oleh: Muhammad Yusuf, pemerhati isu-isu Palestina
Serangan mendadak yang dilakukan pejuang Palestina, Hamas pada 7 Oktober 2023 lalu ke wilayah-wilayah pendudukan Zionis Israel telah mengejutkan masyarakat internasional, terutama pihak Barat.
Betapa tidak, serangan tersebut menyebabkan setidaknya 700 tentara Israel terpakasa harus dijemput Malaikat Maut untuk pindah ke alam Barzah. Sementara ratusan lainnya berhasil disandera pihak pejuang.
Tidak berhenti di situ saja, para pejuang juga meluncurkan ribuan roket yang berhasil menembus jantung-jantung kota yang dikuasai Penjajah Zionis. Mereka tidak pernah menduga, mesin pencegat roket Iron Dome milik Zionis tidak mampu membendung serangan yang masif tersebut.
Baca Juga: IDF Akui Kekurangan Pasukan untuk Kendalikan Gaza
Banyak wilayah-wilayah pendudukan yang berhasil tertembus roket-roket para pejuang sehingga menyebabkan kerusakan dan kebakaran parah yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Iron Dome selama ini yang dinobatkan sebagai salah satu sistem pertahanan udara paling sukses di dunia dalam mencegah roket dari pejuang Palestina. Sistem itu dikembangkan oleh Perusahaan Pertahanan Israel, Rafael dan telah membuktikan keberhasilan sebelumnya.
Namun, pada serangan kali ini, mereka dibuat babak belur. Si Kubah Besi (Iron Dome) ternyata punya kelemahan dan itu diketahui oleh para pejuang. Para pemimpin Israel dibuat malu karenanya.
Sejarah Iron Dome
Baca Juga: Hamas Tegaskan, Tak Ada Lagi Pertukaran Tawanan Israel Kecuali Perang di Gaza Berakhir
Dilansir dari The Jerusalem Post, pada 7 April 2011, Iron Dome mencatat pencapaian penting dengan menghalau BM-21 Grad yang diluncurkan oleh pejuang Gaza untuk pertama kalinya. Keberhasilan ini menjadi awal efektivitas sistem pertahanan udara ini.
Pada November 2012, sebuah pernyataan resmi Israel mengungkapkan bahwa lebih dari 400 roket telah dicegat oleh Iron Dome. Hingga akhir Oktober 2014, jumlah ini meningkat menjadi lebih dari 1.200 roket, menunjukkan kemampuan sistem ini dalam menghadapi ancaman yang semakin meningkat.
Iron Dome berfungsi sebagai benteng pertahanan Israel terhadap rudal-rudal dan ancaman peluru artileri 155 mm dengan jangkauan hingga 70 km. Sistem ini menggunakan pencegat yang dilengkapi dengan hulu ledak khusus yang mampu meledakkan target apa pun di udara dalam hitungan detik.
Keunggulan Iron Dome terletak pada kemampuannya untuk mendeteksi, menilai, dan mencegat berbagai target, baik siang maupun malam, bahkan dalam berbagai kondisi cuaca ekstrem.
Baca Juga: Hamas: Rakyat Palestina Tak Akan Kibarkan Bendera Putih
Pengembangan Iron Dome dimulai pada Januari 2008 dan memakan waktu dua setengah tahun. Sistem ini dipilih oleh Israel sebagai solusi pertahanan paling komprehensif terhadap berbagai ancaman yang muncul. Dalam pertempuran melawan roket dan ancaman serangan dari pejuang Palestina, Iron Dome telah membuktikan diri sebagai alat yang sangat efektif.
Selain digunakan oleh Israel, Iron Dome juga diperkenalkan di luar negeri. Pada November 2020, Angkatan Darat Amerika Serikat (AS) mulai mengoperasikan sistem Iron Dome, menunjukkan kepercayaan internasional terhadap keunggulan teknologi ini. Bahkan Rumania, pada tanggal 22 September 2022, memutuskan untuk membeli Iron Dome.
Tidak hanya dikembangkan oleh Israel, AS juga memberikan dukungan pendanaan pasca Iron Dome mulai beroperasi pada tahun 2011. Melalui pendanaan ini, AS akhirnya memiliki hak produksi atas Iron Dome.
Kemitraan Israel dengan perusahaan persenjataan AS, Raytheon, memungkinkan produksi beberapa komponen sistem Iron Dome di Amerika Serikat. Saat ini, sekitar 55 persen komponen Iron Dome diproduksi di AS.
Baca Juga: Israel Makin Terisolasi di Tengah Penurunan Jumlah Penerbangan
Spesifikasi Iron Dome
Salah satu fitur utama dari Iron Dome adalah kemampuannya untuk mendeteksi ancaman yang datang dan membedakan antara roket yang benar-benar mengancam wilayah penduduk Yahudi dan roket yang akan jatuh tanpa bahaya. Sistem ini dapat mendeteksi roket dari jarak yang impresif, bahkan hingga 70 kilometer, memberikan waktu sangat singkat untuk merespons ancaman yang datang.
Setiap unit Iron Dome memiliki cakupan yang luas, mencakup area seluas 150 kilometer persegi. Hal ini membuatnya sangat efektif dalam melindungi wilayah perkotaan yang padat penduduk dan tempat-tempat strategis lainnya dari roket dan artileri. Ini juga memastikan perlindungan yang kuat untuk penduduk sipil Zionis Yahudi.
Untuk menghadapi roket pejuang Hamas, Iron Dome dilengkapi dengan rudal Tamir, yang merupakan rudal kinetik jarak pendek yang sangat handal. Rudal Tamir memiliki panjang sekitar 3 meter, diameter 0,16 meter, dan berat sekitar 90 kilogram. Namun, kekuatan utama dari rudal ini terletak pada jangkauannya yang mencapai hingga 40 kilometer. Ini memungkinkan untuk mencegat serangan pejuang Palestina dari jarak pendek dengan efisiensi tinggi dan tepat sasaran.
Baca Juga: Palestina Tolak Rencana Israel Bangun Zona Penyangga di Gaza Utara
Iron Dome telah menjalani serangkaian pengujian yang ketat sebelum dinyatakan resmi beroperasi pada tahun 2011 setelah berhasil menyelesaikan pengujian terakhirnya pada Juli 2010. Meskipun merupakan sistem pertahanan yang sangat efektif, harga setiap unit Iron Dome cukup tinggi, mencapai sekitar US$100 juta atau setara dengan Rp1,43 triliun.
Besarnya biaya itu mencerminkan kesungguhan Zionis dalm meindungi diri dari ancaman. Al-Jazeera mengatakan, satu rudal dari Iron Dome dilaporkan memiliki harga US$100 ribu atau sekitar Rp 1,43 miliar ( dengan kurs Rp 14.300).
Israel saat ini mengoperasikan 10 unit Iron Dome, masing-masing terdiri dari tiga hingga empat peluncur stasioner, 20 rudal Tamir, dan radar medan perang. Sistem Iron Dome terdiri dari tiga elemen dasar: sistem radar deteksi dan pelacakan EL/M-2084 yang dikembangkan oleh perusahaan pertahanan Israel, Elta; manajemen pertempuran; dan sistem kontrol senjata yang dibangun oleh perusahaan perangkat lunak Israel, mPrest Systems, yang dipekerjakan oleh Rafael.
Rudal Tamir yang diluncurkan oleh unit penembakan Iron Dome menggunakan teknologi tinggi dan memiliki beberapa sirip kemudi untuk kemampuan manuver yang tinggi. Selain itu, rudal ini dilengkapi dengan sensor elektro-optik yang memungkinkan mereka untuk menilai target dengan akurasi yang tinggi. Pencegat Tamir dirancang untuk mencapai efisiensi tinggi yang menjadikannya senjata yang sangat efektif dalam pertahanan udara.
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin
Titik Jenuh Iron Dome
Sederat presati Iron Dome itu kini tercoreng dengan kejadian serangan para pejuang dalam Operasi Taufan Al-Aqsha. Para pejuang hanya bermodal roket dengan biaya produksi sangat murah, yakni sekitar 4-5 juta rp saja per-roketnya, berhasil mempecundangi Iron Dome tersebut.
Artinya, jika dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan Zionis per-satu rudal pencegatnya, sangat tidak sebanding. Itulah bukti kecerdikan para pejuang Palestina. Mereka bisa mempecundangi alat yang canggih dengan roket yang cukup murah.
Kelemahan Iron Dome yang kini diketahui oleh pejuang Palestina adalah, ternyata alat itu memiliki titik jenuh. Setelah sekian ratus kali bekerja, maka pada titik tertentu, Iron Dome tidak bekerja optimal.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat
Itulah yang dimanfaatkan para pejuang. Pada awal penyerangan, mereka meluncurkan sedikitnya 5.000 roket. Sementara yang mampu dicegat oleh Iron Dome hanya separohnya saja. Artinya separoh roket pejuang berhasil mendarat di wilayah pendudukan dan berhasil merusak fasilitas-fasilitas milik para penjajah.
Beberapa media Zionis melaporkan, banyak kerusakan terjadi di wilayah-wilayah yang dikuasai Israel. Mobil para pemukim ilegal, gedung-gedung, bahkan stasiun telekomunikasi dan bahan bakar milik penjajah menjadi tumbal roket para pejuang.
Hingga artikel ini diturunkan, perang masih berlanjut. Para pejuang masih memiliki persediaan roket yang melimpah. Bahkan sayap militer Hamas mengatakan, pihaknya belum meluncurkan roket andalannya yang mereka klaim mampu menjelajah hingga 70-100 km.
Artinya, kota-kota di utara seperti Tel Aviv, Bandara Ben Ghurion dan lainnya berada dalam jangkauan roket para pejuang Palestina.
Baca Juga: Hamas Kutuk AS yang Memveto Gencatan Senjata di Gaza
Semoga perang kali ini merupakan nafas terakhir bagi penjajah Zionis dan mereka akan menemui “ajal” kekuasaannya sehingga penjajahan berakhir an Palestina mendapatkan kemerdekaannya. Al-Aqsa kembali ke pangkuan umat Islam. (A/Mj/P2/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Ikut Perang ke Lebanon, Seorang Peneliti Israel Tewas