Jakarta, MINA – Prakarsa Lintas Agama untuk Pelestarian Hutan (Interfaith Rainforest Initiative/IRI) Indonesia menekankan pentingnya peran komunitas keagamaan dalam advokasi lingkungan dan penjagaan hutan tropis.
Fasilitator Nasional IRI Indonesia, Dr Hayu Prabowo, kepada MINA, Kamis (30/5), mengatakan, melalui bingkai keagamaan, advokasi lingkungan dapat memperoleh kekuatan moral dan spiritual.
Menurutnya, pemuka agama memiliki peran penting dalam menyampaikan pesan-pesan tentang pentingnya menjaga hutan tropis dan lingkungan secara umum.
“Kampanye lingkungan yang melibatkan nilai-nilai keagamaan akan lebih mudah diterima oleh masyarakat yang religius. Untuk itu, melibatkan komunitas keagamaan dalam advokasi lingkungan bisa menjadi solusi yang efektif dalam menjaga hutan tropis,” ujar Hayu.
Baca Juga: Menag: Guru Adalah Obor Penyinar Kegelapan
Menurut data dari World Resources Institute (WRI), dengan melibatkan komunitas lokal dan keagamaan, angka deforestasi dapat dikurangi hingga 20%. Hal ini menunjukkan bahwa kekuatan komunitas dalam advokasi lingkungan tidak bisa diremehkan.
Dia mengungkapkan, perhatian global terhadap lingkungan khususnya hutan tropis mulai meningkat. Tekanan dari aktivitas manusia seperti deforestasi dan eksploitasi sumber daya alam semakin merusak keberlanjutan ekosistem. Namun, advokasi lingkungan, terutama dalam konteks nilai-nilai keagamaan, masih minim.
“Diperlukan kesadaran luas dan tindakan konkret untuk melindungi hutan tropis juga mempertimbangkan nilai-nilai spiritual dan etis dalam ajaran agama-agama,” pungkas Hayu.
Dalam rangka merealisasikan upaya tersebut, lanjut dia, IRI Indonesia tengah melaksanakan program webinar bulanan yang diadakan rutin sebagai bagian dari upaya berbagi informasi, tukar pikiran, konten media, dan bentuk komunikasi kepada masyarakat.
Baca Juga: AWG Gelar Dauroh Akbar Internasional Baitul Maqdis di Masjid Terbesar Lampung
Pada Webinar Seri Keempat yang digelar Rabu (29/5), IRI Indonesia menghadirkan narasumber tokoh agama Pdt. Rasely Sinampe, M.Th., Ketua Yayasan Marampa’ Tallulolona Gereja Toraja yang juga Peraih Kalpataru Kategori Pembina Tahun 2022, asal Kabupaten Toraja Utara, Provinsi Sulawesi Selatan.
Dalam paparan materinya mengambil tema ”Menggugah Kesadaran: Advokasi Lingkungan dan Penjagaan Hutan Tropis dalam Bingkai Keagamaan”, Rasely menekankan, peran penting nilai-nilai keagamaan dalam menjaga keberlanjutan alam.
Menurutnya, agama dapat menjadi kekuatan pendorong dalam menginspirasi dan memobilisasi masyarakat untuk melindungi lingkungan.
” Jadikan iman sebagai pendorong untuk menciptakan lingkungan yang lestari bagi generasi mendatang. Bersama kita bisa, demi alam, demi umat, dan demi masa depan,” ujar Rasely.
Baca Juga: Embassy Gathering Jadi Ajang Silaturahim Komunitas Diplomatik Indonesia
Indonesia adalah rumah bagi hutan hujan tropis terbesar ketiga di dunia, setelah Amazon dan Kongo.
Menurut data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Indonesia kehilangan sekitar 1,47 juta hektar hutan per tahun pada periode 2000-2012.
Dampak deforestasi ini tidak hanya mengurangi kemampuan hutan untuk menyerap karbon dioksida, tetapi juga mengancam habitat bagi ribuan spesies flora dan fauna.[]
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Prabowo Klaim Raih Komitmen Investasi $8,5 Miliar dari Inggris