Kuala Lumpur, 9 Rajab 1438/6 April 2017 (MINA) -Sebuah organisasi Islam berbasis di Penang Malaysia, Islamic Propagation Society International (IPSI) mengecam keras serangan kimia terbaru yang terjadi di Suriah oleh pemerintah Basyar Al-Assad.
Pendiri dan Presiden IPSI, Kamarudin Abdullah mengatakan, fihaknya mendesak PBB dan seluruh masyarakat dunia memandang serius serangan tersebut.
“Masyarakat dunia harus memberi tekanan kepada rezim Basyar Al-Assad agar menghentikan serangan yang dilakukan pada saat ini,” kata Abdullah kepada Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Kamis (6/4).
Serangan bom kimia hari Selasa di Khan Sheikhun menewaskan sedikitnya 72 orang tewas, termasuk 20 anak-anak.
Baca Juga: Joe Biden Marah, AS Tolak Surat Penangkapan Netanyahu
Serangan pesawat tempur itu menyebabkan warga terengah-engah dan kejang-kejang di jalanan dan rumah sakit penuh sesak oleh korban.
Pemerintah Amerika Serikat (AS) langsung menuduh Assad sebagai pelaku serangan.
Sekretaris Pers Gedung Putih Sean Spicer menjelaskan, kekejaman yang dilakukan Assad sebagai konsekuensi dari kelemahan dan keraguan pemerintah lalu (Barack Obama).
Namun, Suriah dan sekutu kuatnya Rusia, telah membantah bertanggungjawab atas serangan itu.
Baca Juga: Inggris Hormati Putusan ICC, Belanda Siap Tangkap Netanyahu
Penggunaan bahan kimia di dalam peperangan telah dilarang di tingkat Internasional oleh Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (Organization for the Prohibition of Chemical Weapons, OPCW)
Di masa Presiden AS Barack Obama disepakati perjanjian tentang larangan penggunaan senjata berbahan kimia. Namun di medan Suriah, beberapa senjata kimia minyak mentah tetap digunakan.
Tidak hanya pemerintah Suriah, kelompok militan Islamic State (ISIS), Nusra Front dan afiliasinya juga dituding menggunakan senjata kimia beracun seperti klorin. Bahkan mereka diklaim juga menggunakan senjata kimia murni seperti mustard dan sarin.(L/R01/P1)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Guido Crosseto: Kami akan Tangkap Netanyahu Jika Berkunjung ke Italia