Teheran, MINA – Wakil Presiden Pertama Iran, Eshaq Jahangiri secara tegas mengatakan, Iran siap untuk menggagalkan sanksi 4 November yang dikeluarkan Amerika Serikat (AS) pada ekspor minyak mentahnya.
Pemerintah Iran telah menyiapkan rencana untuk melawan dampak pengembalian sanksi AS dengan mempertahankan ekspor minyak di atas satu juta barel per hari, Jahangiri mengatakan seperti dilaporkan oleh Press TV yang dikutip MINA, Ahad (28/10).
“Iran mengekspor sebanyak 2,5 juta barel per hari minyak selama beberapa bulan terakhir,” katanya.
Dia menambahkan bahwa telah terjadi penurunan beberapa ribu barel per hari. “Tetapi kami selalu menekankan bahwa ekspor Iran tidak boleh menurun di bawah satu juta barel per hari,” ujarnya.
Baca Juga: DPR AS Keluarkan RUU yang Mengancam Organisasi Pro-Palestina
Sebelumnya pada Oktober, Jahangiri mengatakan, AS sedang berusaha untuk memotong ekspor minyak Iran ke nol dan mencegah impor barang-barang pokok Iran, termasuk bahan mentah.
Dia menilai, tujuan Trump dengan mengerahkan kekuatan pada Iran adalah untuk meminimalkan sumber pendapatan negara dalam perang ekonomi saat ini melawan Iran.
Jahangiri mengatakan, Iran tidak memiliki kekhawatiran atas dampak potensial dari pengembalian sanksi AS pada ekspor minyaknya mengingat bahwa Iran sudah menjual minyak mentahnya lebih tinggi dari harga yang telah ditetapkan dalam rencana anggaran tahunannya.
Setelah keputusan Presiden AS Donald Trump untuk menghentikan perjanjian nuklir Iran yang bersejarah pada 8 Mei, AS berjanji untuk menerapkan kembali sanksi yang dicabut berdasarkan perjanjian terhadap Iran dan menjatuhkan hukuman seperti sanksi tambahan pada negara-negara yang memiliki hubungan bisnis dengan Iran.
Baca Juga: Lima Paramedis Tewas oleh Serangan Israel di Lebanon Selatan
Departemen Luar Negeri AS telah menetapkan tanggal 4 November sebagai batas waktu bagi pembeli minyak internasional untuk menghentikan semua pembelian minyak mereka dari Iran. (T/B05/R01)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Joe Biden Marah, AS Tolak Surat Penangkapan Netanyahu