Iran Minta Klarifikasi Indonesia Soal Penyitaan Kapal Tankernya

MT Frea berbendera Panama, kiri, dan kapal tanker MT berbendera Iran terlihat berlabuh di perairan Pontianak di lepas pantai pulau Kalimantan, (foto: Bakamla RI)

Teheran, MINANb- Iran meminta lebih banyak informasi dari pemerintah Indonesia pada Senin (25/1) soal penyitaan salah satu bahan bakarnya yang dituduh mentransfer minyak secara ilegal.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Saeed Khatibzadeh mengatakan Iran telah mendengar penjelasan alasan penyitaan kapal MT Horse pada (Ahad), namun ia menyebut rincian itu bersifat kontradiktif dan sedang mencari klarifikasi dari Jakarta.

“Tapi ini adalah masalah teknis dan hal semacam ini telah diketahui terjadi di perkapalan,” katanya kepada wartawan saat konferensi pers di ibu kota Iran, Teheran, seperti dikutip dari Aljazeera, Selasa (26/1).

Khatibzadeh mengatakan Pelabuhan dan Organisasi Maritim Iran dan Kedutaan Besar di Indonesia menindaklanjuti masalah tersebut dan informasi lebih lanjut akan diumumkan ketika sudah jelas.

Badan Keamanan Laut (Bakamla) RI menyita MT Horse berbendera Iran dan MT Freya berbendera Panama di perairannya karena diduga melakukan transfer bahan bakar minyak (BBM) ilegal.

Dikatakan kapal-kapal itu telah menyembunyikan identitas mereka dengan tidak menunjukkan benderanya, telah mematikan transponder mereka, dan tidak menanggapi panggilan radio.

Penyitaan kapal tanker itu terjadi beberapa minggu setelah Korps Pengawal Revolusi Islam Iran menyita sebuah kapal tanker Korea Selatan di perairannya karena “pencemaran lingkungan”.

Iran telah menolak klaim penyitaan kapal Korea Selatan itu senilai lebih dari $ 7 miliar dana Iran yang dibekukan oleh Seoul, dengan mengatakan masalah itu bersifat “teknis”.

Iran berada di bawah sanksi keras Amerika Serikat (AS) yang terutama menargetkan ekspor minyaknya, dikatakan melakukan penjualan minyak di bawah radar dengan menonaktifkan sistem pelacakan.

Tahun lalu, Iran telah menggunakan MT Horse untuk mengirim 2,1 juta barel kondensat ke sesama Venezuela yang dikenai sanksi AS.

Awal pekan ini, Menteri Perminyakan Bijan Zanganeh mengatakan “ekspor minyak Iran dan aksesnya ke uang minyak telah meningkat secara signifikan” tanpa menjelaskan lebih lanjut.

Pernyataannya datang beberapa hari setelah Joe Biden dilantik sebagai presiden baru AS.

Biden telah menyatakan minatnya untuk membawa negaranya kembali ke kesepakatan nuklir 2015 yang ditandatangani antara Iran dan kekuatan dunia yang mengekang aktivitas nuklir Iran dengan imbalan pencabutan sanksi. (T/RE1/P2)

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: sajadi

Editor: Widi Kusnadi

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.