenyataannya, karena tidak benar.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-9] Jalankan Semampunya
Oleh karena itu berbaik sangka kepada sesama muslim akan menjadikan hati menjadi tenang, dan biasanya akan mudah memberi udzur (kepada orang tersebut) yang pada akhirnya menjadikan musibah itu terasa ringan, bisa membantu untuk memecahkan masalah tersebut dan menjadikan cara berpikir kita bersih dari hal-hal yang tidak dibolehkan.
Kelima. Diam dan menyembunyikan problem yang sedang dialami. Termasuk dari wejangan Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam kepada umatnya dalam masalah ini yaitu menyembunyikan musibah yang sedang dialaminya, hal itu sebagaimana yang tercantum dalam sebuah hadits, di mana Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((من البر كتمان المصائب والأمراض والصدقة))
“Termasuk kebaikan adalah menyembunyikan musibah (yang menimpanya), penyakit dan shodaqoh“.
Oleh sebab itu jika musibah yang sedang menimpa mungkin bisa disembunyikan, maka menyembunyikannya adalah termasuk bentuk dari nikmat Allah Azza wa jalla yang lurus. Yang merupakan bagian dari rahasia dari rahasia-rahasia keridhoan pada Allah Ta’ala, yaitu dengan tidak selalu berkeluh kesah dan gelisah. Lihatlah kisah-kisah para ulama salaf karena sesungguhnya dalam kisah tersebut ada pelajaran bagi kita.
Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat
Keenam. Jadikan sesuai dengan porsinya dan tidak membesar-besarkan masalah. Sebagian orang jika ditimpa sebuah permasalahan, atau musibah, merasa dunia seperti mau runtuh dan menjadi gelap gulita sambil menyangka bahwa dunia telah berakhir, namun perlu diingat terkadang ada suatu perkara yang di benci oleh seorang manusia tapi ternyata Allah Ta’ala menjadikan itu adalah kebaikan yang banyak baginya, lihatlah firman Allah Ta’ala yang artinya, “Boleh Jadi kamu membenci sesuatu, Padahal ia amat baik bagimu..”. QS al-Baqarah: 216.
Ketujuh. Mencari solusi dengan cara yang baik. Dalam sebuah hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, diriwayatkan:
جاء رجل إلى النبي فقال أوصني قال: “لا تغضب” رددها مرارا، وقال: “ليس الشديد بالصرعة، إنما الشديد الذي يملك نفسه عند الغضب” متفق عليه.
Datang seorang sahabat kepada Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam dan mengatakan kepada beliau, “Ya Rasulallah berilah aku wasiat“. Beliau berkata: “Jangan marah“. Orang tersebut masih mengulang-ulang terus, lantas Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Bukanlah orang yang kuat itu (yang menang) dalam gulat, tetapi orang yang kuat (adalah) orang yang mampu menguasai dirinya ketika sedang marah“. Mutafaqun ‘alahi.
Kedelapan. Banyak beristighfar. Mengadu kepada Allah Azza wa jalla dan meminta pertolongan serta taufik-Nya adalah merupakan sebab terbesar dari sebab-sebab yang ada untuk bisa melapangkan hati yang sempit dan keluar dari sebuah perkara, dan termasuk dari faidah sebuah musibah yang menimpa seseorang, yang sedang diuji oleh Allah Azza wa jalla, yaitu salah satunya menjadi terpukul sehingga mau kembali kepada Rabbnya, berdo’a kepadaNya dan bersimpuh di hadapanNya. Dan di antara bentuk kembali kepada Allah Subhanahu wa ta’ala adalah banyak beristighfar. Di mana Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: “من أكثر من الاستغفار، جعل الله عز وجل له من كل هم فرجا، ومن كل ضيق مخرجا، ورزقه من حيث لا يحتسب” [رواه أبو داود].
“Barangsiapa yang banyak mengucapkan istighfar, maka Allah Azza wa jalla menjadikan baginya setiap kesedihan jalan keluar, setiap kesempitan dibukakan pintu keluarnya, dan diberi rizki dari arah yang tidak disangka-sangka“. HR Abu Dawud.
Termasuk bagian dari nikmat Allah Ta’ala pada kita semua adalah memudahkan bagi kita untuk menggerakkan lisan kita dengan sangat mudahnya dibanding dengan anggota badan lainnya, tidak ada kesulitan yang berarti bagi kita untuk menggerakkan lidah mengucapkan kalimat istighfar.(A/RS3/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin